MIZAN atau timbangan adalah alat untuk mengukur sesuatu berdasarkan berat dan ringan. Adapun mizan di akhirat adalah sesuatu yang Allah Azza Wa Jalla letakkan pada hari Kiamat untuk menimbang amalan hamba-hambaNya.
Soal ukurannya, hanya Allah Ta’ala yang mengetahuinya. Seandainya langit dan bumi diletakkan dalam daun timbangannya, niscaya mizan tersebut akan tetap longgar. Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
يُوْضَعُ الْمِيْزَانُ يَوْمَ الْقِيَامَةِ، فَلَوْ وُزِنَ فِيْهِ السَّمَوَاتُ وَالأَرْضُ لَوَسِعَتْ، فَتَقُوْلُ الْمَلاَئِكَةُ: يَا رَبِّ! لِمَنْ يَزِنُ هَذَا؟ فَيَقُوْلُ اللهُ تَعَالَى: لِمَنْ شِئْتُ مِنْ خَلْقِيْ، فَتَقُوْلُ الْمَلاَئِكَةُ: سُبْحَانَكَ مَا عَبَدْنَاكَ حَقَّ عِبَادَتِكَ.
“Pada hari Kiamat, mizan akan ditegakkan. Andaikan ia digunakan untuk menimbang langit dan bumi, niscaya ia akan tetap lapang. Maka Malaikat pun berkata, “Wahai Rabb-ku, untuk siapa timbangan ini?” Allah berfirman: “Untuk siapa saja dari hamba-hamba-Ku.” Maka Malaikat berkata, “Maha suci Engkau, tidaklah kami dapat beribadah kepada-Mu dengan sebenar-benarnya,” (HR. Hakim dan dishahihkan al-Albani).
Mengenai apa yang ditimbang kelak di hari kiamat, setidaknya ada 3 pendapat ulama yang berbeda dalam hal ini.
BACA JUGA: Doa Kebaikan Dunia Akhirat
Amal
Kelak di hari kiamat amal baik maupun buruk manusia akan dijadikan sesuatu yang berwujud, lalu diletakkan di atas daun timbangan.
Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
كَلِمَتَانِ حَبِيبَتَانِ إِلَى اَلرَّحْمَنِ, خَفِيفَتَانِ عَلَى اَللِّسَانِ, ثَقِيلَتَانِ فِي اَلْمِيزَانِ, سُبْحَانَ اَللَّهِ وَبِحَمْدِهِ , سُبْحَانَ اَللَّهِ اَلْعَظِيمِ
“Dua kalimat yang yang dicintai Allah ar-Rahman, ringan di lisan dan berat di timbangan, yaitu Subhaanallahi wa bihamdih, subhaanallahil ‘azhiim (artinya: “Maha Suci Allah sambil memuji-Nya dan Maha Suci Allah Yang Maha Agung),” (HR. Bukhari 6406 dan Muslim 2694).
Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
مَا مِنْ شَيْءٍ يُوضَعُ فِي المِيزَانِ أَثْقَلُ مِنْ حُسْنِ الخُلُقِ
Tidak ada sesuatu yang lebih berat ketika diletakkan di mizan, melebihi akhlak yang mulia, (HR. Turmudzi 2003, Ibnu Hibban 481 dan dihasankan Syuaib al-Arnauth).
Dan Allah kuasa untuk menciptakan amal yang sifatnya abstrak menjadi sesuatu yang berwujud (konkrit).
Pendapat ini dinilai lebih kuat oleh al-Hafidz Ibnu Hajar al-Asqalani. Beliau mengatakan,
والصحيح أن الأعمال هي التي توزن
Yang benar, yang ditimbang kelak di hari kiamat adalah amal.
Kemudian beliau menyebutkan hadis Abu Darda di atas, (Fathul Bari Syarh Shahih Bukhari, 13/539).
Fisik pelaku amal
Ada juga dalil yang menunjukkan bahwa yang ditimbang kelak di hari akhir adalah badan para hamba. Sedangkan berat dan ringannya, tergantung dari kekuatan imannya.
Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
إِنَّهُ لَيَأْتِي الرَّجُلُ الْعَظِيْمُ السَّمِيْنُ يَوْمَ الْقِيَامَةِ لاَ يَزِنُ عِنْدَ اللهِ جَنَاحَ بَعُوْضَةٍ
“Sesungguhnya pada hari Kiamat nanti ada seorang laki-laki yang besar dan gemuk, tetapi ketika ditimbang di sisi Allah, tidak sampai seberat sayap nyamuk,” (HR. Bukhari 4729 dan Muslim 2785).
