MEKKAH Al Mukaromah menjadi tempat bagi warga Indonesia untuk mencari ilmu. Tak sekedar mereguk manisnya ilmu, ternyata ada beberapa ulama Indonesia yang pernah menjadi imam di Masjidil Haram. Ketinggian ilmu dan akhlak menjadikan mereka mempunyai kedudukan tinggi di tempat jantung umat Islam dunia.
Sejarah mencatat, Syekh Junaid Al Batawi, Syekh Imam Nawawi Al Bantani, dan Syekh Ahmad Khatib Al Minangkabawi pernah menjadi imam di Masjid tersebut. Mereka merupakan ulama yang menjadi panutan dan mempunyai banyak anak didik. Jejak pemikiran mereka juga kelak turut mengilhami kemerdekaan di tanah air.
Nama pertama adalah Syekh Junaid Al-Batawi yang lahir di Pekojan, Jakarta Barat. Beliau dikenal sebagai seorang pendidik yang tangguh. Hingga akhir hayatnya dihabiskan untuk mengajar. Syekh Junaid dikenal sebagai syeikhul masyayikh madzhab Syafii. Di antara muridnya yang kemudian masyhur adalah Iman Nawawi Al Bantani. Syekh Junaid Al-Batawi wafat di Mekah pada tahun 1840. Diperkirakan usianya 100-an tahun. Berkat jasa beliau, nama Betawi untuk pertama kalinya diperkenalkan di mancanegara.
Orang Indonesia kedua yang menjadi Imam Besar Masjidil Haram adalah Syekh Muhammad Nawawi al-Jawi al-Bantani. Ia dilahirkan di Kampung Tanara, Serang, Banten tahun 1815. Namanya masyhur hingga sekarang dengan karya yang banyak.
Ayahnya, Syekh Umar bin Arabi al-Bantani merupakan seorang ulama lokal di Banten, sekaligus menjadi guru agamanya yang pertama. Ia juga belajar kepada sejumlah ulama lokal sebelum memutuskan ke Mekkah pada usia 15 tahun.
Di Mekkah, beliau memperdalam ilmu agama kepada guru-gurunya selama kurang lebih 30 tahun. Semakin hari semakin masyhur hasil pemikiran Syekh Muhammad Nawawi. Ketika menetap di Syi’ib ‘Ali, Mekah dan mengajar. Muridnya banyak dan berdatangan dari berbagai bangsa.
Kemudian namanya tersohor sebagai Syekh Nawawi al-Bantani al-Jawi. Artinya Nawawi dari Banten, Jawa. Puncaknya ketika beliau ditunjuk sebagai pengganti Imam Masjidil Haram. Syekh Nawawi meninggal di Mekkah tahun 1897.
Ulama Indonesia ketiga yang jadi Imam Masjidil Haram adalah Syekh Ahmad Khatib bin Abdul Latif al-Minangkabawi. Ulama ini lahir Sumatra Barat, di Koto Tuo, Kabupaten Agam, pada 26 Juni 1860.
Sejak kecil kecerdasannya sudah terlihat. Kala itu, ayahnya, Syekh Abdul Latif mengajaknya ke Mekkah pada usia 11 tahun (1871) untuk menunaikan ibadah Haji. Namun, setibanya di tanah suci, Ahmad tak ingin pulang dan mau menetap demi menuntaskan hafalan Alquran.
Selain menghafal Al-Qu’an, Ahmad berguru dengan beberapa ulama di antaranya Sayyid Bakri Syatha, Sayyid Ahmad bin Zaini Dahlan, dan Syekh Muhammad bin Sulaiman Hasbullah al-Makkiy.
Kealiman Syekh Ahmad Khatib dibuktikan ketika diangkatnya beliau menjadi imam dan khatib sekaligus staf pengajar di Masjid Al Haram. Jabatan ini imam dan khatib bukanlah jabatan yang sembarangan. Jabatan ini hanya diperuntukkan orang-orang yang memiliki keilmuan yang tinggi.
Syekh Ahmad Khatib mempunyai banyak murid dan menjadi ulama-ulama besar, diantaranya Abdul Karim Amrullah (Haji Rasul, ayah dari Buya Hamka), K.H. Hasyim Asy’ari (pendiri NU) dan K.H. Ahmad Dahlan (pendiri Muhammadiyah). []
Sumber: beritagar.id