BULAN ramadhan meruapkan bulan suci yang mulia. Diharapkan, manusia mencapai derajat takwa. Namun, tetap saja di bulan ini ada beberapa kelompok manusia yang tidak sesuai dengan tujuan puasa, setidaknya ada tiga kelompok manusia di bulan Ramadhan.
Pakar tafsir Qatada, seperti yang dinukil oleh At-Thabari, menejaskan bahwa manusia itu terbagi kedalam tiga golongan, baik di dunia, ketika meninggal dunia, dan nanti di akhirat. Di dunia manusia terbagi ke dalam kelompok mukmin, munafik dan musyrik. Sedangkan ketika meninggal dunia maka sesuai dengan firman Allah swt:
فَأَمَّا إِنْ كَانَ مِنَ الْمُقَرَّبِينَ فَرَوْحٌ وَرَيْحَانٌ وَجَنَّةُ نَعِيمٍ وَأَمَّا إِنْ كَانَ مِنْ أَصْحَابِ الْيَمِينِ فَسَلامٌ لَكَ مِنْ أَصْحَابِ الْيَمِينِ وَأَمَّا إِنْ كَانَ مِنَ الْمُكَذِّبِينَ الضَّالِّينَ فَنزلٌ مِنْ حَمِيمٍ وَتَصْلِيَةُ جَحِيمٍ
“Adapun jika Dia (orang yang mati) Termasuk orang-orang yang didekatkan (kepada Allah), maka dia memperoleh ketenteraman dan rezki serta jannah kenikmatan, dan Adapun jika dia termasuk golongan kanan, maka keselamatanlah bagimu karena kamu dari golongan kanan, dan adapun jika dia termasuk golongan yang mendustakan lagi sesat, maka dia mendapat hidangan air yang mendidih, dan dibakar di dalam Jahannam”. (QS. Al-Waqiah: 88-94)
Adapun diakhirat, maka manusia juga terbagi kedalam tiga kelompok sesuai dengan firman Allah swt:
فَأَصْحَابُ الْمَيْمَنَةِ مَا أَصْحَابُ الْمَيْمَنَةِ وَأَصْحَابُ الْمَشْأَمَةِ مَا أَصْحَابُ الْمَشْأَمَةِ وَالسَّابِقُونَ السَّابِقُونَ أُولَئِكَ الْمُقَرَّبُونَ
“Yaitu golongan kanan, alangkah mulianya golongan kanan itu, dan golongan kiri, alangkah sengsaranya golongan kiri itu, dan orang-orang yang beriman paling dahulu”. (QS. Al-Waqiah:8-10)
Menurut At-Thabari, penjelasan Qatadah ini lebih mengarah kepada sebuah kesimpulan bahwa orang-orang yang termasuk dalam katagori zholim pada ayat QS. Fathir: 32 itu tempatnya di neraka. Namun kita juga tidak menutup mata bahwa ada juga yang berpendapat bahwa orang-orang zholim tetap berada di syurga selagi mereka tidak mensyirikkan Allah swt, ini adalah pendapat Ibnu Abbas, Ibnu Mas’ud, dll, walau keberadaannya di syurga bisa jadi setelah sebelumnya diadzab dulu di neraka, demikian kesimpulan dari At-Tahabari pada akhirnya.
Maka dalam kaitannya dengan ibadah Ramadhan, jika kita analogikan dengan ayat diatas, setidaknya manusia juga terbagi kedalam tiga kelompok:
1. Kelompok Zholim
Mereka ini adalah orang-orang yang sangat kurang sekali perhatiannya terhadap ramadhan, bagi mereka kedatangan bulan ramadhan tidak ada yang terlalu spesial, biasa-biasa saja, atau bahkan bagi mereka kedatangan bulan ramadhan itu malah mebawa beban baru, selain susahnya berpuasa juga beban kebutuhan ekonomi yang biasanya membengkak, utamanya beban idul fitri untuk seabrek kue-kue dan baju baru dengan model terbaru yang sangat menggoda kantong duit.
Sehingga tidak jarang karena biasa-biasa saja akhirnya mereka juga menyamakan bulan ramadhan ini dengan bulan-bulan yang lainnya, makan dan minum disiang hari tetap berlanjut, di rumah istri-istri mereka tetap menanak nasi dan lauk dengan jadwal harian bisanya, walau terkadang ada juga yang makan dan minumnya di warteg yang ditutupi hordeng, mungkin karena masih punya rasa malu untuk makan di rumah karena dilihat anak-anak, mereka berbuka karena memang mereka malas untuk berpuasa, bukan karena alasan lainnya.
