BAGI Anda seorang karyawan, bekerja selama delapan jam sudah menjadi rutinitas harian. Meski tidak semuanya, namun mayoritas pekerja bekerja selama delapan jam. Lebih dari itu maka akan dihitung sebagai kerja lembur. Apalagi bagi suami yang berkewajiban menafkahi keluarga, kerja lembur bisa menjadi tambahan bonus gaji.
Namun pernahkah Anda bertanya dari mana asal-usul bekerja harus delapan jam?
Pendeknya, hal tersebut terlahir dari sebuah gerakan nasional yang dilakukan di Amerika Serikat yaitu saat Revolusi Industri.
BACA JUGA: Anda Istri yang Bekerja? Ini Kaidahnya
Jika ditarik ke belakang, saat Revolusi Industri di Inggris terjadi pada abad ke-18, banyak perusahaan yang menginginkan jumlah produksi yang banyak dan meningkat setiap waktunya. Oleh karenanya, membuat jam kerja saat itu pun terbilang melelahkan, apalagi yang bekerja di pabrik. Para pekerja saat itu dipaksa bekerja selama 10 sampai dengan 16 jam sehari.
Dan, itu pun setiap hari bekerjanya kecuali Ahad. Coba bayangkan, betapa melelahkannya bekerja di masa-masa seperti itu. Alhasil, pekerjaan pun tidaklah produktif dan kualitas pekerjaan yang dihasilkan pun tidak bagus.
Hal seperti itu dipraktikkan terus menerus, dan dibawa ke negara lain, seperti di AS. Lama-lama membuat para pekerja pun bosan dan mulai menyatukan diri kedalam ikatan pekerja nasional. Mereka menuntut untuk bekerja selama delapan jam. Kenapa harus delapan jam?
Hal itu terlahir dari gerakan yang dilakukan oleh para buruh di Amerika Serikat pada 1 Mei 1886. Dan ide ini lahir dari Robert Owen. Para pekerja melakukan protes mengenai waktu kerja yang terlalu lama itu. Mereka menginginkan bekerja delapan jam, delapan jam untuk beristirahat dan delapan jam untuk bersenang-senang dalam sehari atau 24 jam.
Dan tuntutan tersebut pun berhasil dibuat kedalam hukum Federasi, meskipun itu lama diwujudkannya. Hingga akhirnya, tanggal 1 Mei pun menjadi sejarah dan diperingati sebagai Hari Buruh Sedunia tiap tahunnya.
Seiring berjalannya waktu, jam kerja pun akhirnya distandarisasi selama delapan jam setiap hari, dan satu minggu hanya bekerja sama 5 hari. Tapi, hal tersebut baru dimulai pada masuk abad ke-20, oleh perusahaan mobil Ford, yang sudah memakai waktu kerja delapan jam dalam sehari.
BACA JUGA: Agar Bekerja Berbuah Surga, Ini Adab-Adabnya
Akibat waktu yang lebih pendek tersebut, pekerja perusahaan mobil Ford merasa lebih fleksibel dan justru lebih produktif dalam bekerja. Akibatnya dalam beberapa tahun, perusahaan Ford mendapat untung yang sangat besar, sehingga akhirnya waktu kerja delapan jam tersebut ditiru oleh banyak perusahaan lain.
Meskipun begitu tak semua tempat kerja menggunakan waktu kerja delapan jam dalam sehari. Contohnya, banyak perusahaan di Jepang yang memiliki budaya untuk menuntut pekerjanya bekerja lebih dari delapan jam sehari. Akibatnya, banyak pekerja di Jepang yang stres, tidak produktif, tidak sempat memiliki keturunan karena sibuk bekerja dan parahnya sampai meninggal dunia yang disebut ‘karoshi.’
Oleh karena itu, akhirnya waktu kerja delapan jam dalam sehari pun ditetapkan sampai sekarang. Hal ini sudah diatur dalam hukum. Kemudian, adapun perubahan lainnya, yaitu memberikan gaji lebih saat bekerja lembur dan ada kontrak kerja, yang isinya berisi jam kerja selama delapan jam dan ada waktu beristirahat. []
SUMBER: KOKBISA.ID