WASHINGTON—Presiden Amerika Serikat (AS) Donald John Trump kembali mengancam akan menyerang rezim Suriah atas tuduhan serangan senjata kimia di Douma. Trump mengatakan, Washington memiliki banyak opsi militer untuk rezim Damaskus.
Pemimpin Gedung Putih telah bertemu dengan komandan militer AS untuk membahas respon atas dugaan serangan kimia di Suriah. Washington bahkan siap bertindak meski tanpa mandat atau persetujuan PBB.
“Serangan kimia yang diduga terjadi di Suriah akan ditanggapi dan itu akan ditanggapi dengan paksa,” kata Trump, Senin (9/4/2018).
Trump juga menyebut sudah mengetahui siapa yang bertanggungjawab dibalik serangan di Douma tersebut.
Apa itu senjata kimia?
Senjata kimia adalah senjata yang memanfaatkan sifat racun senyawa kimia untuk membunuh, melukai, atau melumpuhkan musuh. Penggunaan senjata kimia berbeda dengan senjata konvensional dan senjata nuklir karena efek merusak senjata kimia terutama bukan disebabkan daya ledaknya. Penggunaan organisme hidup (seperti antraks) juga bukan dianggap senjata kimia, melainkan senjata biologis.
Menurut Konvensi Senjata Kimia (Chemical Weapons Convention), yang dianggap sebagai senjata kimia adalah penggunaan produk toksik yang dihasilkan oleh organisme hidup (misalnya botulinum, risin, atau saksitoksin). Menurut konvensi ini pula, segala zat kimia beracun, tanpa memedulikan asalnya, dianggap sebagai senjata kimia, kecuali jika digunakan untuk tujuan yang tidak dilarang (suatu definisi hukum yang penting, yang dikenal sebagai Kriteria Penggunaan Umum, General Purpose Criteron).
Polusi radiasi akibat penggunaan senjata bilogi dan kimia saat perang merupakan ancaman besar. Sebab kandungan bahan berbahaya bagi manusia dan makluk hayati lainnya sangat besar.
Sejarah senjata kimia
Dalam sejarahnya, senjata semacam ini digunakan di era imperium Romawi yang membuang mayat-mayat ke dalam sungai agar airnya terkontaminasi. Juga bangsa Tartar yang menggunakan alat pelempar manusia yang terkena wabah menular ke dalam pemukiman penduduk yang menolak menyerah kepada mereka.
Perang dunia pertama adalah medan pertama penggunaan senjata berbahan mematikan ini. Kemampuan manusia untuk berinovasi akhirnya digunakan untuk melakukan kerusakan dan melampaui batas. Sejak itu puluhan nyawa manusia melayang akibat senjata pemusnah massal. Sebagian terbunuh dalam medan pertempuran dan lainnya di desa-desa dan kota menjadi tubuh bernyawa namun seperti beku atau terurai. Menyedihkan.
Efek senjata kimia
Senjata kimia memiliki imbas racun secara langsung terhadap tubuh manusia karena senyawa yang beragam. Ia membunuh atau melukai manusia. Senjata kimia akan bertahan dalam waktu yang lama di titik targetnya. Senjata biologi berupa bakteri, virus, atau bius bisa mamatikan manusia, binatang dan tumbuhan. Ia mengenai manusia melalui udara, makanan, air.
Sakit akibat senjata biologi berawal sejak bakteri dan virus itu berkembang biak dalam tubuh tanpa dirasakan gejalanya. Saat itulah penyakit itu menjadi wabah. Film dokumenter berjudul Artichoke code: Experiences secret Central Intelligence Agency on the human mengungkap bagaimana pemerintah Amerika menyembunyikan program perang biologinya yang digunakan sejak perang 1952 dalam perang Korea.
Dua wartawan Jerman Edmund R. Doetsch dan Michael Waitch produser film ini menfokuskan pada kasus Dr. Frank Wilson yang meninggal 28 November 1953 akibat terjatuh dari lantai 13 dengan penyebab yang penuh teka-teki di kota New York. Ia adalah ilmuwan di bidang senjata biologi, terutama program “proses artichoke” yang dikoordinasi antara rencana militer dengan marinir.
Dalam perang Korea, Pyong Yang dan Peking menuding Amerika menggunakan senjata bakteri. Tudingan itu didasarkan kepada gambar korban dan penguraian di laboratorium dan sisa-sisa bom bakteri. Tahun 1952, dua komisi internasional yang mendiagnosa kawasan berlangsungnya perang dengan bantuan Rusia dan Cina menyimpulkan bahwa militer Amerika benar-benar menggunakan senjata biologi bakteri. []