KEBAHAGIAAN ditegakkan di atas tiga pilar utama, yaitu: Ibadah kepada Allah (tauhid), Isti’anah kepada Allah (tawakal), Hidayah menuju jalan yang lurus (ilmu dan amal).
Imam Ibnu Qoyyimberkata:
“Seorang hamba apabila bertekad untuk melakukan suatu perkara maka wajib atasnya untuk pertama kali melihat; apakah hal itu termasuk ketaatan kepada Allah atau bukan?
BACA JUGA: Rahasia Lancar Rezeki dari Ibnu Qayyim al Jauwziyah
Apabila ternyata hal itu bukan ketaatan hendaklah tidak dia lakukan. Kecuali apabila hal itu adalah suatu perkara yang hukumnya mubah/boleh-boleh saja dan digunakan untuk membantu terlaksananya ketaatan. Dalam kondisi seperti ini maka sesuatu yang asalnya mubah tadi berubah menjadi bernilai ketaatan.
Kemudian apabila tampak jelas baginya bahwa hal itu merupakan ketaatan, hendaklah dia melihat kembali hal itu apakah dirinya diberikan bantuan/pertolongan dari Allah untuk melakukan hal itu atau tidak? Apabila dia belum atau tidak mendapatkan bantuan/pertolongan dari Allah untuk melakukannya maka janganlah dia memaksakan diri melakukan hal itu karena hal itu justru akan menghinakan dirinya sendiri.
BACA JUGA: 10 Nasihat Ibnul Qayyim
Apabila dia mendapatkan bantuan/pertolongan dari Allah untuk hal itu maka masih ada perkara lain yang harus diperhatikan; yaitu hendaklah dia mendatangi/memulai perbuatan itu dari pintu/jalan yang semestinya. Karena apabila dia menghampiri perbuatan dan masalah itu tidak melalui pintu/jalan yang semestinya maka dia pasti akan menyia-nyiakan, tidak menunaikan haknya, atau bahkan merusak salah satu bagian di dalamnya.
Ketiga perkara ini adalah pokok kebahagiaan dan sumber keberuntungan hamba. Inilah makna yang tersimpan dalam ucapan hamba ‘Hanya kepada-Mu kami beribadah dan hanya kepada-Mu kami meminta pertolongan. Tunjukilah kami jalan yang lurus’. (QS. Al-Fatihah 5-6)
Oleh sebab itu manusia yang paling berbahagia adalah orang yang menegakkan ibadah –ahlul ‘ibadah-, senantiasa memohon pertolongan Allah –ahlul isti’anah-, dan orang yang menadapatkan curahan hidayah –ahlul hidayah– terhadap segala hal yang dituntut. Dan orang yang paling binasa adalah orang yang kehilangan ketiga perkara ini sekaligus.” []
Referensi: “Tauhid: Kunci Kebahagiaan yang Terlupa”/Karya: Abu Mushlih Ari Wahyudi/Penerbit: Pustaka Muslim