AS—Pasca tragedy 11 September 2001, tingkat kekerasan terhadap kaum Muslim di AS dikabarkan meningkat. Dicemaskan kepemimpinan Presiden AS Donald Trump saat ini yang dianggap tidak pro imigran bakal memperburuk situasi, terutama terhadap nasib para Muslimah.
Dan benar saja, kecemasan atas serangan terhadap kaum minoritas meningkat sejak terpilihnya Donald Trump sebagai presiden Amerika Serikat.Untuk mengantisipasi serangan kebencian, para Muslimah di AS kini rutin belajar ilmu bela diri.
Mengutip laporan DW, organisasi Women’s Initiative for Self-Empowerment (WISE) merupakan wadah yang memberikan kesempatan bagi perempuan Islam di AS dan Eropa untuk berkembang. Organisasi ini menawarkan pelatihan wirausaha, kepemimpinan dan latihan bela diri.
Organisator WISe dan pelatih bela diri di pusat pelatihan ini percaya, dengan memiliki kemampuan bela diri, maka perempuan akan semakin lebih percaya diri dan meningkatkan keamanan terhadap dirinya sendiri.
Di pusat pelatihan bela diri di New York, selama empat puluh lima menit durasi latihan, perempuan berlatih melakukan gerakan ofensif dan defensif. Mereka belajar mengatasi aksi penyerang yang ingin menarik jilbab atau rambut, dengan cara menginjak jari kaki mereka, misalnya, lalu mengayunkan lengan memukul siku.
Data intelejen FBI menunjukkan tingkat kekerasan terhadap kaum Muslim di AS meningkat 67 persen dari pada tahun 2015. Untuk itu, kebutuhan untuk dapat membela diri menjadi bagian dalam program ini, terutama bagi kaum perempuan.
Selain belajar beladiri, wira usaha dan kepemimpinan, di sini para perempuan juga bisa saling bertukar pikiran tentang masalah-masalah sosial yang tengah dihadapi. Menariknya, mereka berasal dari berbagai latar belakang negara. Mereka jadi saling mengenal, membangun jaringan dan persahabatan. []