SURAT dalam Alquran yang identik dengan hari Jumat pastinya adalah Al Kahfi. Surat ini dianjurkan dibaca pada hari Jumat karena memiliki berbagai keutamaan.
Selain identik dengan hari Jumat, Al Kahfi juga kerap dihubungkan dengan dajjal. Surat Al Kahfi adalah satu-satunya surat yang dihubungkan dengan kata `Dajjal’ didalam hadits Nabi Muhammad.
Dari Abu Darda’ bahwa Nabi SAW bersabda:
“Siapa yang menghafal sepuluh ayat dari awal Surat Al Kahfi, maka is akan terpelihara dari (kejahatan) Dajjal.
Syu’bah berkata; “Dari akhir Surat Al Kahfi.”
Hammam berkata; “Dart awal Surat Al Kahfi.”
BACA JUGA: Baca Surat Al Kahfi, Kenapa Dianjurkan Hari Jum’at?
Surat Al Kahfi sendiri termasuk surat makiyah, yakni surat ke-18 dalam Al Qur’an yang terletak dipertengahan Al Qur’an pada akhir juz ke-15.
Surat ini dinamakan Al Kahfi yang berarti `Gua’ dikarenakan di dalamnya terdapat kisah Ashabul Kahfi War-Raqim (Para Penghuni Gua dan Prasasti). Seperti dikutip dari buku “Teka teki Surat Al Kahfi” karya Abu Lukman Fathurrahman, para ulama berpendapat, kahfi adalah gua yang terletak pada sebuah bukit.
Ada empat kisah yang terdapat dalam Surat Al Kahfi:
1 Kisah Ashabul Kahfi War-Raqim (Para Penghuni Gua dan Prasasti)
Kisah ini adalah kisah dari para pemuda yang memiliki keimanan yang tinggi dan berusaha untuk menghindari kezhaliman.
Hingga kemudian mereka masuk ke dalam goa dan akhirnya ditidurkan di sana. Sehingga namanya adalah ashabul kahfi yang artinya adalah para penghuni goa.
Kisah ashabul kahfi secara lebih khusus terdapat pada ayat ke 9 sampai ayat ke 26.
Namun, inti dari kisah tersebut terdapat pada dua ayat yaitu ayat ke 13 dan 14:
نَحْنُ نَقُصُّ عَلَيْكَ نَبَأَهُمْ بِالْحَقِّ إِنَّهُمْ فِتْيَةٌ آمَنُوا بِرَبِّهِمْ وَزِدْنَاهُمْ هُدًى. وَرَبَطْنَا عَلَى قُلُوبِهِمْ إِذْ قَامُوا فَقَالُوا رَبُّنَا رَبُّ السَّمَاوَاتِ وَالأرْضِ لَنْ نَدْعُوَ مِنْ دُونِهِ إِلَهًا لَقَدْ قُلْنَا إِذًا شَطَطًا.
“Kami kisahkan kepadamu (Muhammad) cerita ini dengan benar. Sesungguhnya mereka adalah pemuda-pemuda yang beriman kepada Tuhan mereka, dan Kami tambah pula untuk mereka petunjuk. Dan Kami meneguhkan hati mereka diwaktu mereka berdiri, lalu mereka pun berkata, “Tuhan Kami adalah Tuhan seluruh langit dan bumi; Kami sekali-kali tidak menyeru Tuhan selain Dia, Sesungguhnya Kami kalau demikian telah mengucapkan Perkataan yang Amat jauh dari kebenaran.”
Kisah ashabul kahfi memberikan hikmah bahwa seorang pemuda harus bersikap dengan sikap yang benar. Kebenaran tersebut dilandasi dengan logika yang baik dan keimanan yang teguh.
2 Kisah Lelaki Pemilik Kebun
Selain kisah tentang ashabul kahfi, surat ini mengandung kisah tentang pemilik dua kebun. Terdapat pada ayat ke 35 dan 36:
وَدَخَلَ جَنَّتَهُ وَهُوَ ظَالِمٌ لِنَفْسِهِ قَالَ مَا أَظُنُّ أَنْ تَبِيدَ هَذِهِ أَبَدًا. وَمَا أَظُنُّ السَّاعَةَ قَائِمَةً وَلَئِنْ رُدِدْتُ إِلَى رَبِّي لأجِدَنَّ خَيْرًا مِنْهَا مُنْقَلَبًا.
