ADAB dulu sebelum ilmu, itulah gambaran yang tercermin dalam sikap para tabi’in terdahulu. Prinsip ini pula yang digunakan dalam pendidikan Islam dari generasi ke generasi.
Salah seorang ulama Salaf berkata kepada anaknya, “anakku, engkau mempelajari 1 bab tentang adab lebih aku sukai daripada engkau belajar 70 bab ilmu.”
Mengapa demikian pentingnya adab sebelum ilmu?
BACA JUGA: 7 Adab Murid terhadap Gurunya
Sebab sungguh, tak akan bermanfaat ilmu setinggi apapun jika tiada adab di dalamnya.
Berikut ini gambaran sikap para tabi’in dalam menerapkan prinsip tersebut:
1 Malik bin Anas
Ketika Malik bin Anas akan belajar kepada Rabi’atur Ra’yi, seorang ulama (cendekiawan) yang sangat luas dan mendalam keilmuannya, ibunda Malik bin Anas berpesan:
“Nak, camkan pesan ibu, pelajarilah olehmu adab Rabi’atur Ra’yi sebelum kau pelajari ilmunya.”
Sebuah pesan singkat, namun sangat mendalam maknanya. Sejatinya, pesan yang tersirat dari sang ibunda adalah:
“Nak, jika kau tak temui adab pada diri Rabi’atur Ra’yi, maka kau tak perlu buang-buang waktu belajar ilmu kepadanya.”
2 Ruwaim bin Ahmad
Ruwaim bin Ahmad Al Baghdadi berkata kepada putranya, “Anakku, buatlah amalanmu menjadi seperti garam dan adabmu seperti tepung.”
Muhammad Nur Abdul Hafizh Suwaid dalam bukunya Prophetic Parenting cara Nabi Mendidik Anak menjelaskankan arahan Ruwain bin Ahmad kepada anaknya.
“Artinya perbanyaklah melakukan adab sampai ukurannya di dalam perilaku seperti ukuran tepung dengan garam yang ditaburkan di atasnya. Banyak adab dengan sedikit amal saleh masih lebih baik daripada banyak amal saleh dengan sedikit ada,” katanya.
3 Ibrahim bin Habib bin Syahid
Disebutkan oleh Imam Al-Qarafi dalam kitabnya Al -Faruq, Ibrahim bin Habib bin Syahid berkata, bapakku berkata kepadaku, “Kunjungilah para ahli fiqih dan para ulama, serta belajarlah adab, perilaku dan petunjuk mereka. Itulah lebih aku sukai daripada meriwayatkan hadits.”
BACA JUGA: Adab dan Keilmuan dalam Islam
Itu artinya sang ayah menyarankan, supaya si anak belajar adab bersama dengan belajar hadits, sebelum terlanjur belajar hadits tanpa adab yang berakibat tidak beradab dengan hadits-hadits Rasulullah SAW yang menyebabkan kesesatan dalam hatinya.
4 al-Baghdadi Abu Zakaria al-Anbari
Disadur dari kitab Adabul Imla wal Istimla, karya Imam as-Sam’ani, dan kitab Jami’ Bayanil Ilmi wa Fadhlili karya Al-Khatib, al-Baghdadi Abu Zakaria al-Anbari mengatakan, “Ilmu tanpa adab seperti api tanpa kayu bakar. Sedangkan adab tanpa ilmu seperti itu tanpa jasad.”
5 Syaikh Ibnu Mubarak
Syaikh Ibnu Mubarak, seorang ulama yang sangat shalih, berkata, “Thalabtul adab tsalatsuna sanah wa thalabtul ‘ilm ‘isyrina sanah” (Aku belajar adab 30 tahun lamanya, sedang aku belajar ilmu hanya 20 tahun lamanya).
6 Imam Asy-Syafi’i
Berkata Imam Asy-Syafi’i kepada Imam Abu Abdish Shamad, gurunya anak-anak Khalifah Harun Al-Rasyid:
“Ketahuilah, yang pertama kali harus kamu lakukan dalam mendidik anak-anak khalifah adalah memperbaiki dirimu sendiri. Karena, sejatinya paradigma mereka terikat oleh paradigma dirimu. Apa yang mereka pandang baik, adalah apa-apa yang kau lakukan. Dan, apa yang mereka pandang buruk, adalah apa-apa yang kau tinggalkan.” []
SUMBER: REPUBLIKA