KATA ‘korupsi’ tentunnya tak asing di telinga masyarakat Indonesia. Ternyata ada hari khusus yang diperingati sebagai Hari Anti Korupsi Sedunia. Hari itu jatuh setiap tanggal 9 Desember.
Di Indonesia upaya untuk memberantas korupsi wewenangnya dipegang oleh Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK). Tak terhitung berapa banyak pejabat negara yang berhasil dijerat oleh KPK karena terbukti melakukan korupsi.
Mengingat saat ini Indonesia sedang berjuang memberantas perbuatan yang menggerogoti moral dan kekayaan negara, ada baiknya kita menengok kembali sejarah bangsa. Selain pejabat korup, negara ini juga punya tokoh teladan anti korupsi, lho. Siapa saja mereka?
Berikut ini ulasannya:
Mohammad Hatta. Ia adalah wakil presiden RI pertama sekaligus salah satu Pahlawan Proklamasi bersama Sukarno. Bung Hatta terkenal sebagai sosok yang sederhana. Ia memiliki rekam jejak yang bersih dari korupsi.
Dikutip dari buku Mengenang Bung Hatta, ada sebuah cerita ketika Bung Hatta dan rombongan mengunjungi Tanah Merah, Irian Jaya pada 1970. Ia sempat disodori amplop berisi uang yang sebenarnya bagian dari biaya perjalanannya atas tanggungan pemerintah. Namun, ia tolak.
“Uang apa lagi? Bukankah semua ongkos perjalanan saya sudah ditanggung pemerintah? Dapat mengunjungi daerah Irian ini saja saya sudah bersyukur. Saya benar-benar tidak mengerti uang apa lagi ini?” kata Bung Hatta.
Bung Hatta juga mengatakan bahwa uang pemerintah pun sebenarnya adalah uang rakyat.
“Tidak, itu uang rakyat, saya tidak mau terima.. Kembalikan,” tampiknya.
Hoegeng. Mengenai tokoh yang satu ini, Gus Dur pernah berkata: “Hanya ada tiga polisi yang tidak bisa di suap, patung polisi, polisi tidur dan Hoegeng.” Kalimat tersebut diutarakan Gusdur lantaran Hoegeng memang merupakan ikon polisi jujur dan anti suap.
Dikutip dari buku Hoegeng, Polisi dan Menteri Teladan diceritakan bahwa Hoegeng pernah menolak sebuah mobil yang menjadi jatahnya sebagai Menteri/Sekretaris Presidium Kabinet.
“Hoegeng mau simpan di mana lagi, Mas Dharto? Hoegeng tak punya garasi lagi,” katanya kepada sekretarisnya.
Demikian pula ketika ia pensiun dari jabtan Kapolri. Hoegeng tak memiliki rumah mewah ataupun kendaraan mewah. Ia hidup sederhana dengan kejujuran hingga akhir hayatnya.
mengenai cara memberantas korupsi , Hoegeng pernah berpesan, “Kalau mau menghilangkan korupsi di negara ini, sebenarnya gampang. Ibaratnya, kalau kita harus dimulai dari atas ke bawah. Membersihkan korupsi juga demikian. Harus dimulai dengan cara membersihkan korupsi di tingkat atas atau pejabatnya lebih dulu, lalu ke turun badan atau level pejabat eselonnya dan akhirnya ke kaki hingga telapak atau ke pengawal bawah.”
Baharuddin Lopa. Ia dalah Jaksa Agung Republik Indonesia pada 6 Juni 2001 hingga meninggal dunia pada 3 Juli 2001. Namanya santer disebut sebagai Jaksa Agung yang tegas dan tak pandang bulu dalam penegakan hukum. Lopa juga sangat galak terhadap setiap tindak-tanduk yang menjurus ke korupsi.
Mantan Ketua KPK Abraham Samad dalam buku Apa dan Siapa Baharuddin Lopa, menulis, “Rumahnya di Makassar sangat sederhana sebagai rumah seorang pejabat tinggi negara pada saat itu, dibandingkan dengan para pejabat tinggi saat itu dan sekarang ini.”
Samad menganggap Lopa adalah sosok yang sangat bersahaja dan sederhana. Sebagai seorang pejabat, Lopa pun tidak memiliki harta melimpah sampai akhir hidupnya.
Baharuddin Lopa sangat anti terhadap suap. Semua parsel yang dikirim ke rumahnya selalu ia kembalikan. Samapai-sampai suatu kali, anak-anak Lopa mengambil coklat dalam sebuah parsel dan menutup kembali bungkus parsel tersebut. Apa yang dilakukan Lopa saat mengetahui hal itu?
Ia menuturkan kisahnya pada seorang sahabatnya, “Jadi parsel itu mereka buka diambil coklatnya, kemudian saya cari bungkus coklat itu di toko, kemasannya apa, mereknya apa harus sama, saya masukan kembali dan saya bungkus kembali parsel itu lalu saya kembalikan.”
Tiga tokoh diatas rasanya layak menjadi teladan bagi pejabat negara pada masa sekarang. []