Kejadian ini seperti firman Allah di surat al-Kahfi,
فَلاَ نُقِيْمُ لَهُمْ يَوْمَ الْقِيَامَةِ وَزْنًا
“Dan Kami tidak mengadakan suatu penilaian bagi (amalan) mereka pada hari Kiamat,” (QS. al-Kahfi: 105).
BACA JUGA: Adakah Batas Akhir Waktu Shalat Isya?
Buku catatan amal
Diantara dalil yang mendukung pendapat ini adalah hadis dari Abdullah bin Amr bin al-‘Ash radhiyallahu ‘anhuma, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
“Sungguh Allah akan membebaskan seseorang dari umatku di hadapan seluruh manusia pada hari Kiamat dimana ketika itu dibentangkan 99 gulungan catatan (dosa) miliknya. Setiap gulungan panjangnya sejauh mata memandang.
Kemudian Allah berfirman, ‘Apakah ada yang engkau ingkari dari semua catatan ini? Apakah para (Malaikat) pencatat amal telah menganiayamu?,’
Dia menjawab: ‘Tidak wahai Rabbku,’
Allah bertanya: ‘Apakah engkau memiliki udzur (alasan)?,’
Dia menjawab: ‘Tidak Wahai Rabbku.’
Allah berfirman: “Bahkan sesungguhnya engkau memiliki satu kebaikan di sisi-Ku dan sungguh pada hari ini engkau tidak akan dianiaya sedikitpun. Kemudian dikeluarkanlah sebuah kartu (bithoqoh) yang di dalamnya terdapat kalimat:
أَشْهَدُ أَنْ لاَ إِلَهَ إِلاَّ اللهُ، وَأَشْهَدُ أَنَّ مُحَمَّدً عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ
Aku bersaksi bahwa tidak ada sesembahan yang haq selain Allah, dan aku bersaksi bahwa Muhammad adalah hamba dan Rasul-Nya.
Lalu Allah berfirman: ‘Hadirkan timbanganmu.’
Dia berkata: ‘Wahai Rabbku, apalah artinya kartu ini dibandingkan seluruh gulungan (dosa) itu?,’
Allah berfirman: ‘Sungguh kamu tidak akan didzalimi.’
Kemudian diletakkanlah gulungan-gulungan tersebut pada satu daun timbangan dan kartu itu pada daun timbangan yang lain. Maka gulungan-gulungan (dosa) tersebut terangkat dan kartu (laa ilaaha illallah) lebih berat. Demikianlah tidak ada satu pun yang lebih berat dari sesuatu yang padanya terdapat Nama Allah,” (HR. Turmudzi 2639, Ibnu Majah 4300 dan dishahihkan al-Albani).
Pendapat ketiga ini dinilai lebih kuat oleh al-Qurthubi. Dalam tafsirnya beliau menegaskan,
والصحيح أن الموازين تثقل بالكتب التي فيها الأعمال مكتوبة، وبها تخف
Yang benar, berat dan ringannya timbangan itu tergantung pada kitab yang di sana ada catatan amal, (Tafsir al-Qurthubi, 7/165).
Dan ini juga pendapat mayoritas ahli tafsir, dan dinilai lebih kuat oleh al-Qadhi as-Safarini, Ibnu Abdil Bar dan yang lainnya, (al-Qiyamah al-Kubro, Dr. Sulaiman al-Asyqar, hlm. 251).
Jika kita mengambil kesimpulan dari tiga pendapat ulama di atas, maka kita pasti mengerti bahwa itu tidak bertentangan. Maka yang lebih tepat adalah semua pendapat di atas dinilai benar. Mengingat, semuanya didukung oleh dalil yang shahih.
Terkait hal ini Imam Ibnu Katsir menyimpulkan,
وقد يمكن الجمع بين هذه الآثار بأن يكون ذلك كله صحيحًا فتارة توزن الأعمال، وتارة توزن محالها، وتارة يوزن فاعلها والله أعلم
Mungkin untuk dikompromikan dari semua riwayat yang ada, bahwa semuanya shahih. Dimana terkadang yang ditimbang terkadang amalnya, terkadang tempat catatan amal, dan terkadang pelaku amal. Allahu a’lam. []
SUMBER: KONSULTASI SYARIAH