IBU berkerudung pendek itu mendekati anaknya yang tengah asyik melukis di dalam kelasnya. Anaknya masih berusia 4,5 tahun. TK tingkat pertama. Hari itu, sedang ada pelajaran menggambar bebas.
“Adek,” ujar si ibu setengah menghardik, “daunnya harus berwarna hijau. Jangan coklat.”
Si anak mendongak ke arah ibunya. Ia menggeleng. Kemudian kembali melanjutkan mewarnai daun pepohonan yang sedang ia gambar. Dengan warna coklat.
Si ibu kali ini berteriak, “Mama kan udah bilang, kalo daun itu warnanya hijau. Nanti kamu diketawain, mana ada daun warnanya coklat?”
Sambil begitu si anak disodori krayon warna hijau oleh ibunya.
Si anak kembali menatap ibunya. Kali ini dengan pandangan putus asa dan ingin menangis. “Tapi aku ingin warna coklat…” katanya memelas.
Si ibu mengambil krayon warna coklat dari tangan anaknya. Kemudian menggenggamkan krayon warna hijau ke tangan anaknya. Si anak hampir menangis.
Ibu guru TK melihat kejadian itu, dan menghampiri ibu anak itu. “Mama mengapa ada di sini? Seharusnya mama tunggu di luar saja deh…” ujar ibu guru ramah.
“Eh ini, Bu Guru…” kilah si ibu berkerudung pendek, sambil menahan malu. “Masa Adek mewarnai daun-daun dengan warna coklat?”
Si anak menatap ibu guru.
Ibu guru tersenyum. “Nah, Adek, kenapa Adek mewarnai daun-daun ini dengan warna coklat?” tanya bu guru ramah.
Si anak menatap ibunya kali ini. Menatap lagi pada bu guru. Kemudian berujar, “Ini kan daun-daun kering, Bu Guru….”
Ibu guru tersenyum manis, dan berujar, “Kalau begitu, silakan Adek teruskan mewarnai yaa…”
Sering kali kita tidak memahami anak-anak dalam melakukan sesuatu, tapi mereka adalah kata hati yang paling jujur. []