SETIAP manusia , terutama yang bergelut di dunia bisnis tahu betul arti kata bangkrut. Demikian pula dengan, Masyarakat Arab ketika Rasulullah SAW. Menyampaikan risalahnya. Kata tersebut demikian akrab di telinga mereka karena tidak jarang mereka mengalami sendiri dalam berbisnis. Lalu mengapa Rasulullah SAW. Menanyakannya. Apakah Rasulullah SAW. Tidak tahu?
Tentu Rasulullah SAW tahu dan para sahabat pun tahu kalau Rasulullah tahu. Mereka ingin tahu ada apa dibalik pertanyaan tersebut. Rasulullah bermaksud memberikan perumpamaan yang mengena tentang salah satu kebiasaan jelek seseorang. Yaitu zalim, meskipun amal kebaikannya tidak sedikit. Dengan membawa alasan pikiran para sahabat kepada istilah bangkrut yang biasa mereka pahami maka akan mudah menyamakan orang yang bangkrut di dunia dengan orang yang bangkrut di akhirat. Akan mudah pula para sahabat memetik hikmah atau pelajaran yang diberikan Rasulullah SAW.
Seorang muslim harus tahu bahwa kebangkrutan adalah hal yang harus dihindari. Di dunia mereka berusaha kerras agar dirinya tidak bangkrut, yaitu habis hartanya kemudian masih ditimpakan utang-utang banyak. Tentu kebangkrutan di akhirat lebih dahsyat. Yaitu amal kebaikannya diambil, kemudian dosa orang lain ditimpakan kepada dirinya.
Kalau seseorang dapat melihat masa depan bahwa kalau ia melakukan usaha tertentu dirinya akan mengalami kebangkrutan maka ia tidak akan melakukan bisnis tersebut. Demikian pula, apabila dia tahu kalau ia melakukan sesuatu perkara yang akan membuatnya bangkrut di akhirat, tentu perbuatan itu tidak akan dilakukan.
Perbuatan yang akan membuat bangkrut seseorang di antara sebagaimana di sebut hadits di atas adalah zalim kepada orang lain. Ia memaki-maki seseorang, apalagi di depan umum sehingga mempermalukannya. Ia menuduh seseorang sehingga ia dihukum dengan bukti-bukti tiruan yang dibuatnya. Ia memakan harta rakyat atau perusahaan. Ia memukul atau membunuh saudaranya dan sebagainya. Semua bentuk kezaliman kepada orang lain tersebut akan membuatnya bangkrut, apalagi dia tidak punya banyak amal kebaikan. Seperti berusaha tanpa modal kemudian terjerat utang.
Sungguh, perdagangan yang terbaik adalah dengan Allah. Jika manusia tidak melanggar aturan “dagang” yang ditetapkan-Nya insya Allah “bisnis” kita akan untung. Namun jika melanggarnya, tidak saja “bisnisnya” akan rugi, lebih dari itu dia akan bangkrut. []
Sumber: Hikmah dari Langit/Yusuf Mansur/Pena Pundi Aksara/Januari 2007