PUASA mengandung banyak hikmah dan faidah yang berkisar pada ketakwaan yang disebutkan oleh Allah subhanahu wa ta’aala di dalam firman-Nya (yang artinya), “agar kamu bertakwa.” Penjelasannya adalah: Sesungguhnya apabila nafsu dapat menahan dirinya dari perbuatan halal karena mendambakan keridhaan Allah subhanahu wa ta’aala dan takut hukuman-Nya, maka sudah pasti tunduk untuk menahan diri dari yang haram.
1. Sesungguhnya apabila perut seseorang lapar, maka rasa lapar indra yang lain terhalangi, dan apabila perutnya kenyang, maka akan laparlah lisan, mata, tangan dan kemaluannya (nafsu seksnya). Jadi, puasa itu dapat mematahkan rongrongan setan dan melumpuhkan syahwat dan menjaga anggota tubuh.
2. Sesungguhnya apabila orang yang berpuasa itu merasakan penderitaan lapar, maka ia akan merasakan pula penderitaan orang-orang fakir, maka akan timbullah rasa belas kasih dan uluran tangan untuk menutup kebutuhan mereka; karena sebagaimana pepatah mengatakan, “Berita itu tidak seperti dengan apa yang kita lihat dengan mata kepala kita sendiri” dan “orang yang naik kendaraan itu tidak akan mengetahui sengsaranya pejalan kaki, kecuali apabila ia jalan kaki.”
3. Sesungguhnya puasa dapat mendidik dan menumbuhkan kemauan menghindarkan dari hawa nafsu dan jauh dari kemaksiatan, karena di waktu berpuasa kita dapat memaksa tabiat kita dan menyapih nafsu dari kebiasaan-kebiasaannya.
4. Puasa juga membiasakan kita berdisiplin dan tepat waktu, yang mampu menanggulangi keteledoran banyak orang jikalau mereka berakal.
5. Puasa juga menampakkan prinsip kesatuan kaum muslimin, dimana segenap umat berpuasa dan berhari raya bersama pada bulan yang sama.
6. Di dalam berpuasa juga terdapat kesempatan yang sangat berharga bagi para dai untuk menyeru manusia ke jalan Allah subhanahu wa ta’aala dimana pada bulan ini hati mereka cenderung ke masjid-masjid. Di antara mereka ada yang masuk masjid merupakan yang pertama kali, dan ada pula yang sudah lama tidak masuk masjid; mereka sedang berada di dalam suatu kerinduan yang sangat jarang terjadi. Maka, momentum ini harus digunakan sebaik-baiknya oleh para dai untuk memberikan nasihat-nasihat yang menyentuh hati mereka dan menyampaikan materi-materi yang sesuai, serta ceramah-ceramah yang bermanfaat yang disertai dengan tolong menolong dalam kebajikan dan ketakwaan. Namun, hendaknya dai jangan terlalu disibukkan mengurusi orang lain hingga lupa dirinya sendiri hingga seperti lilin, menerangi orang dan membiarkan dirinya terbakar. []
Sumber: Panduan Ramadhan – Risalah Puasa Bagi Kaum Muslimin/Disebarkan dalam bentuk ebook oleh Yufid