PADA bulan Ramadhan ini banyak sekali orang yang melakukan i’tikaf, terutama pada menjelang akhir-akhir ramadhan. Memang bagus sekali orang yang melakukan i’tikaf ini, apalagi jika tujuannya untuk mendekatkan diri pada Allah SWT dan merenungkan segala dosa nya yang telah diperbuat. Namun, telahkan Anda mengetahui orang yang bagaimanakah yang dibolehkan untuk melakukan i’tikaf? Berikut ini akan dipaparkan syarat-syarat orang yang hendak i’tikaf:
a. Seorang muslim
b. Mumayyiz
c. Suci dari janabat, suci dari haid, dan suci dari nifas
Apabila i’tikaf dilakukan di luar bulan Ramadhan, maka:
• Menurut Ibnul Qoyyim: “Puasa sebagai syarat sahnya i’tikaf dan ini merupakan pendapat jumhur (mayoritas) ulama salaf.” Dan pendapat ini dikuatkan oleh Syeikhul Islam Ibnu Taimiyyah.
• Menurut Imam Syafi’i dan Ibnu Hazm, bahwa puasa bukan syarat sahnya i’tikaf. Jika seorang yang beri’tikaf mau puasa, maka ia puasa. Jika ia tidak mau, tidak apa-apa.
• Imam Nawawi Rahimallah berkata: “Yang afdhol (utama) i’tikaf dengan berpuasa dan bila ia i’tikaf tanpa berpuasa juga boleh,” (al-Majmu’ Syarhul Muhadzdzab 6/484).
Apabila ada orang yang sakit i’tikaf di masjid, maka i’tikafnya sah. Namun lebih baik lagi jika orang yang beri’tikaf disertai dengan dirinya berpuasa, sebagaimana perkataan Aisyah RA,
“Barangsiapa yang i’tikaf hendaklah ia berpuasa,”
Aisyah RA juga mengatakan: “Sunnah bagi orang yang i’tikaf adalah tidak menjenguk orang sakit, tidak melayat jenazah, tidak bercampur dengan istrinya dan tidak bercumbu rayu, tidak keluar dari masjid kecuali ada sesuatu yang mesti dia keluar, tidak ada i’tikaf kecuali di masjid jami’,” (HR. Abu Dawud dan Baihaqi). []
Sumber: Al Furqon/Ust. Aunur Rofiq bin Ghufron/Lajnah Dakwah Ma’had al-Furqon/Jawa Timur/September 2006.