Ustaz Miftahudin dalam kajian Islam Masjid Agung al-Azhar yang bertema “Ibadah Cuma Ada Maunya Saja” menjelaskan ada paradigma salah tentang ibadah seseorang kepada Allah karena hanya ingin mendapatkan kesuksesan materi.
Menurutnya, beribadah dengan alasan itu bertentangan dengan syariat. Berdasarkan surah al-Hajj dan hadis Rasululah di Shahih Muslim 5318, juz XIV/280, Ustaz Miftahudin dapat menyimpulkan bah wa ibadah seseorang bermasa lah jika hanya bertujuan mendapatkan kesuksesan materi.
Orang-orang seperti ini, juga diterangkan dalam surah an-Najm ayat 29. Karena itu, Ustaz Miftahudin mengajak agar mengerti alasan mengapa seseorang harus beribadah.
Menurutnya, karena manusia diciptakan oleh Allah hanya sebagai hamba. Seperti yang difirmankan Allah dalam surah az-Zariyat ayat 56 yang berbunyi, “Dan aku tidak menciptakan jin dan manusia melainkan supaya mereka mengabdi kepada-Ku.”
“Jadi, desain manusia adalah makhluk pengabdi. Kita disiapkan Allah menjadi hamba,” Ustaz Miftahudin menegaskan.
Adanya agama atau tidak, kata dia, manusia akan selalu mempunyai potensi untuk mengabdi kepada Pencipta. Itu sebabnya, dalam Islam, seseorang yang beragama tidak ada kaitannya de ngan kewajiban, tapi lebih kepa da kebutuhan. Kisah perjalanan Nabi Ibrahim dapat diajadikan rujukan tentang kebutuhan me ng ab di kepada Pencipta.
Dalam pencariannya, Nabi Ibrahim pernah memercayai Tuhan selain Allah hingga akhirnya ia pun meyakini tentang keberadaan Allah. “Bicara ketuhanan, kita bicara fitrah kebutuhan. Maka, tanpa ada harta atau tidak ada, sejatinya disiapkan Allah sebagai makhluk kehausan mengabdi,” kata Ustaz Miftahudin.
Alasan lainnya mengapa umat Islam harus beribadah kepada Allah, yaitu untuk mendapatkan kesuksesan, yaitu ketakwaan. Tak wa, kata Ustaz Miftahudin merupakan sebuah proses yang harus dijalani oleh seseorang. Itu sebabnya, takwa tidak akan pernah ada akhirnya, sehingga menuntut manusia selalu beribadah kepada Allah. Bertakwa agar manusia mendapatkan keun tungan hingga akhirat nanti.
“Jadi, ibadah proses panjang yang menjadikan kita mampu memahami dalam kehidupan kita, sehingga menjadi modal, memiliki kemampuan, disukseskan Allah, tapi bukan semata ada tidaknya materi,”
Ustaz Miftahudin mengatakan, ibadah harus dibarengi oleh kemauan yang kuat, yaitu dengan mengikhlaskan diri sepenuhnya kepada Allah.
Kemudian, melaksanakan ibadah juga harus memiliki tujuan sukses dunia dan akhirat. Sukses di dunia yang dimaksud adalah segala amal perbuatannya baik dan bermanfaat untuk orang lain. “Beruntunglah ka lau ibadah Anda melahirkan kebaikan. Itu ibadah luar biasa. Ibadah memang harus ada maunya,” pungkasnya.[]
Sumber:Khazanah Republika