SHALAT, selain di dalamnya ada perkara wajib yang dilakukan melalui gerakan dan ucapan, juga ada perkara sunnah lainnya, yakni yang disebut Sunnah Hay’ah. Sunnah Hay’ah adalah perkara yang dianggap sunnah dalam shalat, jika ditinggalkan tak perlu kembali melakukannya dan tidak ada sujud sahwi.
Apa saja yang masuk sunnah hay’ah? Berikut kami sebutkan berdasarkan penjelasan dari ulama Syafi’iyah.
1. Mengangkat kedua tangan ketika takbiratul ihram, ketika turun ruku’, ketika bangkit dari ruku’, juga ketika bangkit dari tasyahud awal.
2. Meletakkan tangan kanan di atas punggung tangan kiri ketika berdiri dalam shalat.
BACA JUGA: Waktu Shalat Dhuha Terbaik
3. Melihat ke tempat sujud.
4. Membaca doa istiftah setelah takbiratul ihram.
5. Membaca ta’awudz setelah doa istiftah.
6. Menjahrkan (mengeraskan bacaan) pada shalat jahriyyah (Magrib, Shubuh, Isya) dan mensirrkan bacaan (memelankan) pada shalat sirriyyah (Zhuhur dan Ashar).
7. Mengucapkan aamiin di akhir membaca Al Fatihah.
8. Membaca salah satu surat dalam Al Qur’an setelah Al Fatihah.
9. Takbir intiqol, yaitu setiap kali berpindah gerakan diperintahkan mengucapkan takbir ‘Allahu Akbar’ selain ketika bangkit dari ruku’ yaitu yang dibaca adalah ‘sami’allahu liman hamidah rabbanaa lakal hamdu’.
10. Bertasbih ketika ruku’ dan sujud. Saat ruku’ membaca ‘subhana robbiyal ‘azhim’ (3 kali), sedangkan ketika sujud membaca ‘subhana robbiyal a’laa’ (3 kali).
11. Meletakkan kedua tangan di atas paha ketika duduk saat tasyahud awal dan tasyahud akhir. Tangan kiri dibentangkan, sedangkan tangan kanan dalam keadaan seluruh jari digenggam kecuali jari telunjuk memberikan isyarat.
BACA JUGA: Wanita Mengetahui Selesainya Haid agar Bisa Shalat, Bagaimana Caranya?
12. Duduk dengan cara duduk tawarruk pada duduk tasyahud akhir dan duduk selainnya dengan duduk iftirosy.
13. Membaca shalawat Ibrahimiyyah, lalu berdo’a ketika tasyahud akhir.
14. Salam kedua, sedangkan salam pertama masuk rukun shalat.
15. Khusyu’ dalam seluruh gerakan shalat. Yang dimaksud khusyu’ adalah hati merenung apa yang diucapkan oleh lisan, baik bacaan surat, dzikir atau do’a yang dibaca. Semuanya direnungkan dengan memahami artinya dan ketika itu merasa sedang bermunajat dengan Allah Ta’ala. []
SUMBER: RUMAYSHO