BERBICARA tentang tanah Palestina, tentu yang terbayang di benak kita adalah sosok bangunan Masjidil Aqsa. Sungguh sangat banyak nash yang secara jelas menunjukkan kepada kita tentang keutamaan masjid suci ketiga umat Islam ini.
Namun sangat disayangkan, ternyata apa yang terbayang di benak kita selama ini tentang bentuk masjid Al-Aqsa itu ternyata keliru dan salah. Coba perhatikan pada gambar di bawah ini, tentunya kita mengira bahwa masjid Al-Aqsa adalah masjid yang memiliki kubah berwarna emas. Benarkah demikian?
Masjid Al-Aqsa Sebenarnya
Wahai saudaraku seiman, ketahuilah bahwa masjid yang memiliki kubah yang berwarna biru keabu-abuan itu lah Masjid Al-Aqsa yang sebenarnya. Bukan masjid yang memiliki kubah berwarna emas yang selama ini kita sangka karena masjid yang memiliki kubah warna emas itu sebenarnya adalah masjid Qubbat As-Sakhrah atau yang biasa disebut dengan masjid “Dome of the Rock”.
Sesungguhnya hal ini adalah tipu daya dari propaganda zionis Yahudi untuk mengalihkan pemahaman umat Islam tentang posisi masjid Al-Aqsa sebenarnya. Kenapa demikian? karena apabila umat Islam sudah keliru akan bangunan Masjidil Aqsa yang sebenarnya dan menganggap masjid Kubah Sakhrah (Dome of the Rock) adalah masjid Al-Aqsa, maka mereka kaum Yahudi akan mudah untuk melaksanakan ambisi mereka dari dahulu, yakni menghancurkan masjid Al-Aqsa dan menggantikannya dengan kuil mereka sebagai tempat ibadah yang sama posisinya dengan “tembok ratapan”.
Bila penghancuran masjid Al-Aqsa itu nanti terjadi dan ada pihak-pihak yang protes, maka mereka akan meliput dan mempublikasikan masjid Sakhrah untuk diperlihatkan kepada dunia. Dan hal ini dibenarkan oleh salah seorang peneliti muslim yang tinggal di Amerika bernama Dr. Marwan Saeed Saleh Abu Al-Rub, yang juga berstatus profesor pada Mathematics Zayed University di Dubai.
Marilah kita hadapi propaganda Yahudi ini dengan cara memberikan pemahaman kepada anak-anak kita dan orang-orang yang berada di sekeliling kita akan fakta ini bahwa bangunan masjid Al-Aqsa yang selama ini kita kenal bukanlah masjid Aqsa, tapi masjid Sakhrah. Jangan sampai masjid suci ketiga kita ini hilang dari ingatan kita untuk seterusnya hilang dari pandangan mata. Karena Rasulullah Shalallahu’alaihi wasallam telah banyak menyebut keutamaan masjid Al-Aqsa ini. Salah satunya dari Abu Dzar radhiyallahu‘anhu dimana beliau berkata:
قُلْتُ يَا رَسُولَ اللَّهِ أَيُّ مَسْجِدٍ وُضِعَ أَوَّلَ قَالَ الْمَسْجِدُ الْحَرَامُ قُلْتُ ثُمَّ أَيٌّ قَالَ ثُمَّ الْمَسْجِدُ الْأَقْصَى قُلْتُ كَمْ كَانَ بَيْنَهُمَا قَالَ أَرْبَعُونَ ثُمَّ أَيْنَمَا أَدْرَكَتْكَ الصَّلَاةُ بَعْدُ فَصَلِّهِ فَإِنَّ الْفَضْلَ فِيْهِ وَفِيْ رِوَايَةٍ أَيْنَمَا أَدْرَكَتْكَ الصَّلَاةُ فَصَلِّ فَهُوَ مَسْجِدٌ
“Aku bertanya, “Wahai, Rasulullah. Masjid manakah yang pertama kali dibangun?” Beliau menjawab, ‘Masjidil Haram”. Aku bertanya lagi : Kemudian (masjid) mana?” Beliau menjawab, “Kemudian Masjidil Aqsha”. Aku bertanya lagi : “Berapa jarak antara keduanya?” Beliau menjawab, “Empat puluh tahun. Kemudian dimanapun shalat menjumpaimu setelah itu, maka shalatlah, karena keutamaan ada padanya”. Dan dalam riwayat lainnya : “Dimanapun shalat menjumpaimu, maka shalatlah, karena ia adalah masjid” [HR Al-Bukhari dan Muslim, dari Abu Dzar]
Dari Abdullah bin Amru bin Al-Ash, dari Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam beliau bersabda.
أَنَّ سُلَيْمَانَ بْنَ دَاوُدَ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ لَمَّا بَنَى بَيْتَ الْمَقْدِسِ سَأَلَ اللَّهَ عَزَّ وَجَلَّ خِلَالًا ثَلَاثَةً سَأَلَ اللَّهَ عَزَّ وَجَلَّ حُكْمًا يُصَادِفُ حُكْمَهُ فَأُوتِيَهُ وَسَأَلَ اللَّهَ عَزَّ وَجَلَّ مُلْكًا لَا يَنْبَغِي لِأَحَدٍ مِنْ بَعْدِهِ فَأُوتِيَهُ وَسَأَلَ اللَّهَ عَزَّ وَجَلَّ حِينَ فَرَغَ مِنْ بِنَاءِ الْمَسْجِدِ أَنْ لَا يَأْتِيَهُ أَحَدٌ لَا يَنْهَزُهُ إِلَّا الصَّلَاةُ فِيهِ أَنْ يُخْرِجَهُ مِنْ خَطِيئَتِهِ كَيَوْمِ وَلَدَتْهُ أُمُّهُ (فِيْ رِوَايَةٍ فَقَالَ النَّبِيُّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ أَمَّا اثْنَتَانِ فَقَدْ أُعْطِيَهُمَا وَأَرْجُو أَنْ يَكُونَ قَدْ أُعْطِيَ الثَّالِثَةَ)
“Sesungguhnya ketika Nabi Sulaiman bin Dawud membangun Baitul Maqdis, (ia) meminta kepada Allah Subhanahu waTa’ala tiga perkara. (Yaitu), meminta kepada Allah Subhanahu waTa’ala agar (diberi taufiq) dalam memutuskan hukum yang menepati hukum-Nya, lalu dikabulkan; dan meminta kepada Allah Subhanahu waTa’ala dianugerahi kerajaan yang tidak pantas diberikan kepada seorang pun setelahnya, lalu dikabulkan; serta memohon kepada Allah Subhanahu waTa’ala bila selesai membangun masjid, agar tidak ada seorangpun yang berkeinginan shalat disitu, kecuali agar dikeluarkan dari kesalahannya seperti hari kelahirannya” (Dalam riwayat lain berbunyi : Lalu Nabi Shallallahu ‘alaihi wasallam berkata : “Adapun yang dua, maka telah dikabulkan. Dan saya berharap, yang ketiga pun dikabulkan), ” [Hadits riwayat An-Nasa’i, dan ini lafadz beliau, Ahmad dalam musnad-nya dengan lebih panjang lagi. Ibnu Majah, Ibnu Hibban, Al-Haakim dalam kitab Mustadrak dan Al-Baihaqi dalam kitab Syu’abul Iman, serta selain mereka].
Allahua’lam bissawab. []
Sumber: http://www.islamarticles.net/