Saat ini zina sudah semakin merajalela, orang-orang bisa sangat mudah mendekati perbuatan zina bahkan tanpa merasa bersalah. Lalu, ketika akhirnya mereka menyadari bahwa zina adalah perbuatan keji dan termasuk dosa besar, bagaimana cara bertaubat dari perilaku zina ini? Apa yang perlu dilakukan?
1. Bertaubat dengan sebenar-benarnya (taubat nasuha)
“Hai orang-orang yang beriman, bertaubatlah kepada Allah dengan taubat yang semurni-murninya. Mudah-mudahan Rabb kamu akan menghapus kesalahan-kesalahanmu dan memasukkanmu ke dalam surga yang mengalir di bawahnya sungai-sungai.” (QS. At-Tahrim: 8)
Tidak ada taubat yang dilakukan tanpa mengandung 3 hal: menghentikan perbuatan dosa itu, perasaan menyesal karena telah melakukan dosa itu, tidak akan mengulangi kembali dosa tersebut, sebagaimana yang dijelaskan oleh Imam An Nawawi:
”Dalam kitab al-Iman disebutkan bahwa taubat memiliki 3 rukun: al-Iqla’ (meninggalkan dosa tersebut), an-Nadm (menyesali) perbuatan maksiat tersebut, dan al-Azm (bertekad) untuk tidak mengulangi dosa yang dia taubati selamanya. (Syarh Shahih Muslim, 17/59)
Dengan demikian, jika memang ingin bertaubat, maka taubatlah dengan sebenar-benarnya, dan hal ini tidak mudah dilakukan kecuali oleh orang yang memang serius ingin bertaubat. Terutama perilaku zina, bukanlah sesuatu yang mudah untuk dihentikan atau ditinggalkan, sehingga dibutuhkan azzam yang luar biasa kuat untuk bertaubat dari perbuatan keji dan menjijikkan ini.
2. Ketahuilah bahwa taubat bukan berarti terbebas dari hukuman dunianya, maka tetaplah bersiap menghadapi ‘hukuman’ perbuatan zina
Seseorang yang taubat dari perbuatan zina bukan berarti ia terbebas dari hukuman dunia. Sangat mungkin konsekuensi perbuatan zinanya tersebut akan tetap ia dapatkan, misalnya terkena penyakit kelamin, HIV, atau penyakit seksual menular lainnya.
Sehingga, semakin cepat bertaubat dari perbuatan zina sebenarnya semakin bagus, jangan sampai menunda-nunda hingga berlarut-larut melakukan perbuatan zina kemudian baru berhenti setelah terkena hukumannya yakni berupa penyakit kelamin menular atau bahkan penyakit mematikan. Na’udzubillah min dzalik.
3. Menahan pandangan dan benar-benar menjauhi segala sumber zina
Sahabat Ummi, seringkali zina diawali dari perbuatan sepele, misalnya mengonsumsi gambar dan video porno, membuka aurat, dan menganggap hal itu sebagai sesuatu yang normal dan biasa-biasa saja. Sehingga penting sekali untuk tidak berzina dimulai dari menjaga pandangan. Berhenti konsumsi film porno, berhenti memandangi wajah-wajah rupawan sambil berkhayal.
“Katakanlah kepada laki-laki yang beriman: “Hendaklah mereka menahan pandangannya, dan memelihara kemaluannya, yang demikian itu adalah lebih suci bagi mereka, sesungguhnya Allah Maha Mengetahui apa yang mereka perbuat.” (QS. An Nur: 30)
“Dan janganlah kamu mendekati zina; sesungguhnya zina itu adalah suatu perbuatan yang keji dan suatu jalan yang buruk.” (QS. Al-Isra`: 32)
4. Menghindari berkhalwat dengan non mahram
Jangan lagi berkhalwat/berdua-duaan dengan non mahram, bahkan sekalipun sesama pria atau sesama wanita, tetap perlu menjaga batasan aurat, menjaga batasan ketika tidur bersama, tidak boleh dalam satu selimut. Meyakini bahwa syetan amat mudah mengganggu seseorang yang berkhalwat sekalipun hanya melalui chatroom.
“Janganlah seorang laki-laki berkhalwat (berdua-duaan) dengan seorang wanita, melainkan yang ketiga dari mereka adalah setan.” (HR. At-Tirmidzi (4/465 no. 2165))
5. Mencari komunitas orang-orang shalih
Mendekatlah pada Allah dengan cara bergabung pada golongan orang-orang shalih, yang kesibukannya berdzikir, membaca quran, saling berpesan dalam kebenaran dan kesabaran. In syaa Allah hati bisa lebih kuat lagi untuk meninggalkan perbuatan zina atau maksiat lainnya. Aamiin Allahumma Aamiin.[]