ROMBONGAN terdiri dari KHR. Mohammad Adnan sebagai ketua misi, Saleh Su’ady (Sekretaris), H Syamsir Sutan Rajo Ameh (Bendahara), dan Ismail Banda (Anggota).
Sebelum berangkat, terlebih dahulu mereka menemui Presiden dan Wakil Presiden RI, Soekarno-Hatta. Bagi bangsa Indonesia, perjalanan Misi Haji ini memang tidak hanya sekedar perjalanan haji belaka, melainkan mengandung misi untuk merangkul dukungan diplomatik dari berbagai negara.
Presiden Seokarno sembari memberikan sebilah keris berhulu emas kepada Adnan sang ketua rombongan, untuk dihadiahkan kepada Raja Saudi. Ia juga memberikan pesan.
“Beri penerangan yang betul kepada warga Indonesia di sana dan sampaikan rasa terima kasih rakyat dan pemerintah Indonesia kepada rakyat dan pemerintah Arab Saudi,” kata Bung Karno.
Sedangkan Bung Hatta juga menitipkan pesannya. “Kita harus meningkatkan perjuangan diplomatik ke negara-negara Timur Tengah, termasuk Arab Saudi karena negara-negara itu kita anggap penting. Dalam perjuangan kita, berdoalah kepada Allah agar perjuangan kita menang.” (Abdul Basit Adnan, 1977)
Akhirnya, berbekal uang Rp3500 per orang, perjalanan tim misi haji tersebut dimulai pada tanggal 26 September 1948 pukul 02.00 WIB, berangkat dari Pelabuhan Udara Maguwo Yogyakarta menuju ke Bangkok dengan menggunakan pesawat carteran milik Pacific Overseas Airlines Service (POAS).
Dari Bangkok, mereka berganti pesawat KLM menuju ke barat, ke Kalkuta (India) dan Karachi (Pakistan) sebelum turun di Kairo (Mesir). Setelah menempuh perjalanan yang cukup lama, pada tanggal 6 Oktober, sampailah rombongan di Pelabuhan Udara Farouk Kairo.
Setibanya di Mesir, mereka dijemput sejumlah pegawai Perwakilan Indonesia di sana. Di Kairo, rombongan hanya singgah semalam untuk kemudian meneruskan perjalanan ke Arab Saudi. []
Sumber:Nu.or.id