Oleh: Ustadz Abdul Syukur
Pengajar di Kuttab Al-Fatih
HIDUP ini terasa lengkap jika kita memiliki kedua orang tua. Ayah dan Ibu.
Ayah yang selalu hadir untuk memberikan kebahagiaan melalui perjuangannya mencari nafkah, sementara ibu dengan sosoknya yang lembut selalu memberikan keceriaan dengan belaian kasih sayangnya.
Tapi…
Ini buat Ayah…
Meski berat menahan beban di pundak, namun ayah tak pernah mengeluh.
Ayah tidak pernah bicara jika capek,
Ayah tidak akan cerita ada masalah yang selalu mendera.
Walaupun terluka, Ayah tetap berjuang.
Betapa bahagianya diri ini, punya ayah berjiwa pahlawan.
Ini buat Ayah…
Yang tak mengenal lelah, meski terkadang dicela.
Tak pernah mengeluh, meski terkadang menahan peluh dalam perjuangannya.
Selalu memberi untuk buah hati, meski terkadang tak memiliki.
Betapa luar biasanya sosok ayah.
Tapi ayah, apalah arti perjuangan dan pengorbanan yang telah ayah berikan, ketika buah hati tak seperti yang ayah harapkan?
Untuk apa menahan keluh dan kesah dalam berjuang mencari nafkah, jika hanya menjadikan buah hati menjadi sosok yang selalu melawan perintah dan tidak menerima petuah?
Pernahkah Ayah mendengar pesan Rab, Tuhan semesta alam dalam kitab-Nya:
“…jagalah dirimu dan keluarga mu dari jilatan api neraka…”?
Yakinkah Ayah, perjuangan yang telah Ayah dedikasikan mampu menjaga buah hati dari sambaran api neraka?
Yakinkah Ayah, apa yang Ayah berikan untuk buah hati, mampu mengantarkkannya ke Surga dan menjauhkannya dari api neraka?
Sungguh, pengorbanan Ayah tak ada yang sia-sia.
Namun apalah arti pengorbanan itu, jika hanya menuai penyesalan tanpa akhir? []