JAKARTA—Kesatuan Aksi Mahasiswa Muslim ( KAMMI ) melakukan Aksi pada hari Rabu (24/05/2017 ) kemarin. Aksi tersebut dilaksanakan di depan Istana Negara dengan tuntutan menegakkan keadilan di Indonesia.
Pada Aksi tersebut banyak pihak menyayangkan aksi kekerasan dan represif aparat kepolisian, begitu pula yang dialami Didin Jumaedi, Staff. Kaderisasi KAMMI Bandung, yang mengikuti aksi tersebut.
Dihubungi oleh Islampos, Jumat (27/5/2017), Didin yang berada di bagian paling depan membeberkan kronologis pemukulan yang dialaminya.
“Awalnya kita melakukan aksi seperti biasa. Hingga pukul 18.00 sore, kita masih terus menunggu pihak istana untuk menemui dan mendengar aspirasi kami ini dan berharap pihak istana memberikan satu atau dua kalimat saja,” ujarnya.
Namun, lanjutnya, hingga pukul 18.00 sore belum ada perwakilan dari pihak istana yang menemui kami untuk memberikan pernyataannya.
“Kami memutuskan diam dan menunggu di depan Istana. Kami berinisiatif untuk melihat sejauh mana keadilan polisi. Karena sebelumnya demonstran yang menggunakan baju kotak-kotak dan menyalakan lilin diperbolehkan hingga malam, jadi akhirnya kami putuskan untuk menyalakan lilin,” ujarnya.
Didin melanjutkan, mereka duduk melingkar, sambil menyanyikan lagu Indonesia raya dan juga shalawatan hingga masuk waktu maghrib.
Pada pukul 18.05 polisi mundur dan melaksanakan briefing, kebetulan Didin paling depan, tak berselang lama ketika kami masih duduk berbentuk lingkaran, tiba tiba polisi maju ke arah kami.
“Saya udah punya firasat jadi kami minta para peserta aksi wanita untuk mundur sedikit demi sedikit,” imbuh Mahasiswa asal Bandung itu.
Kemudian teman saya dari kejauhan ada yang melihat pemimpin kepolisian berteriak memerintahkan kami untuk bubar secara paksa.
“Tak lama polisi pada barisan kedua dan ketiga mendorong polisi yang berada di barisan paling depan, karena posisi kami sedang duduk maka kami menahan dorongan tersebut sehingga disalahartikan dan dianggap kami akan memukul, itu tidak benar,” tegasnya.
“Saya tertindih Polisi. Lalu saat berusaha menjauhkan badan polisi yang menimpa saya, beberapa kali tendangan mengenai badan saya,” katanya.
“Saya tangkis sebisanya tetapi saking ricuhnya, akhirnya saya hanya melindungi bagian kepala dan wajah. Setelah itu tangan saya ditarik, diseret hingga berada di tengah pasukan kepolisian,” terang Didin.
Melihat kondisi sangat ricuh, lanjut Didin, Ketua Umum KAMMI Kartika Nur Rakhman mencoba melerai sehingga ia berhasil menyelamatkan diri dari kerumunan polisi.
“Akan tetapi, Ketua Umum KAMMI malah ditahan ketika itu,” tambahnya.
Setelah kejadian itu Didin tak langsung merasakan sakit di badannya. Usai shalat, baru ia merasakan badannya sakit. Ia lalu diantar oleh kader KAMMI ke IGD di rumah sakit terdekat untuk memastikan kondisinya.
“Karena khawatir ada cedera dalam atau apa, jadi sebelum pulang ke Bandung, saya dicek ke IGD,” terangnya. []