Masa haid paling sedikit sehari semalam. Dan paling lama lima belas hari. Dan yang biasa enam atau tujuh hari.
ALLAH SWT memberikan perbedaan yang begitu nyata kepada kaum perempuan. Kaum perempuan memiliki masa-masa tertentu untuk membuang kotoran yang ada pada tubuhnya. Inilah yang kita kenal sebagai haid. Ya, haid merupakan darah yang keluar dari vagina perempuan.
Ketika mengalami haid seorang perempuan tidak diperkenankan untuk melakukan ibadah-ibadah mahdah, seperti halnya shalat, puasa, membaca Al-Quran dan lain sebagainya. Akan tetapi, tidak menutup kemungkinan untuk selalu mengingat Allah dengan terus berdzikir kepada-Nya.
Meski begitu, rasa ingin segera kembali melakukan ibadah seperti semestinya tentu begitu dirindukan bukan? Oleh sebab itu, seorang perempuan haid harus menunggu suci terlebih dahulu. Lalu, seberapa lama ya masa haid itu?
BACA JUGA:Â Puaskan Suami Saat Haid, Lakukan Cara Halal Ini
Masa haid paling sedikit sehari semalam. Dan paling lama lima belas hari. Dan yang biasa enam atau tujuh hari.
Menurut madzhab Hanafi, masa haid paling sedikit tiga hari tiga malam, dan paling lama sepuluh hari sepuluh malam. Jika seorang perempuan telah biasa mengalami haid dalam beberapa hari tertentu, kemudian berubah dan bertahan lama dari kebiasaannya, maka tambahan atau perubahan itu harus dihitung sebagai masa haid.
Umpamanya seorang biasanya haid selama tiga hari. Kemudian bertambah menjadi empat hari, maka kebiasaannya berubah menjadi empat hari, yaitu hari keempat dihitung sebagai hari haid. Begitulah halnya sampai kehitungan kesepuluh. Apabila lebih dari sepuluh hari, maka darah yang keluar itu bukan lagi darah haid tetapi darah istihadhah. Tambahan lebih dari sepuluh tidak lagi diperhitungkan sebagai masa haid, tetapi kembali seperti biasa.
BACA JUGA:Â Bolehkah Wanita Haidh Berwudhu sebelum Tidur?
Menurut madzhab Maliki tidak ada batas waktu paling sedikit masa haid itu dengan membandingkannya kepada ibadah. Baik dengan memandang darah yang keluar dan dengan memandang masanya sekalipun darah yang keluar itu hanya segumpal dan dalam waktu sekejap, maka perempuan itu dapat dikatakan haid.
Adapun dengan membandingkannya kepada masa ‘iddah dan istibra’, mereka mengatakan masa haid itu paling sedikit satu hari atau setengah hari. Dan tidak ada batas paling lama, karena tergantung dari darah yang keluar. Dan juga tidak dapat ditakari, umpamanya seliter, lebih atau kurang. Sedangkan berdasarkan masa, maka paling lama ditaksir lima belas hari bagi orang permulaan yang belum pernah hamil. []
Referensi: Fiqih Perempuan/Karya: Muhammad ‘Athiyah Khumais/Penerbit: Media Da’wah