USAI pernyataan kontroversional Donald Trump, mata dunia kini menoleh ke arah Yerusalem, sebuah kota tua yang jadi rebutan sepanjang masa. Kota ini bukan hanya mencatat sejarah konflik internasional Palestina-Israel saja. Kota yang disucikan oleh tiga agama samawi ini juga merekam jejak profetik yang selalu menarik untuk dikaji.
Penelitian yang dilakukan terhadap reruntuhan negeri tua Saba di Yaman Selatan mengungkapkan bahwa seorang ratu yang hidup antara 1.000 hingga 950 SM dan pernah berada di kawasan itu pernah melakukan perjalanan ke utara (ke Yerusalem). Penelitian tersebut merujuk pada riwayat pertemuan Nabi Sulaiman dengan ratu Saba. Saba merupakan julukan yang diberikan kepada raja-raja yang memerintah di Yaman Selatan.
Pertemuan itu dikisahkan dalam Qur’an surat An Naml ayat 44:
”Dikatakan kepadanya, ‘Masuklah ke dalam istana.’ Maka, tatkala dia melihat lantai istana itu, dikiranya kolam air yang besar dan disingkapkannya kedua betisnya. Berkatalah Sulaiman, ‘Sesungguhnya, ia adalah istana licin terbuat dari kaca.’ Berkatalah Bilqis, ‘Ya Tuhanku, sesungguhnya aku telah berbuat zalim terhadap diriku dan aku berserah diri bersama Sulaiman kepada Allah, Tuhan semesta alam.”(QS Annaml 44).
Berdasarkan keterangan Alquran ataupun kisah-kisah yang terdapat dalam versi Yahudi dan Nasrani, Nabi Sulaiman (Solomon) memiliki kerajaan yang sangat istimewa. Di istananya, terdapat berbagai karya seni dan benda-benda berharga yang mengesankan bagi semua yang menyaksikanya. Pintu gerbang istana terbuat dari gelas. Penyebutan Alquran mengenai Ratu Bilqis yang menyingkapkan pakaiannya karena mengira hal itu adalah air dan ternyata kaca menunjukkan hal itu.
Dalam hikayat lain, disebutkan bahwa istana Nabi Sulaiman menempati area yang sangat luas dan megah. Konon, pintu istana terbuat dari kayu zaitun dan cemara. Lantainya terbuat dari kaca dan emas. Warna bangunannya berwarna-warni, seperti biru, ungu, hijau, kuning, dan lainnya. Sedangkan versi Yahudi menjelaskan bahwa warna biru mewakili langit, sedangkan merah mewakili bumi. Ungu, kombinasi dua warna, merupakan pertemuan dari langit dan bumi.
Dalam literatur bangsa Yahudi, Istana indah milik Nabi Sulaiman itu dikenal dengan nama Solomon Temple (Istana atau Kuil Sulaiman). Keberadaannya sudah tidak berbekas lagi. Yang tersisa dari bangunan istana itu hanya ‘Tembok sebelah Barat’ yang oleh orang Yahudi dinamai tembok ratapan atau wailing wall.
Dalam beberapa riwayat, seperti dijelaskan dalam Qur’an surat Al Isra ayat 4-7, istana Nabi Sulaiman itu bukan runtuh, tapi dihancurkan oleh orang Yahudi yang sombong dan angkuh.
Konon, salah satu kekerasan sikap Yahudi untuk merebut Palestina dan menghancurkan Al-Aqsha disebabkan oleh keberadaan istana Sulaiman tersebut.
Kuil Sulaiman diduga terletak di sebelah selatan Dome of the Rock, yaitu masjid yang dibangun oelh Khalifah Al-Walid dari Dinasti Umayyah. Tempat ini pernah dipakai shalat oleh Khalifah Umar bin Khattab. Ia kemudian meletakkan sebuah batu (the rock). Lalu, oleh Abdul Malik dibangun lah kubah di atas batu tersebut yang kemudian dikenal dengan nama The Dome of Rock.
Satu-satunya tempat yang dianggap bagus oleh Yahudi untuk membangun kembali kuil Sulaiman adalah di Bukit Zaitun, tepatnya di antara Masjid Al-Aqsha dan The Dome of Rock.
Menurut versi Yahudi, kuil Sulaiman merupakan lambang kekuatan sehingga sangat berguna dalam situasi terkini di dunia internasional. Mereka meyakini bahwa fondasi kuil Sulaiman berada di Masjid Al-Aqsha. Pembangunan kembali kuil itu dianggap sangat penting oleh pihak Yahudi demi pengakuan dunia terhadap bangsa Yahudi. []
Sumber: Khazanah Republika