INGINKAH kita mendapat perlindungan dari Allah SWT? Beberapa hadis mengungkapkan bahwa di akhir hayat nanti manusia akan dinaungi oleh Allah SWT. Dan tentu saja, sebagai Muslim, tak ada manusia yang tak ingin berada dekat denganNya.
Sabda Rasulullah SAW : “Tujuh Golongan yang dinaungi Allah di hari kiamat yang tiada tempat berteduh selain yang diizinkan Nya swt, Pemimpin yang adil, pemuda yang tumbuh dengan beribadah pada Tuhannya, orang yang mencintai masjid masjid, dua orang yang saling menyayangi karena Allah, bersatu karena Allah dan berpisah karena Allah, orang yang diajak berbuat hina oleh wanita cantik dan kaya namun ia berkata: ‘Aku Takut pada Allah, pria yang sedekah dengam sembunyi-sembunyi, dan orang yang ketika mengingat Allah dalam kesendirian berlinang airmatanya,” (Shahih Bukhari).
Ada beberapa faidah yang bisa kita petik dari hadits di atas:
1. Seorang pemimpin (Imam) yang adil.
Pemimpin adil bukan hanya dicintai rakyatnya, melainkan dicintai pula oleh Allah dan berhak mendapatkan naungan-Nya di hari kiamat nanti. Pemimpin di sini bisa saja presiden, gubernur, bupati, camat, lurah atau kepala rumah tangga (suami). Karena setiap kita adalah pemimpin dan setiap pemimpin akan dimintai Allah SWT. Pertanggung jawabannya kelak. Untuk itu, seorang pemimpin harus bertindak adil sehingga semua orang yang dipimpinya bisa merasakan pelayanan yang maksimal dan penegakan ketentuan yang benar.
2. Pemuda maupun pemudi yang tumbuh dalam keadaan selalu beribadah kepada Allah.
Jiwa seorang pemuda maupun pemudi cenderung suka ‘bersenang-senang’. Karena itu, jika ia ‘memaksa’ hati dan raganya untuk sibuk beribadah kepada-Nya, itu pertanda betapa kuat ketakwaan pada dirinya. Maka pantaslah baginya naungan Allah kelak. Masa muda adalah masa di mana syahwat sedang memuncak sehingga tidak jarang banyak pemuda terjerumus dalam kemaksiatan. Pemuda yang mampu mengisi hari-harinya dengan ibadah adalah yang terselamatkan di hari kiamat. Sebagaimana kisah Ashabul Kahfi (para pemuda Kahfi) yang menghindari kezaliman penguasa untuk menyelamatkan aqidah mereka.
3. Seseorang yang hatinya terikat dengan masjid.
“Maknanya adalah sangat mencintai masjid dan selalu menjaga shalat jamaah di dalamnya. Dan maknanya bukanlah selalu duduk di masjid. ” (Syarh Shahih Muslim juz 3hal. 481)
Karena itu, siapa yang menjaga shalat jamaah di masjid, selalu merasa rindu dengan masjid, senantiasa rindu beribadah di dalamnya, bergembiralah… Naungan Allah kan kau dapatkan di hari kiamat nanti. Orang yang tidak akan melewatkan setiap kesempatan untuk memakmurkan masjid dengan ibadah dan amal-amal sholeh, terutama sholat fardhu berjama’ah. Hatinya selalu ‘risau’ bila jauh dari masjid, dan merasa sedih bila tak bisa mendatanginya di waktu-waktu sholat berjama’ah dan ketika majelis ta’lim diadakan.
BERSAMBUNG