HATI adalah mahkota bagi jasad kita, dan kondisi hati ini menjadi cermin pada perilaku sehari-hari.
Sebagaimana Rasulullah SAW bersabda,
أَلاَ وَإِنَّ فِى الْجَسَدِ مُضْغَةً إِذَا صَلَحَتْ صَلَحَ الْجَسَدُ كُلُّهُ ، وَإِذَا فَسَدَتْ فَسَدَ الْجَسَدُ كُلُّهُ . أَلاَ وَهِىَ الْقَلْبُ
“Ingatlah bahwa di dalam jasad itu ada segumpal daging. Jika ia baik, maka baik pula seluruh jasad. Jika ia rusak, maka rusak pula seluruh jasad. Ketahuilah bahwa ia adalah hati (jantung)” (HR. Bukhari no. 52 dan Muslim no. 1599).
Banyak sekali dalil-dalil hadis dan Al-Quran yang menjelaskan bahwa hati itu ada yang lunak dan ada juga yang keras. Tentu hal itu ada sebab-sebabnya, sehingga hati itu menjadi keras, dan sebab itulah yang menyebabkan dia menjadi dosa.
Ada lima hal yang menjadi penyebab kerasnya hati:
1 Banyak tertawa atau tertawa tanpa sebab.
Tertawa diperbolehkan asal jangan sampai terbahak-bahak.
Seperti yang disampaikan Aisyah RA bagaimana Rasulullah SAW tertawa, “Tidak pernah aku melihat Rasulullah SAW tertawa hingga tampak bagiku langit-langitnya, melainkan beliau hanya tersenyum.”
2 Makan ketika belum lapar atau banyak makan.
Rasulullah SAW bersabda, “Tidak ada wadah paling buruk yang diisi manusia selain perutnya, cukuplah seorang anak adam makan beberapa suap makanan saja yang dapat mengokohkan tulang punggungnya. Jika memang ia harus mengisi perutnya maka hendaknya 1/3 untuk makan, 1/3 untuk minum, dan 1/3 untuk napas” (HR.Tirmidzi)
3 Bicara tanpa keperluan atau bicara berlebihan.
Dari Ibnu Umar berkata bahwa Rasulullah SAW bersabda,
“Janganlah kalian banyak bicara tanpa berdzikir kepada Allah, karena banyak bicara tanpa berdzikir kepada Allah membuat hati menjadi keras, dan orang yang paling jauh dari Allah adalah orang yang berhati keras.” [HR Tirmidzi]
4 Banyak dosa dan maksiat.
Perbuatan dosa dapat mengeraskan hati, baik itu dosa besar maupun kecil. keduanya berpengaruh negatif dihadapan Allah SWT.
5 Teman yang buruk.
Penting sekali dalam memilih teman. Bersama siapa kita harus bergaul, karena itu bisa mempengaruhi diri kita.
Dalam sebuah hadis, Rasulullah mengingatkan, “Permisalan teman yang baik dan teman yang buruk ibarat seorang penjual minyak wangi dan seorang pandai besi. Penjual minyak wangi mungkin akan memberimu minyak wangi atau engkau bisa membeli minyak wangi darinya, dan kalaupun tidak, engkau tetap mendapatkan bau harum darinya. Sedangkan pandai besi, bisa jadi (percikan apinya) mengenai pakaianmu dan kalaupun tidak, engkau tetap mendapatkan bau asapnya yang tak sedap.” (HR Bukhari 5534 dan Muslim 2628). [ ]