SAYA pernah mendengar tanda-tanda lailatul-qadar yang telah tersebar di masyarakat luas. Sayangnya informasi yang sampai kepada kita terkadang agak simpang siur, selain juga tidak didasarkan pada dalil-dalil yang qath’i. Bahkan ciri yang diajukan malah sering agak kurang masuk akal, seperti adanya pohon yang bersujud, atau fenomena bangunan-bangunan tidur, atau air tawar berubah asin, bahkan sampai adanya anjing-anjing tidak menggonggong, dijadikan sebagai pertanda. Lalu bagaimana ciri-ciri lailatul-qadar sebagaimana disebutkan di dalam Al-quran dan sunnah? Mohon penjelasan yang rinci, ustadz.
MEMANG benar kita sering menemukan informasi seperti itu, benar tidaknya wallahua’lam. Namun yang lebih baik dan lebih selamat adalah bila kita kembalikan berdasarkan dalil-dalil yang kuat, baik dari al-Quran ataupun hadits yang mendukungnya.
Lalu bagaimanakah tanda-tanda yang benar berkenaan dengan malam yang mulia ini? Nabi SAW pernah mengabarkan kita di beberapa sabda beliau tentang tanda-tanda malam lailatul qadar, yaitu:
1. Udara dan suasana pagi yang tenang
Ibnu Abbas radliyallahu’anhu berkata: Rasulullah SAW bersabda:
“Lailatul Qadar adalah malam tentram dan tenang, tidak terlalu panas dan tidak pula terlalu dingin, esok paginya sang surya terbit dengan sinar lemah berwarna merah.”
2. Cahaya mentari redup
Ada juga hadits nabi yang menginformasikan ciri malam Qadar adalah bila ada cahaya mentari lemah, cerah tak bersinar kuat keesokannya. Dasarnya dari hadits Ubay bin Ka’ab radliyallahu’anhu, bahwasanya Rasulullah SAW bersabda:
“Keesokan hari malam Qadar matahari terbit hingga tinggi tanpa sinar bak nampan,” (HR. Muslim)
3. Terkadang terbawa dalam mimpi
Malam itu terbawa dalam mimpi, seperti yang terkadang dialami oleh sebagian sahabat Nabi radliyallahu’anhum.
“Dari sahabat Ibnu Umar radliyallahu’anhuma bahwa beberapa orang dari sahabat Nabi saw diperlihatkan malam Qadar dalam mimpi (oleh Allah SWT) pada 7 malam terakhir (Ramadhan) kemudian Rasulullah saw berkata,”Aku melihat bahwa mimpi kalian (tentang lailatul Qadar) terjadi pada 7 malam terakhir. Maka barang siapa yang mau mencarinya maka carilah pada 7 malam terakhir,”(HR Muslim)
4. Bulan nampak separuh bulatan
Ada juga yang menyebutkan bahwa malam itu bulan nampak separuh bulatan, sebagaimana hadits berikut ini :
Abu Hurairah radliyallahuanhu berkata, ”Kami pernah berdiskusi tentang lailatul Qadar di sisi Rasulullah SAW, beliau berkata, “Siapakah dari kalian yang masih ingat tatkala bulan muncul, yang berukuran separuh nampan,” (HR. Muslim)
5. Malam dengan ciri tertentu
Ciri yang lain dari malam Qadar adalah malam itu terang, tidak panas, tidak dingin, tidak ada awan, tidak hujan, tidak ada angin kencang dan tidak ada yang dilempar pada malam itu dengan bintang (lemparan meteor bagi setan). Dasarnya adalah hadits Ubadah bin Shamit radhiyallahuanhu berikut ini :
“Malam itu adalah malam cerah, terang, seolah-olah ada bulan, malam yang tenang dan tentram, tidak dingin dan tidak pula panas. Pada malam itu tidak dihalalkan dilemparnya bintang, sampai pagi harinya. Dan sesungguhnya, tanda Lailatul Qadar adalah matahari di pagi harinya terbit dengan indah, tidak bersinar kuat, seperti bulan purnama, dan tidak pula dihalalkan bagi setan untuk keluar bersama matahari pagi itu,” (HR. Ahmad).
Juga ada hadits yang senada dari hadits Watsilah bin al-Asqa’ dari Rasulullah SAW::
“Lailatu-Qadar adalah malam yang terang, tidak panas, tidak dingin, tidak ada awan, tidak hujan, tidak ada angin kencang dan tidak ada yang dilempar pada malam itu dengan bintang (lemparan meteor bagi setan),” (HR. At-Thabrani)[1]
6. Lezatnya ibadah
Ada juga pendapat yang mengatakan bahwa ciri malam Qadar adalah bila orang-orang yang beribadah pada malam tersebut merasakan lezatnya ibadah, ketenangan hati dan kenikmatan bermunajat kepada Rabb-nya tidak seperti malam-malam lainnya.
Namun, dari sekian banyak riwayat yang menunjukkan bahwa malam Lailatul Qadar ini mempunyai tanda dan alamat yang bisa diketahui dan dirasakan, tidak berarti bahwa setiap orang dapat mengatahui dan merasakannya.
Seorang muslim yang menghidupkan malam-malam Ramadhannya, memungkinkan baginya mendapatkan malam Qadar itu tanpa ia ketahui tanda malam mulia tersebut.
Jadi mengetahui tanda malam Qadar itu bukan sesuatu yang pasti dan dapat dirasakan oleh semua orang yang menghidupkan malam tersebut.
Imam Thobari mengatakan: “Itu (tanda-tanda Lailatul Qadar) tidak mesti, seorang muslim bisa saja mendapatkan malam mulia tersebut dan ia tidak melihat atau mendengar sesuatu dari tanda-tanda itu”.
Wallahu a’lam bishshawab.[]
Sumber: Dilansir dari penjelasan Ustadz Ahmad Sarwat, Lc., MA selaku pengasuh rubrik konsultasi fiqih dalam rumah fiqih.
[1] Al-Imam Ath-Tabrani, Al-Mu’jam Al-Kabir jilid 22 hal. 59 dengan sanad hasan