SEORANG dokter, pilot, menteri bahkan presiden sekalipun tentunya membutuhkan proses dan perjalanan yang tak gampang. Salah satu proses yang pasti kita lewati ialah duduk di bangku sekolah. Di sana kita belajar dan diajarkan oleh sosok tak kenal lelah, guru.
Guru selalu mengajarkan kebaikan kepada kita. Ia selalu memotivasi kita agar selalu memiliki minat belajar yang tinggi. Ia tidak pelit dalam membagikan ilmunya. Sehingga, kita bisa tahu atas hal yang tidak kita ketahui sebelumnya.
BACA JUGA: Nyata, Guru Ini Pernah Pinjamkan Uang Rp100.000 Diganti Jadi Rp600 Juta
Meski banyak kesalahan yang kita perbuat semasa sekolah, guru tidak pernah memiliki rasa dendam. Ia selalu memaafkan kesalahan kita. Sekali pun ia memberi hukuman, ternyata hukuman itu sangatlah terasa manfaatnya, bahwa itu demi kebaikan diri kita sendiri.
Oleh sebab itu, sudah sepantasnya kita berterima kasih kepada guru. Jasanya selalu terkenang sepanjang masa. Usahanya membantu diri kita dalam pendidikan, patut disyukuri dengan berterima kasih padanya. Jika kita tidak tahu terima kasih atas jasa terbaik yang diberikan guru, maka berarti kita termasuk orang yang tidak bersyukur.
Dari Abu Hurairah, Nabi SAW bersabda, “Tidak dikatakan bersyukur pada Allah bagi siapa yang tidak tahu berterima kasih pada manusia,” (HR. Abu Daud no. 4811 dan Tirmidzi no. 1954. Syaikh Al-Albani mengatakan bahwa hadis ini shahih).
Bukan hanya berterima kasih, kita pun perlu membalas kebaikannya. Sebagaimana dikatakan Dari Jabir bin Abdillah Al Anshary, ia berkata, “Nabi SAW bersabda, “Siapa yang memperoleh kebaikan dari orang lain, hendaknya dia membalasnya. Jika tidak menemukan sesuatu untuk membalasnya, hendaklah dia memuji orang tersebut, karena jika dia memujinya maka dia telah mensyukurinya. Jika dia menyembunyikannya, berarti dia telah mengingkari kebaikannya. Seorang yang berhias terhadap suatu (kebaikan) yang tidak dia kerjakan atau miliki, seakan-akan ia memakai dua helai pakaian kepalsuan,” (HR. Tirmidzi: 25-Kitab Al Birr wash Shilah, 87-Bab Maa Jaa-a fii Man Tasyabba’a bimaa Lam Yu’thihi, shahih).
BACA JUGA: Asy-Syifa binti Abdullah, Guru Wanita Pertama dalam Islam
Tapi, sangat tidak mungkin kita membalas kebaikan atas jasanya semisal dengan yang guru beri. Lantas, harus bagaimana? Dengan doa dan terus mendoakannya dalam kebaikan, itulah cara membalasnya.
“Siapa yang memberikan kebaikan untuk kalian, maka balaslah. Jika engkau tidak mampu membalasnya, doakanlah ia sampai-sampai engkau yakin telah benar-benar membalasnya,” (HR. Abu Daud no. 1672 dan dishahihkan oleh Syaikh Al-Albani). []