NIKAH merupakan salah satu syariat yang diwajibkan dalam Islam. Rukun nikah itu terbilang sederhana dan ‘ga neko-neko’, hanya mempelai, ijab kabul, wali dan ada juga yang menambahkan dengan mahar.
Bagaimana dengan resepsi atau walimahnya? Inilah salah satu hal yang seringkali membuat calon mempelai ‘maju-mundur’ untuk melangkah ke pelaminan. Masalahnya, resepsi ini identik dengan pesta dan jamuan makan yang seringkalai diidentikan dengan gengsi atau status sosial sebuah keluarga.
Masalah resepsi inilah yang acapkali menyita tenaga dan pikiran soal wacana ‘modal nikah’. Karena modal nikah inilah tak jarang calon mempelai atau keluarga mempelai rela menguras tabungan, bahkan hingga pinjam modal ke ‘kiri-kanan’.
Laporan Industri Pernikahan Indonesia 2017 Bridestory merangkum hasil survei terhadap 5 ribu calon pengantin di Indonesia. Dalam laporan tersebut, setiap pasangan harus menyediakan Rp12,5 juta untuk pesta pernikahan sederhana yang dihadiri oleh 50 orang tamu.
Apabila memiliki banyak kerabat, tak jarang pasangan mengundang hingga 1.000 orang tamu dengan biaya hingga miliaran.
Berdasarkan laporan yang sama, rata-rata calon pengantin mengalokasikan sebagian besar anggaran untuk tempat (venue) dan katering. Setelah itu, dekorasi, foto, undangan, dan hal-hal pendukung lain.
Nah, bagaiamana caranya mengumpulkan modal nikah agar walimah terlaksana tanpa kendala?
Berikut ini ulasan tips dari beberapa pakar terkait ‘anggaran pernikahan’ di Indonesia.
Pertama, sesuaikan anggaran dengan kemampuan calon mempelai.
Perencana keuangan Eko Endarto mengingatkan anggaran upacara pernikahan harus disesuaikan dengan kemampuan calon mempelai. Jangan sampai setelah upacara usai, pasangan yang telah menikah malah terlilit oleh utang.
“Setelah menikah kebutuhan kan banyak. Ada anak dan berbagai macam kebutuhan lain. Kalau di awal pernikahan sudah berutang, ke depannya akan berat,” ujarnya.
Idealnya, lanjut Eko, anggaran pernikahan disiapkan sejak tiga tahun sebelum hari-H. Dengan demikian, calon pengantin memiliki waktu yang cukup untuk menabung dan berinvestasi terlebih dahulu.
Pemesanan kebutuhan upacara pernikahan juga perlu dilakukan dari jauh-jauh hari, sehingga bisa mengunci harga, terutama untuk pemesanan tempat dan katering makanan. Sebagai konsekuensi, calon mempelai harus menyiapkan uang muka.
Kedua, menyiapkan ‘modal nikah’ jauh sebbelum hari H.
Salah satu pendiri perusahaan pembiayaan Taralite (sebelumnya Wedlite) Victor Timothy, menyarankan calon pengantin setidaknya bisa menyiapkan dana sekitar tiga puluh hingga lima puluh persen dari total kebutuhan anggaran.
Menurut Victor, biaya pernikahan di Indonesia sebenarnya tidak ditanggung oleh calon pengantin sendiri, tetapi ada dari keluarga dan penerimaan dari ‘amplop’ para tamu undangan. Hal itu juga perlu dipertimbangkan dalam menyusun budget.
Ketiga, catat semua pemasukan dan pengeluaran agar anggaran tidak membengkak.
Customer and Vendor Relation Bridestory Nesya Marenta memberikan tips agar anggaran pernikahan tidak membengkak. Caranya sederhana, yaitu dengan mencatat semua pengeluaran dan pemasukan serta transaksi dengan vendor pernikahan yang biasanya menyediakan ‘kredit modal nikah’.
Hal ini akan mempermudah dalam memonitor pengeluaran. Selain itu, jika memiliki cicilan, calon pengantin harus mengusahakan agar pembayarannya dilakukan tepat waktu sehingga terhindar dari bunga.
“Yang tak kalah penting adalah jangan terlalu mengikuti semua tren pernikahan yang sedang marak. Dalam hal ini, calon pengantin dapat mempertimbangkan kembali apakah tren pernikahan yang sedang marak masih relevan dengan rencana anggaran yang telah ditetapkan sejak awal,” pungkas Nesya. []
SUMBER: CNN