SETIAP tanggal 14 Februari dikenal sebagai perayaan hari Valentine. Remaja dan para pemuda di dunia ramai-ramai merayakan ‘hari kasih sayang’ ini dengan bunga, coklat dan pernak-pernik berwarna merah muda.
Namun beberapa Negara di dunia dengan tegas melarang perayaan V-day karena bertentangan dengan agama Islam atau bertentangan dengan adat di sebuah Negara.
Di Malaysia, meski tidak ada larangan resmi terhadap perayaan Hari Valentine, Departemen Pengembangan Islam Malaysia (JAKIM) menegaskan perayaan Hari Valentine identik dengan aktivitas seks bebas dan pesta yang dilarang oleh Islam. Perayaan ini, kata JAKIM dalam surat keterangannya, berlawanan dengan moral dan etika yang diyakini Muslim dan dapat merusak agama.
JAKIM juga telah mengeluarkan fatwa larangan merayakan Hari Valentine karena mengarah pada aktivitas amoral dan seks bebas. Data di lapangan menunjukkan banyak pasangan remaja yang melakukan tindakan yang dilarang agama, termasuk peningkatan penjualan alat kontrasepsi kondom di lokasi pesta Valentine.
Di Pakistan, larangan perayaan Hari Valentine sudah memasuki tahun kedua. Media juga dilarang menerbitkan berita yang berhubungan dengan perayaan V-day. Pengadilan Islamabad sudah mengeluarkan keputusan pada 2017 yang menegaskan bahwa perayaan Valentine tidak sesuai dengan ajaran Islam. Selama ini, warga Pakistan yang 60 persen berusia di bawah 30 tahun merayakan dengan cokelat dan bunga.
Protes terhadap perayaan Hari Valentine berlangsung ramai di sejumlah tempat di Pakistan. Partai Jamiat al Islam yang merupakan partau berkuasa di Pakistan bahkan mendesak pemerintah mengeluarkan larangan resmi.
Sebelumnya, pada 2016, Presiden Pakistan Mamnoon Hussain meminta warga untuk tidak mengistimewakan Hari Valentine. “Hari Valentine tidak ada hubungannya dengan budaya kita dan karena itu harus dihindari,” katanya.
Di Arab Saudi, pihak keamanan menyita alkohol dan sejumlah perlengkapan pesta saat melakukan penyerbuan ke lokasi pesta di Riyadh. Polisi juga menangkap empat pria Saudi yang tengah mabuk dan menari bersama enam perempuan di pesta tersebut.
Di wilayah Uttar Pradesh, India, yang mayoritas penduduknya beragama Hindu, pelarangan perayaan Valentine juga sudah lama berlangsung. Pada 2015, kelompok nasionalis Hindu Mahasabha mengatakan perayaan asing bertentangan dengan agama Hindu.
Ternyata tidak hanya di negara dengan penduduk mayoritas Muslim, desakan untuk melarang perayaan Hari Valentine juga berlangsung di Rusia. Gubernur wilayah Belgorod, Yevgeny Savchenko, mengatakan perayaan Valentine tidak sesuai dengan budaya asli Rusia dan warga harus memikirkan konsekuensi perayaan tersebut. Pelarangan ini membuat sejumlah lokasi seperti kebun binatang membatalkan promo diskon bagi para pasangan. []
SUMBER: HALALLIFESTYLE