Manusia diberikan anugerah oleh Allah SWT berupa akal dan pikiran serta hati. Tidak lain, untuk berfikir. Dalam kajian Islam ada istilah yang disebut dengan tafakur, tadabur dan tasyakur. Semuanya merujuk pada urusan berfikir atau merenung serta imbasnya.
Ketiganya tentu saja memiliki perbedaan masing-masing. Secara sederhana, perbedaan itu dapat dijelaskan sebagai berikut:
Tafakur adalah kegiatan berfikir atau merenungkan segala penomena yang terjadi di alam semesta. Baik itu dari suatu kejadian ataupun dari suatu pengalaman inderawi. Dalam Qur’an surat Ali Imran ayat 190-191, Allah SWT memerintahkan manusia untuk bertafakur:
“Sesungguhnnya semua manusia diperintahkan untuk bertafakur menerenungkan tanda-tanda atau fenomena-fenomena alam ciptaan tuhan, agar timbul kesadaran bahwa dibalik itu ada dzat yang maha kuasa, yang maha agung, dan yang maha bijaksana yaitu sang pencipta, Allah SWT.”
Menuruut para sufi, Tafakur adalah cara untuk memperoleh pengetahuan tentang tuhan dalam arti yang hakiki. Para Ulama mengatakan bahwa tafakur itu ibarat pelita hati, sehingga dapat terlihat baik dan buruk maupun manfaat dan madharat dari segala sesuatu.
Sedangkan tadabur adalah suatu gambaran penglihatan hati terhadap akibat-akibat segala urusan. Baik tafakur maupun tadabur, keduanya sama-sama dilakukan dengan menggunakan mata hati. Bedanya, tafakur dilakukan untuk meneliti dalil atau indikator segala sesuatu hal, sedangkan tadabur dilakukan untuk meneliti akibat-akibatnya.
Tasyakur artinya bersukur atas segala nikmat yang diberikan Allah SWT. Tafakur dan Tadabur itulah yang akan mengantarkan manusia pada tasyakur. Hasilnya, manusia akan pandai bersyukur dengan memanfa’atkan nikmat yang diberikan padanya di jalan yang benar sesuai kehendak-Nya.[]
Sumber: Arena Sahabat.