Atau mereka juga berpuasa, tapi hanya sebagian saja, lalu sebagian yang lainnya mereka tinggalkan juga bukan karena alasan yang diperbolehkan, sehingga kewajiban berpuasa tidak dijalankan dengan sempurna. Bisa jadi mereka bahkan berpuasa ful selama satu bulan, namun dihari-hari mereka berpuasa itu mereka meninggalkan shalat, karena terlalu banyak tidur, sehingga dengan alasan badan lemes karena berpuasa akhirnya shalat pun mereka tinggalkan.
Ini adalah kezholiman untuk diri masing-masing, tidak ada ruginya bagi Allah swt jika ada hambaNya yang tidak berpuasa atau meninggalkan shalat, justru kerugian itu akan dirasakan oleh mereka yang zholim terhadap dirinya sendiri, di dunia hidupnya tidak akan tenang, dan diakhirat nasibnya akan menyedihkan, walaupun kita semua tetap berharap ampunan dan kasih sayang Allah swt agar Allah swt tetap memasukkan mereka ke syurga-Nya.
Orang-orang seperti ini harus diingatkan dan diajak dengan baik agar menyadari bahwa yang demikian bukanlah hal yang harus dibanggakan sehingga tidak ada niat sama sekali untuk dirubah. Pendidikan agama sejak dini menjadi solusi terbaik untuk mengobati periaku zholim terhadap diri sendiri ini, jika dari kecil anak-anak muslim sudah dibiasakan untuk melaksanakan perintah agama, dan dididik dengan karakter agama yang sangat paripurna, maka insya Allah kelak ketika dewasa mereka akan menjadi orang yang baik.
2. Kelompok Muqtashid (Pertengahan/sedang)
Mereka adalah orang-orang yang bergembira menyambut hadirnya bulan ramadhan, rasa gembira itu semakin menajadi-jadi karena setelah itu bakal ada libur panjang dan bisa mudik ke kampung halaman bertemu kelurga dan sanak kerabat, selain dari kegembiraan karena kesadaran bergama bahwa di bulan ramadhan ini waktunya untuk menghapus dosa dan mengambil banyak pahala untuk bekal diakhirat kelak, terlebih didalam bulan ramadhan ada satu malam yang nilai kebaikannya melebihi seribu bulan.
Namun padatnya aktivitas bekerja di bulan ramadhan ini terkadang membuat sebagian mereka lalai untuk memperbanyak ibadah lewat perkara-perkara sunnah, terkadang beberapakali baik disengaja atau tidak meninggalkan ibadah shalat tarawih dan witir, atau hanya melaksanakan shalat-shalat fardu saja selama berpuasa tanpa diikuti dengan shalat rawatib; qabliyah dan ba’diyah, mungkin juga dalam satu hari itu ada rasa malas untuk membaca Al-Quran, sehingga target bacaan Al-Quran kadang tidak tercapai.
Mereka full berpuasa, namun ada diantara mereka yang aktivitas puasnaya full tidur, waktu tidurnya mengikuti waktu shalat lima waktu, tidur setelah subuh, setealah zuhur, setelah ashar, serta setelah maghrib dan isyak. Dan mungkin juga ada yang tidak sempat atau malas untuk beri’tikaf di masjid pada sepuluh hari terakhir, padahal selain memang aslinya ini adalah sebuah kesunnahan di bulan ramadhan, aktivitas i’tikaf juga bisa menjadi sarana untuk menggandakan ibadah dan mendapat nilai ibadah yang maksmimal pada malam-malam lailatul qadar.
Inilah model berpuasanya kelompok muqtashid (sedang) yang mungkin sebagaian besar diantara kita masuk dalam katagori ini, insya Allah, mampu untuk berpuasa full dan berusaha sekuat tenaga untuk tidak melalukan perkara yang haram, namun terkadang lalai untuk beberapa perkara sunnah padahal sama-sama dijanjikan pahala yang berlipat ganda, terlebih di dalam bulan ramadhan.
