JAKARTA—Pusat Studi Agama dan Demokrasi (PUSAD), Yayasan Paramadina, Jakarta mengadakan diskusi sekaligus peluncuran dan Bedah Buku “Keluar dari Ekstremisme”.
Dalam kesempatan tersebut pakar dan peneliti terorisme Asia Tenggara Sidney Jones menyampaikan, dirinya sangat skeptis dengan dialog lintas agama, karena itu NATO (No Action Talk Only) tapi Lembaga Antar Iman Maluku (LAIM) Jacky Manuputty adalah pengecualian.
“Karena program yang dijalankan adalah program akar rumput yang mempertemukan antar komunitas,” ujarnya di Gedung Perpustakaan Nasional Jakarta Pusat, Selasa (27/2).
Sidney menjelasakan, dirinya tertarik dengan buku ini, karena buku ini adalah upaya binadamai menghadapi konflik.
“Saya lihat buku ini dan cerita orang-orang yang keluar dari kekerasan, setidaknya ada tiga faktor alasan mereka memutuskan untuk keluar. Pertama, kesadaran sendiri, entah karena keluarga yang memang sudah keinginan untuk keluar,” pungkasnya.
Hal kedua, sambung dia faktor mentoring yang memang mengarahkan untuk seseorang dapat keluar dari aksi ekstrimisme dan Faktor ketiga adalah perubahan konteks, misalnya kesepakatan perdamaian.
Ia mencontohkan, tahun 2005 di Aceh adalah sesuatu yang memaksa GAM untuk keluar dari kekerasan. Perubahan konteks itu bisa sangat penting seperti halnya di Ambon dan Poso. []
Reporter: Rhio