ISTIGHFAR atau meminta ampunan dari Allah SWT, memiliki beribu manfaat bagi kehidupan kita. Rasulullah SAW sendiri, bahkan tak pernah lalai dalam membaca istighfar. Lantas, bagaimanakah Rasulullah beristighfar?
Sayyid Muhammad bin Alawi bin ‘Abbas al-Maliki al-Hasani dalam kitabnya Madza fi Sya’ban seperti dikutip dari Republika, memaparkan dalam beberapa riwayat bahwa Rasulullah memberikan contoh istighfar yang komprehensif, seperti dalam riwayat yang dinukilkan oleh Imam al-Hakim.
Suatu ketika, seorang sahabat datang dan berkata,”Dosaku-dosaku.” Ini diulang-ulang selama dua kali.
Rasulullah pun memintanya mengucapkan kalimat istighfar, ”Allahumma maghfiratuka awsa’u min dzunubi wa rahmatuka arja ‘indi min ‘amali.”
Sahabat tadi menirukan bacaan Rasulullah. Kemudian Rasul meminta mengulanginya hingga tiga kali. Lalu Rasul berkata,” Allah telah ampuni dosamu.”
Berapa jumlah istighfar yang dibaca Rasulullah setiap harinya? Ada dua riwayat untuk menjawab pertanyaan ini. Pertama ada yang menyebutkan bahwa Rasulullah membaca istighfar tiap hari minimal 70 kali.
Riwayat ini seperti dinukilkan Imam al-Baihaqi dan Ibn Abi ad-Dunya dari sahabat Anas bin Malik RA. Riwayat tersebut juga menjelaskan khasiat beristighfar sebanyak 70 kali dalam sehari.
“Tidaklah seorang hamba beristighfar 70 kali sehari, kecuali Allah akan ampuni 700 jenis dosa (kecil), sebab tiap harinya seseorang itu sejatinya melakukan lebih dari 700 jenis dosa kecil.”
Riwayat lain menyebutkan, jumlah istighfar Rasulullah tiap harinya adalah 100 kali. Ini seperti riwayat Imam Muslim, Ahmad, at-Thabrani, dan lainnya. “Tidaklah aku melewatkan pagi hari kecuali beristighfar kepada Allah 100 kali.”
Dan yang terakhir, seperti dijelaskan oleh Sayyid Muhammad, redaksi istighfar pamungkas atau disebut sayyid al-istighfar yang sangat dianjurkan Rasulullah, seperti diriwayatkan oleh Imam Bukhari dan Muslim, sebagai berikut:
“Allahumma Anta Rabbi la ilaha illa Anta khalaqtani, wa ana abduka, wa ana ‘ala ‘ahdika wa wa’dika mastatha’tu, ‘audzubika min syarri ma shana’tu, abu’u laka bini’matika ‘alayya, wa abu’u bidzanbi, faghfirli, fainnahu la yaghfirudzzunuba illa ‘Anta.” []