WABAH virus corona telah terdeteksi di lebih dari 80 negara sejak penemuan kasus pertamanya di Wuhan, Cina, akhir 2019 lalu. Virus yang menyebabkan penyakit bernama COVID-19 ini masih menjadi momok.Â
Penyakit ini biasanya menularkan virusnya ketika orang yang terinfeksi batuk atau bersin. Kemudian, penderita tanpa sengaja menyebarkan tetesan pernapasan yang dapat membuat virus ‘masuk’ ke tubuh orang yang berada di dekat mereka.
Kendati mirip dengan flu biasa, tetapi ketika penyakit tersebut menyerang tubuh, ada efek lain yang terjadi pada organ vital tubuh manusia.
BACA JUGA:Â Ini 5 Fase Serangan Virus Corona di dalam Tubuh
Contohnya, seperti yang dikutip dari Hello Sehat, kebanyakan pasien yang menderita infeksi pernapasan, seperti pneumonia cenderung lebih berisiko mengalami kondisi kritis ketika terkena COVID-19. Tak hanya organ pernapasan, virus ini juga menyerang organ vital lain di tubuh manusia. Apa saja organ yang diserang oleh virus berbahaya ini?
Berikut ini ulasanya:
Paru-paru
Seperti diketahui, paru merupakan organ vital di tubuh manusia yang diserang oleh COVID-19 dan meninggalkan dampak yang cukup serius. Bahkan, hampir sebagian pasien yang mengalami kondisi kritis mengalami masalah pada paru-paru mereka terlebih dahulu. Kondisi ini cukup umum terjadi karena sama seperti flu, SARS-CoV-2 menyebabkan masalah pada saluran pernapasan.
Gejala COVID-19 mirip dengan flu biasa, diawali dengan demam tinggi, batuk kering, hingga menyebabkan masalah serius terhadap saluran pernapasan, seperti pneumonia.
Hal ini dibuktikan melalui data dari China CDC Weekly. Dari data tersebut terlihat bahwa tingkat keparahan COVID-19 cukup bervariasi, mulai tanpa gejala, gejala ringan, hingga penyakit yang cukup parah.
Lebih dari 17.000 kasus yang dilaporkan di Tiongkok terdapat sekitar 81% kasus ringan dan sisanya parah atau dalam kondisi kritis. Selain itu, orang yang lebih tua dan memiliki penyakit kronis lainnya memiliki risiko lebih tinggi untuk mengembangkan penyakit yang lebih parah. Kondisi ini juga berlaku pada bagaimana COVID-19 menyerang organ vital tubuh manusia, yaitu paru.
Apa yang sering terlihat pada pasien COVID-19 dalam kondisi kritis merupakan salah satu bentuk dari gagal napas akut. Gagal napas akut tidak hanya terjadi pada penderita COVID-19, melainkan terjadi karena berbagai faktor, seperti infeksi, trauma, dan sepsis.
Ketiga faktor yang disebutkan tersebut dapat menyebabkan kerusakan dan membuat cairan bocor dari pembuluh darah kecil di paru-paru. Cairan yang terkumpul di kantung udara paru-paru (alveoli) ini membuatnya sulit mentransfer oksigen dari udara ke darah. Akibatnya, pasien kesulitan bernapas karena cairan tersebut membanjiri paru-paru. Walaupun demikian, para peneliti masih perlu melakukan penelitian lebih lanjut untuk memahami apa yang terjadi ketika COVID-19 menyerang paru-paru penderitanya.
Perut dan saluran pencernaan
Selain paru, organ tubuh manusia lainnya yang diserang oleh COVID-19 adalah perut dan saluran pencernaan. Dilansir dari CDC, beberapa penderita COVID-19 melaporkan gejala gangguan pencernaan, seperti mual dan diare. Sebenarnya, kasus yang serupa juga terjadi pada penyakit SARS dan MERS. Hampir seperempat pasien yang menderita kedua penyakit tersebut mengalami diare.
