Oleh: Dwi Rahayuningsih, S.Si
Blora, Jawa Tengah
Pengajar dan Anggota Revowriter
shalehacerdas@gmail.com
SERING sekali ketika mengajak seseorang untuk berhijrah jawabannya: “nanti deh, menunggu dapat hidayah!” atau “menata hati dululah, belum siap!” bahkan yang lebih ekstrim mengatakan, “sudah takdirku harus hidup begini.” Bagaimana jika Anda yang diajak untuk berhijrah? Kira-kira apa jawabannya?
Hidayah tidak akan datang pada seseorang yang menutup hatinya. Hidayah tidak akan menghampiri orang-orang yang tidak mau menerima masukan dan ajakan orang lain. Karena hidayah itu seperti cahaya. Sedangkan hati seperti rumah. Jika rumah tertutup rapat, tak ada ventilasi, tak ada jendela dan pintu, dari mana cahaya akan masuk?
Sebaliknya, jika pintu rumah dibuka, jendela dibuka, dan ventilasi ada, maka cahaya dari luar akan menerobos masuk dengan mudahnya. Tanpa ada penghalang yang membuat cahaya susah datang. Begitupun dengan hati. Jika hati tidak ditutup rapat, maka hidayah akan datang dengan mudah. Biarkan cayaha menelusup dalam hati, mengalir menerangi setiap ruang di dalamnya. Niscaya petunjuk Allah akan mudah terbaca.
Karena sesungguhnya petunjuk Allah itu nyata. Tergantung kita, mau menerima atau mengabaikannya. Sebagaimana firman Allah yang artinya: ”Kitab (Al Quran) ini tidak ada keraguan padanya; petunjuk bagi mereka yang bertaqwa.” (TQS. Al-Baqarah : 2)
BACA JUGA: Kala Hidayah Datang pada Sang Penentang
Dia, yang meyakini tanda-tanda kekuasaan Allah yang dapat merasakan kehadiran hidayah dalam dirinya. Yang menerima petunjuk jalan kebenaran tanpa keraguan. Menerima dengan kerelaan dan penuh keridloan. Ketika datang perintah untuk menjalankan suatu kewajiban, maka jawabnya sami’na wa atha’na. Tidak ada alasan baginya untuk menolak ataupun menunda perintahnya.
Untuk itu ada beberapa hal yang harus dilakukan untuk memperoleh hidayah, diantaranya:
1. Membuka hati dan pikiran
Tidak sedikit manusia yang menginginkan hidayah. Namun enggan untuk membuka hati dan pikirannya. Menganggap pendapatnya paling benar. Tidak mau menerima pendapat orang lain. Apalagi menerima kebenaran Islam.
Islam dianggap agama yang mengekang. Aturannya tidak sesuai dengan perkembangan zaman. Tidak kekinian, kuno, dan yang lebih parah dianggap bibit radikal. Padahal begitu banyak tanda-tanda kekuasaan Allah jika kita berpikir.
“Sesungguhnya dalam penciptaan langit dan bumi dan silih bergantinya malam dan siang, terdapat tanda-tanda kekuasaan Allah bagi orang yang berakal.” (TQS. Ali Imran: 190)
2. Memperbanyak mengkaji Islam
Islam adalah agama yang sempurna. Mengatur seluruh aktivitas kehidupan. Untuk itu sangat dianjurkan bagi kita untuk mempelajari ilmu-ilmu Islam sebagai bekal kehidupan dunia dan akhirat.
“Dan orang-orang yang berjihad untuk (mencari keridhaan) Kami, benar-benar akan Kami tunjukkan Kepada mereka jalan-jalan Kami. Dan sesungguhnya Allah benar-benar beserta orang-orang yang berbuat baik.” (QS. Al-’Ankabut: 69).
Syaikh Abdurrahman as-Sa’di menjelaskan ayat di atas, “(Ayat tersebut) juga menunjukkan bahwa orang yang bersemangat dan bersungguh-sungguh menimba ilmu agama, dia akan mendapatkan hidayah dan pertolongan dari Allah SWT untuk menggapai apa yang dicarinya. Pertolongan ini berbentuk petunjuk-petunjuk Ilahi yang di luar batas kesungguhan seseorang dan kemudahan-kemudahan menggapai ilmu.” (Tafsir al-Karim ar-Rahman).
3. Tidak menunda-nunda kebaikan
Ketika datang kepada kita suatu jalan kebaikan, maka tidak ada alasan bagi kita untuk menunda-nunda hal tersebut. Di tengah kondisi yang serba sulit ini, tak mudah memang untuk tidak tergoda dengan gemerlapnya dunia. Namun apabila kita menghendaki hidayah datang kepada kita, tidak ada jalan lain selain berusaha sekuat tenaga untuk mengalihkannya dan bersegera untuk menuju jalan kebenaran.
“Dan bersegeralah menuju ampunan Tuhanmu dan surga yang luasnya seluas langit dan bumi yang diperuntukkan bagiorang-orang bertaqwa.” (TQS. Ali Imran: 133)
BACA JUGA: Soal Hidayah, Ini Nasihat Ustaz Derry Sulaiman
4. Istiqamah
Ketika kita sudah mendapatkan hidayah (petunjuk) dari Allah, kita harus senantiasa menjaga amal kita supaya tetap pada jalur yang benar. Tidak kembali lagi untuk melakukan perbuatan dosa yang pernah dilakukannya. Dan senantiasa memohon ampunan dari Allah dengan penuh kesungguhan dan keikhlasan.
“Dan orang-orang yang apabila melakukan perbuatan keji atau berbuat zalim pada dirinya sendiri, mereka mengingat Allah lalu memohon ampunan terhadap dosa-dosa mereka. Siapa lagi yang dapat mengampuni dosa selain dari Allah? dan mereka tidak meneruskan perbuatan kejinya itu seddang mereka mengetahuinya. Mereka itu balasannya ialah ampunan dari Tuhan mereka dan surga yang di dalamnya mengalir sungai-sungai, sedang mereka kekal di dalamnya dan itulah sebaik-baik pahala.” (TQS. Ali Imran: 135-136)
Menjaga konsistensi (istiqamah) di jalan Allah tidaklah mudah. Penuh onak dan duri, serta jalan terjal harus dilewati. Berkumpul dengan orang-orang saleh akan membawa kita tetap pada jalur yang diinginkan. Karena merekalah yang akan senantiasa mengingatkan kita, mengoreksi kesalahan kita, serta mengajak kita pada ketaatan kepada Allah.
BACA JUGA: Temukan Hidayah Lewat Mimpi, Ahui Masuk Islam
Itulah cara kita mendapatkan petunjuk hidayah dari-Nya. tidak ada alasan lagi bagi kita untuk “berhijrah” menuju ketaatan kepada Allah. sudah saatnya untuk membuang jauh gaya hidup yang penuh maksiat. Kita jadikan sisa umur kita berkah dengan menjalankan perintah Allah dan menjauhi larangan-Nya. supaya kelak di akherat kita dikumpulkan bersama dengan orang-orang saleh di surga-Nya. wallahu a’lam bish-shawab. []
Kirim RENUNGAN Anda lewat imel ke: islampos@gmail.com, paling banyak dua (2) halaman MS Word