WONOGIRI–Lebih dari 300 Sekolah Dasar (SD) dan Madrasah Ibtidaiyah (MI) di Wonogiri saat ini mengalami kekurangan siswa. Hal ini terjadi akibat masih tingginya budaya merantau warga daerah tersebut.
“Dari total sekitar 800 SD dan MI di Wonogiri, 40 persen atau 300-an di antaranya saat ini kekurangan siswa,” ungkap Kepala Dinas Pendidikan dan Kebudayaan Wonogiri, Siswanto, Selasa (25/6/2019).
BACA JUGA: Kepala SDN Karangtengah III Jelaskan soal Surat Edaran Siswa Baru Wajib Berbaju Muslim
Siswanto menjelaskan, tiga ratusan sekolah itu memiliki jumlah siswa tidak sampai 50 anak, dari kelas 1 sampai 6. Jumlah itu tidak ideal untuk pelaksanaan proses belajar mengajar. Sekolah-sekolah itu tersebar di wilayah kecamatan pinggiran, misalnya Eromoko, Karangtengah, Pracimantoro, Paranggupito, Kismantoro, maupun Karangtengah.
Penyebab kekurangan siswa itu, dia sebutkan, lantaran budaya merantau warga Wonogiri yang masih tinggi. Dia membeberkan, ketika lulus sekolah, sebagian besar anak muda memilih merantau menyisakan kaum tua di kampung halaman. Mereka lalu berkeluarga di perantauan.
“Atau kalau tidak, ya menikah di Wonogiri lalu pindah merantau, punya anak di perantauan, sekolahnya di perantauan. Hal ini berlangsung lama, akibatnya ketersediaan siswa baru di Wonogiri terus menurun,” beber Siswanto.
Berkurangnya jumlah siswa juga bisa dilihat dari peserta UN. Beberapa tahun lalu peserta UN mencapai 15 ribuan anak, namun kini hanya 13 ribuan siswa.
Salah satu solusi yang bisa diambil, tutur dia, sebenarnya adalah melalui penggabungan atau regrouping. Beberapa sekolah yang kekurangan siswa digabung menjadi satu. Hanya saja solusi ini belum efektif diterapkan di Wonogiri dan tidak menjadi prioritas.
“Kalau diterapkan regrouping, kasihan teman-teman GTT. Mereka mau mengajar di mana nanti. Selain itu dikhawatirkan ada siswa yang enggan bersekolah jika lokasi sekolah baru setelah regrouping lebih jauh jaraknya dibandingkan sekolah lama. Makanya regrouping tidak menjadi prioritas,” jelas Siswanto.
BACA JUGA: Curhat Kepsek SMP Negeri yang Sekolahnya Cuma dapat 5 Siswa
Pihaknya bakal mengambil langkah optimalisasi pembelajaran di sekolah. Caranya dengan mengoptimalkan pendidik GTT maupun honorer yang ada. Para GTT itu diminta meningkatkan kualitas mengajar kendati jumlah siswa minim.
“Tidak masalah hanya mengajar misalnya 8 anak dalam satu kelas. Konsekuensinya kesejahteraan ditingkatkan. Informasi dari Bapak Bupati, insentif mereka akan ditambah. Kami memilih GTT dioptimalkan, sebab kalau yang dioptimalkan itu guru PNS, tentunya tidak ideal dari sisi penganggaran,” terang Siswanto.
Jumlah GTT, sebut dia, saat ini mencapai 5000-an orang. Sedangkan guru PNS berjumlah 3000-an orang. []
SUMBER: DETIK