Kondisi ini dapat terjadi karena ketika virus memasuki tubuh, mereka akan mencari sel hidup yang memiliki protein di luar sel, yaitu reseptor. Apabila virus menemukan reseptor yang cocok dengan sel, virus pun akan menyerang tubuh.
Pada beberapa jenis virus tertentu memilih reseptor yang ingin mereka serang, tetapi kebanyakan dapat dengan mudah menembus ke semua jenis sel. Maka itu, tidak menutup kemungkinan SARS-CoV-2 dapat menyerang saluran pencernaan.
Bahkan, menurut penelitian dari New England Journal of Medicine, ditemukan virus yang menyebabkan penyakit COVID-19 pada beberapa orang. Akan tetapi, peneliti masih perlu memastikan apakah penularan COVID-19 melalui feses bisa terjadi atau tidak.
Peredaran darah
Masalah lain yang akan dihadapi oleh penderita COVID-19 ketika virus corona berada di dalam tubuh adalah gangguan pada sistem peredaran darah.
Pada beberapa kasus tertentu, pasien yang terserang virus SARS-CoV-2 ini mengalami gejala berupa irama jantung yang tidak teratur. Kondisi ini mungkin dapat terjadi karena darah yang masuk ke jaringan tidak memadai atau tekanan darah cukup rendah, sehingga membutuhkan obat-obatan.
Walaupun demikian, menurut laporan dari Lancet, tidak ada perubahan yang cukup signifikan pada jaringan jantung di beberapa sampel. Hal ini menunjukkan bahwa COVID-19 kemungkinan besar tidak secara langsung dapat mengganggu jantung penderitanya.
Ginjal
Ginjal ternyata juga menjadi salah satu organ di tubuh manusia yang diserang oleh penyakit COVID-19. Menurut laporan dari JAMA Network, beberapa pasien di Wuhan, Cina, juga menderita kerusakan ginjal akut dan sewaktu-wakut membutuhkan transplantasi ginjal.
Kasus yang serupa pun pernah terjadi pada beberapa pasien yang menderita SARS. Dahulu, para ahli menemukan bahwa virus yang menyebabkan SARS dan MERS tersebut menimbulkan tubulus di ginjal.
BACA JUGA:Â Virus Corona Bermutasi jadi 2 Tipe, Salah Satunya Lebih Agresif
Maka itu, risiko terjadinya kerusakan ginjal atau diperburuk oleh gangguan pada ginjal ketika menderita COVID-19 patut diwaspadai. Kondisi ini mungkin dikarenakan ketika penderita COVID-19 mengalami pneuomnia, sirkulasi oksigen menjadi tersendat. Akibatnya, kerusakan pada ginjal pun tidak dapat dihindari.
Hati
Pada saat zoonotic virus seperti SARS-CoV-2 mulai menyebar dari paru-paru ke beberapa organ tubuh manusia lainnya, hati ternyata berisiko tinggi terkena dampaknya. Hal ini karena ketika virus dari COVID-19 ‘berenang’ di peredaran darah, mereka cenderung bisa masuk ke bagian organ tubuh manusia lainnya.
Dikutip dari laporan di Lancet, dokter menemukan tanda-tanda kerusakan hati pada pasien COVID-19. Namun, mereka masih belum mengetahui dengan jelas apakah virus atau obat yang digunakan pada pasien yang menjadi penyebab kerusakan tersebut.
SARS-CoV-2 mungkin dapat langsung menginfeksi hati, membuat replika sel, dan membunuh sel hati yang sehat. Tidak menutup kemungkinan pula bahwa sel tersebut mengalami kerusakan karena respons imun terhadap virus memicu reaksi peradangan yang cukup parah di hati.
Walaupun demikian, kegagalan organ hati tidak menjadi satu-satunya penyebab kematian pada penderita COVID-19. Kebanyakan kasus kematian yang dihadapi oleh penderitanya lebih sering terjadi karena masalah paru-paru. []
SUMBER: HELLO SEHAT