“Dan dia memasuki kebunnya sedang dia zalim terhadap dirinya sendiri, ia berkata: “Aku kira kebun ini tidak akan binasa selama-lamanya, dan aku tidak mengira hari kiamat itu akan datang, dan jika sekiranya aku kembali kepada Tuhanku, pasti aku akan mendapat tempat kembali yang lebih baik dari pada kebun-kebun itu”.
Sebagai manusia perlu untuk memahami pentingnya mendahulukan Iman baru memiliki harta.
Bila dilihat contoh dari pemilik dua kebun tersebut, ia tampak congkak terhadap apa yang ia punya. Padahal segala yang ia punya hanyalah titipan dan akan kembali kepada-Nya.
3 Kisah Nabi Musa dan Khidr
Kisah berikutnya yang juga terdapat pada surat al-kahfi adalah terkait pencarian ilmunya Nabi Musa A.S. Ia berguru kepada Nabi Haidir A.S.
Ayat ini juga mengajarkan tentang pentingnya dua hal yaitu ilmu dan iman. Semakin seseorang berilmu seharusnya membuat ia semakin tawadhu dan merasa belum punya apa-apa.
Dengan hadirnya iman didalam proses menuntut ilmu maka itu akan bernilai ibadah. Dan ingat, bahwa Allah akan meningkatkan orang yang beriman serta berilmu beberapa derajat.
4 Kisah Dzulqornain
Kisah terakhir yang terdapat dalam surat Al-Kahfi ini adalah tentang sosok bernama dzulqarnain.
Intisari dari kisah ini terdapat pada ayat 86-88,
حَتَّى إِذَا بَلَغَ مَغْرِبَ الشَّمْسِ وَجَدَهَا تَغْرُبُ فِي عَيْنٍ حَمِئَةٍ وَوَجَدَ عِنْدَهَا قَوْمًا قُلْنَا يَا ذَا الْقَرْنَيْنِ إِمَّا أَنْ تُعَذِّبَ وَإِمَّا أَنْ تَتَّخِذَ فِيهِمْ حُسْنًا. قَالَ أَمَّا مَنْ ظَلَمَ فَسَوْفَ نُعَذِّبُهُ ثُمَّ يُرَدُّ إِلَى رَبِّهِ فَيُعَذِّبُهُ عَذَابًا نُكْرًا. وَأَمَّا مَنْ آمَنَ وَعَمِلَ صَالِحًا فَلَهُ جَزَاءً الْحُسْنَى وَسَنَقُولُ لَهُ مِنْ أَمْرِنَا يُسْرًا.
Kami berfirman: “Hai Dzulkarnain, kamu boleh menyiksa atau boleh berbuat kebaikan terhadap mereka dengan mengajak mereka pada iman. Berkata Dzulkarnain: “Adapun orang yang dhzalim, Maka Kami kelak akan mengazabnya, kemudian dia akan dikembalikan kepada Tuhannya, lalu Tuhan mengazabnya dengan azab yang tidak ada taranya. Adapun orang-orang yang beriman dan beramal saleh, maka baginya pahala yang terbaik sebagai balasan, dan akan kami titahkan kepadanya (perintah) yang mudah dari perintah-perintah kami”
BACA JUGA: Ini Hikmah Membaca Al Kahfi di Malam Jumat
Hikmah yang bisa diambil dari kisah tersebut adalah bahwa ketauhidan harus dipegang teguh terlebih dahulu sebelum memegang kekuasaan.
Karena pada dasarnya kedudukan adalah amanah yang Allah titipkan kepada siapapun. Bila kelak bila Allah ingin mengambilnya maka tidak menjadi masalah bagi si pemegang amanah.
Orang yang dzalim atas kedudukan yang ia raih maka Allah tidak segan-segan untuk mengadzabnya. []