Sambil berharap bahwa kelompok ini juga mereka yang disebut oleh Rasulullah saw: ”Siapa yang puasa Ramadhan dengan iman dan ihtisab, telah diampuni dosanya yang telah lalu. Dan siapa yang bangun malam Qadar dengan iman dan ihtisab, telah diampuni dosanya yang telah lalu”. (HR. Bukhari Muslim)
3. Kelompok Sabiqun bil Khairat (Berprestasi)
Sengaja menyebutnya dengan istilah orang-orang yang berprestasi, karena memang mereka adalah orang-orang yang berusaha meninggalkan perkara yang haram dan makruh, dan mereka juga terkadang meninggalkan sebagian perkara mubah demi kesempurnaan ibadah puasa yang mereka jalankan. Mereka ini sebenarnya bukan hanya berprestasi di bulan ramadhan saja namun diluar bulan ramadhan mereka juga orang-orang yang berprestasi.
Hasil didikan ramadhannya sangat berbekas dan terlihat pada sebelas bulan lainnya. Mereka ini adalah golongan yang sangat memburu pahala, bahkan mereka berharap bahwa seluruh bulan yang ada ini adalah bulan ramadhan, kerinduan mereka kepada ramadhan membuat mereka selalu berdoa sepanjang bulan kepada Allah swt agar mereka dipertemukan dengan bulan ramadhan, dan mereka adalah orang-orang yang menangis ketika berpisah dengan ramadhan, menangis bukan karena pada saat berlebaran orang tua merek sudah tidak ada, namun mengangis sedih karena bulan yang mulia yang Allah swt janjikan jutaan pahala kebaikan berlalu sedang mereka merasa belum banyak meraih kebaikan didalamnya.
Mereka adalah orang yang oleh Al-Quran disifati dengan:
كَانُوا قَلِيلًا مِنَ اللَّيْلِ مَا يَهْجَعُونَ، وَبِالْأَسْحَارِ هُمْ يَسْتَغْفِرُونَ
“Di dunia mereka sedikit sekali tidur diwaktu malamو dan selalu memohonkan ampunan diwaktu pagi sebelum fajar” (QS. Adz-Dzariyat: 17-18)
Kebersamaan mereka dengan Al-Quran sangat luar biasa sekali di bulan ini. Salafus saleh kita terdahulu ada yang menghatamkan Al-Quran per dua hari, ada yang menyelesaikanya per tiga hari, ada yang mengkhatamkannya dengan dijadikan bacaan pada shalat malam, bahkan dalam sebagian riwayat ada yang mengkhatamkan Al-Quran bahkan hingga 60 kali selama ramadhan.
Kualitas ibadah shalat malam mereka juga jangan ditanya, bahkan ada sebagian salafus saleh kita yang shalat subuhnya masih memakai wudu shalat isyaknya, bukan seperti kita di sini yang sengaja mencari-cari masjid yang shalatnya “cepet”, sehingga sekali waktu ada masjid yang shalatnya lama, maka malam besoknya akan pindah ke masjid yang lainnya.
Kebaikan sosial mereka juga sangat kuat, Rasulullah saw adalah tauladan dalam hal ini, yang aslinya memang dermawan, namun kedermawanan beliau lebih lagi di bulan ramadhan, maka ada diantara sabahat beliau yang bahkan tidak pernah berbuka puasa kecuali bersama orang-orang miskin, ada yang setiap harinya memberikan buka puasa untuk 500 orang, dan disaat yang sama mereka sangat sedikit sekali makan sahur dan berbukanya, ada yang hanya berbukan dengan dua suap makanan, padahal aslinya mereka ada makanan yang lebih, namun itu tidak untuk dimakan sendiri saja.
Seluruh anggota badan mereka juga berpuasa, mata berpuasa dari melihat hal-hal yang dilarang oleh Allah swt, pun begitu dengan telinga, lidah, bibir, tangan,kaki dan seluruh anggota tubuh lainnya dari maksiat kepada Allah swt. Mereka inilah yang oleh Rasulullah saw disifati:
”Siapa yang puasa Ramadhan dengan iman dan ihtisab, telah diampuni dosanya yang telah lalu. Dan siapa yang bangun malam Qadar dengan iman dan ihtisab, telah diampuni dosanya yang telah lalu”. (HR. Bukhari Muslim).
Bersihnya dosa mereka bahkan seperti bayi baru baru terlahir dari rahim ibunya. Akhirnya semoga Allah swt mempertemukan dengan bulan ramadhan kali ini, dan semoga Allah swt mengampui segala dosa-dosa kita yang telah lalu. Amin. []
Sumber: Dikutip dari penjelasan Muhammad Saiyid Mahadhir, Lc, pengasuh rubrik Fikrah dalam Rumah Fiqih Indonesia.