AHAD (25/4/2021), perhelatan Academy Awards ke-93 atau yang lebih dikenal sebagai Oscar dilangsungkan setelah mundur dua bulan dari jadwal yang seharusnya.
Dari seluruh nominasi, ada lima film yang berasal dari Timur Tengah dan Afrika Utara. Dilansir dari Middle East Eye, berikut daftarnya:
1 Kaouther Ben Hania (The Man Who Sold His Skin)
Sutradara Kaouther Ben Hania membuat sejarah tahun ini ketika filmnya menjadi film Tunisia pertama yang dinominasikan untuk film internasional terbaik. Film ini menceritakan tentang seorang pengungsi Suriah yang diperankan oleh Yahya Mahayni setuju untuk memiliki tato visa Schengen di punggungnya. Kemudian, karya itu dipamerkan di galeri-galeri global sebagai upaya untuk bersatu kembali dengan pacarnya di Eropa.
Filmnya tahun 2017, Beauty and the Dogs juga terpilih sebagai entri Tunisia untuk film berbahasa asing terbaik di Academy Awards ke-91 tapi tidak dinominasikan. Ben Hania yang lahir di Sidi Bouzid, Tunisia tengah percaya bahwa perubahan demokrasi di negara tersebut telah membawa peluang baru untuk industri film.
“Kami bereksperimen dengan kebebasan berbicara sehingga memberi kami kemungkinan bahwa para sutradara dapat membuat film tanpa sensor,” kata Ben. Ben menambahkan sejak revolusi dan pergantian rezim, para pekerja industri kreatif membutuhkan revolusi budaya untuk mengekspresikan diri.
BACA JUGA: 2 Film Arab Masuk Nominasi Piala Oscar 2021
2 Farah Nabulsi (The Present)
Faraah Nabulsi yang debut sebagai sutradara berdarah Inggris-Palestina muncul sebagai pesaing kuat dalam film pendek terbaik berjudul the Present. Drama berdurasi 25 menit itu menyoroti kesulitan yang dihadapi oleh orang-orang Palestina dalam menavigasi pos pemeriksaan Israel di Tepi Barat yang diduduki secara ilegal.
Tokoh protagonis Yusef diperankan oleh Saleh Bakri yang berangkat dengan putri kecilnya untuk membeli hadiah ulang tahun istrinya. The Present memenangkan penghargaan Bafta untuk film pendek terbaik awal bulan ini dan dalam pidato penerimaannya Nabulsi mendedikasikan penghargaan tersebut untuk rakyat Palestina,.
Film ini terinspirasi oleh perjalanan tahun 2013 ke Palestina. Di sana, Nabulsi mengalami sendiri saat melalui pos pemeriksaan dan berbicara dengan penduduk setempat yang terkena dampaknya setiap hari.
3 Tomer Shushan (White Eye)
Selain The Present, film pendek lain yang perlu disoroti adalah White Eye yang disutradarai oleh Sutradara Israel, Tomer Shushan. Film ini menyoroti hak istimewa kulit putih dan perlakuan terhadap migran Afrika di Israel.
Film menceritakan tentang Omer, seorang pemuda di Tel Aviv yang menemukan bahwa sepedanya yang dicuri sekarang dimiliki oleh Yunes, seorang pria Eritrea yang bekerja di pabrik pengepakan daging. Kegigihan Omer dalam mengambil sepeda berpotensi menimbulkan konsekuensi serius bagi Yunes, seorang migran tidak berdokumen.
Shushan merujuk pada sebuah insiden tahun 2012, ketika mantan Menteri Kebudayaan dan Olahraga Israel Miri Regev menyebut pencari suaka Sudan sebagai “kanker di tubuh kita.” Israel sering dikritik karena perlakuannya terhadap para migran, termasuk penahanan anak-anak dan penutupan pusat vaksin di Tel Aviv baru-baru ini yang digunakan oleh pencari suaka tidak berdokumen.
4 Hunger Ward
Film produksi Amerika tentang kelaparan yang menghancurkan Yaman karena dilanda perang telah dinominasikan dalam kategori film dokumenter pendek. Hunger Ward menceritakan tentang dua petugas kesehatan, Dr Aida Alsadeeq dan perawat Mekkia Mahdi saat mereka berjuang untuk menyelamatkan nyawa anak-anak yang kekurangan gizi di pusat terapi makanan Yaman.
Situasi akibat perang saudara Yaman yang dimulai pada 2015 ini kerap disebut sebagai krisis kemanusiaan terparah di dunia. PBB memperkirakan dua juta anak Yaman di bawah usia lima tahun menderita kekurangan gizi parah tahun ini. Film berdurasi 40 menit yang mendokumentasikan krisis tersebut dibuat dalam waktu satu bulan dengan visa tim produksi AS hanya berlaku selama 30 hari.
BACA JUGA: Oscar 2021, Riz Ahmed Jadi Muslim Pertama yang Dinominasikan sebagai Aktor Terbaik
Selama pembuatan film, para kru ditahan sebentar. Sang sutradara, Skye Fitzgerald berharap film itu akan membantu mengakhiri krisis.
“Kami berusaha untuk membuat film yang memberikan empati dan mengungkapkan keterlibatan Amerika dalam kematian warga sipil saat ini di Yaman,” kata Fitzgerald dalam sebuah pernyataan di situs film tersebut.
5 Ramin Bahrani (The White Tiger)
Sutradara dan penulis skenario Iran-Amerika, Ramin Bahrani dinominasikan dalam kategori skenario adaptasi terbaik untuk film the White Tiger. Film yang didistribusikan Netflix berdasarkan novel pemenang hadiah Booker, menceritakan tentang kebangkitan seorang pengemudi yang ambisius dari penduduk desa yang miskin menjadi pengusaha yang sukses di India modern.
Bahrani yang menulis dan menyutradarai film tersebut bertujuan untuk fokus pada komunitas yang kurang terwakili melalui karyanya.
“Saya suka menunjukkan kepada orang-orang yang biasanya tidak Anda lihat di film, seperti kelas bawah, para imigran, dan kelas pekerja,” kata dia. The White Tiger juga dinominasikan untuk skenario adaptasi terbaik di Baftas tahun ini. []
SUMBER: MIDDLE EAST EYE