YOGYAKARTA—Gus Miftah, penceramah yang sosoknya viral kerena video dakwahnya di sebuah klub malam di Bali jadi perbincangan warganet, bercerita tentang kiprahnya di dunia dakwah.
Pria bernama lengkap Miftah Maulana Habiburrahman itu mengaku, dakwah di dunia malam adalah rutinitas yang ia lakukan sejak sekitar 12 tahun silam. Tujuannya, memberi kesempatan kepada mereka yang terbentur dengan tuntutan hidup agar kembali lebih dekat dengan Islam.
BACA JUGA: Viral Video Selawatan di Klub Malam Bali, Begini Kata Pihak Manajemen
Menurutnya tak ada upaya selain terjun langsung memberi tausiah ke dunia malam yang menjadi tempat mereka mencari peruntungan. Jika tidak begitu, kata Gus Miftah, celah ruang tobat akan selalu sempit.
“Yang perlu dipahami tidak hanya berbicara halal haram, tidak hanya berbicara surga-neraka, tidak hanya berbicara pahala dan dosa. Agama tidak sesempit itu,” ujar Gus Miftah, Rabu (12/9/2018).
Gus Miftah bercerita, mulanya dia terjun dakwah di kawasan Pasar Kembang alias Sarkem, Yogyakarta. Daerah tersebut dikenal sebagai lokalisasi.
Pada mulanya, ada saja penolakan baik dari penguasa wilayah maupun manajemen tempat hiburan malam. Namun penolakan itu tak menghentikan niatnya melakoni dakwah di dunia malam.
Gus Miftah mengaku kerap dicibir selama melakukan kegiatan tersebut. Bahkan ada pula yang sempat menyebutnya telah melacurkan ajaran agama dan menerima bayaran dari pengelola tempat-tempat tersebut.
“Paling tidak enak itu saya ketika dituduh melacurkan agama. Untuk itu (mengisi pengajian di tempat hiburan malam) saya biaya sendiri, tiket hotel sendiri. Semuanya saya biaya sendiri. Kalau tuduhannya saya melacurkan agama, itu tidak benar,” ujar Gus Miftah.
BACA JUGA: Videonya Viral, Inilah Penceramah yang Ajak Shalawatan di Klub Malam
Namun, semangat Gus Miftah untuk berdakwah di ‘zona terlarang’ itu tak surut begitu saja, dia memilih istiqomah melakoni jalannya turut menyiarkan ajaran Islam dan memberikan tausiah ke tempat-tempat hiburan malam.
“Jangan pernah halangi mereka untuk kembali bermesraan dengan Tuhan-nya,” ujar Gus Miftah.
Menurutnya, para pekerja tempat hiburan itu setidaknya memiliki nurani dan rasa malu atas profesi yang mereka tekuni. Namun, rasa malu itu kalah oleh kebutuhan yang berada di depan mereka.
“Nah yang kita cari bagaimana kita menumbuhkan perasaan malu di mereka. Bagaimana caranya kita masuk untuk menyadarkan mereka. Sementara itu, banyak orang yang datang ke mereka hanya sebagai hakim, tak memberi solusi,” jelas Gus Miftah, “Karena itu saya masuk ke mereka, karena kesempatan mereka [pekerja hiburan] lebih sedikit.”
Kegiatan dakwah Gus Miftah di ‘Puskesmas’ (Pusat Kesenangan Mas-mas), diakuinya tidaklah mudah.
“Dulu awalnya saya datangi tempat itu, saya surati manajemennya. Saya sebut, saya Gus Miftah, saya ingin memandu anak-anak untuk mengaji,” tuturnya.
Mulanya, para pemilik tempat hiburan malam itu mengabaikan Gus Miftah. Selain menolak, bahkan ada yang mencurigainya ingin merusak bisnis hiburan malam mereka.
“Ada yang (didekati) setengah tahun, ada yang sebulan, ada yang berdebat dulu sebelum memberi izin. Awalnya dicurigai ini merusak… Bahkan di Sarkem (Pasar Kembang) sempat diajak kelahi oleh premannya,” kenang Gus Miftah.
Perlu waktu yang lama hingga akhirnya dia diijinkan untuk mengisi pengajian di dunia malam. Gus Miftah menegaskan, semua itu dia lakukan hanya untuk tujuan dakwah, bukan untuk memperoleh bayaran berupa materi.
“Perlu dicatat di semua tempat itu saya tidak dibayar, mereka hanya memberi ruang dan waktu,” ujar Gus Miftah.
Kini, di daerah Yogyakarta dan sekitarnya, dia terbilang rutin mengisi pengajian di tempat hiburan malam. Tak hanya itu, tempat hiburan di kota lain yang menjadi jaringan salah satu tempat hiburan di Yogyakarta pun berminat untuk mendatangkan dirinya seperti yang terjadi di Bali.
Pimpinan pondok pesantren Ora Aji itu mengatakan, dia selalu menyelipkan pesan-pesan dalam tausiah agar para pekerja hiburan itu tak melupakan tujuan hidup di dunia.
“Kalau disuruh menegakkan Islam dengan menuntut penutupan tempat hiburan itu, saya bukan wali kota, saya bukan bupati, saya bukan gubernur yang memiliki kuasa untuk itu,” katanya.
Sebelumnya, beredar video saat Gus Miftah mengajak pengunjung klub malam Boshe VVIP di Bali melantunkan selawat nabi. Dalam video itu tampak para pekerja malam yang menghadiri kegiatan tausiyah Gus Miftah tersebut, berpakaian minim.
BACA JUGA: Ini Tanggapan MUI Soal Aksi Gus Miftah yang Ajak Orang Shalawatan di Klub Malam
Soal busana dari para pekerja malam tersebut saat mendengarkan ceramahnya, Gus Miftah mencoba memaklumi. Menurutnya, akan lebih lama lagi bagi para pekerja itu untuk bersalin busana sebelum mendengarkan tausiah dan kembali mengganti baju lagi saat akan bekerja.
Kendati video viral tersebut menimbulkan kontroversi, Gus Miftah menyatakan akan tetap menyiarkan dakwah di tempat-tempat hiburan malam.
Dia mengaku, selama 12 tahun berdakwah di tempat tersebut, tak sedikit pekerja malam yang akhirnya memilih jalan hijrah. Tak sedikit pula yang kemudian masuk Islam atau menjadi mualaf. []
SUMBER: CNN