SERING kali menjadi pertimbangan sebagian besar orangtua ketika akan memilihkan kriteria pasangan terbaik untuk anak-anaknya.
Kewajiban Orangtua terhadap Anak
Menjadi tugas orang tua untuk terus mendampingi anak. Sedari kecil dibimbing untuk berprestasi dan mengenal Allah. Secara konsisten, harus kita lakukan jika ingin anak kita menjadi sosok yang benar-benar bisa dijadikan teladan oleh orang banyak.
Tidak mudah, karena butuh perjuangan serta pengorbanan. Tak hanya finansial, tetapi mental harus ada pada diri kita sebagai orang tua. Untuk masalah finansial walaupun adakalanya sampai pada titik sulit masih jauh lebih mudah diatasi.
BACA JUGA: Pilih-pilih Jodoh
Tetapi, berkaitan dengan mental ini yang butuh penjagaan secara kontinyu. Karena, bila kondisi orang tua melemah, akan berpengaruh pada kondisi anak.
Kondisi mental yang prima bermula dari kedekatan diri sebagai seorang hamba dan Rabbnya. Maka taqarub ilallah menjadi keniscayaan.
Waktu pun berjalan, hingga pada saatnya anak masuk usia yang sudah bisa dikatakan mendewasa. Itu pun masih harus didampingi, karena sebagai orang tua tetap bertanggung jawab atas perkembangan anak. Saat sudah memasuki usia dewasa, bukan hanya orangtua berharap untuk berprestasi, tetapi berperan untuk menyampaikan kebenaran.
Dan sampai waktunya ketika menjalani hidup tak hanya sendiri saja, ada saatnya butuh pasangan. Maka jenjang pernikahan itulah yang diharapkan oleh banyak orang tua ketika anaknya tumbuh dewasa.
Saat seperti ini peran orang tua tetap harus ada, senantiasa mendampinginya hingga bertemu pasangan yang terbaik. Memilihkan yang tepat agar kelak menjadi keluarga bermartabat di tengah masyarakat.
Maka berikut beberapa kriteria memilih pasangan terbaik, antara lain:
Taat kepada Allah.
kriteria pasangan pertama adalah seseorang yang taat kepada Allah tentu akan menjadikan Al Qur’an dan hadits sebagai pedoman dalam menjalani kehidupan.
Apalagi, ketika pernikahan itu adalah ibadah yang terpanjang, tentunya ujian yang ada pun sepanjang usia pernikahan tersebut hingga mereka kembali pada-Nya.
Jadi, sosok yang taat beragama menjadi pilihan pertama karena dalam hadits pun demikian telah kita pahami bersama.
“Bila datang seorang laki-laki yang kamu ridhoi agama dan akhlaknya, hendaklah kamu nikahkan dia, karena kalau engkau tidak mau menikahkannya, niscaya akan terjadi fitnah di muka bumi dan kerusakan yang meluas.” (H.R. Tirmidzi dan Ahmad).
BACA JUGA: 4 Tipe Jodoh, Mana yang Terbaik?
Menjalankan Sunnah Rasulullah
Sosok Rasulullah adalah guru bagi manusia. Maka meniru segala sepak terjangnya sudah seharusnya. Sebagai orang tua harus benar meneliti kriteria pasangan dan kepribadian seseorang yang akan mendampingi anak kita.
Bagaimana terjaga secara rutin amal Sunnahnya karena amal Sunnah itu juga bisa untuk mengukur kadar keimanan seseorang. Karena amal Sunnah sebagai amal tambahan untuk semakin taqarub ilallah.
Berakhlak mulia
Akhlak menjadi sesuatu yang penting. Karena kebersamaan dalam waktu yang sangat lama tak mungkin lepas dari konflik. Maka pribadi yang berakhlak akan mampu menyelesaikan konflik dalam rumah tangga dengan cara yang baik dan tak akan berdampak pada hal yang bisa merugikan.
Bersemangat dalam berdakwah
Tugas dakwah itu tidak bisa dilepaskan dari hidup manusia. Ketika sejak dini, anak-anak bahkan sudah harus dikenalkan dengan dunia dakwah. Mereka pun berharap ketika membangun sebuah keluarga juga ingin memilki peran dakwah. Maka kita berkewajiban untuk memilihkan pasangan yang juga memiliki peran serta sudah menjadi bagian dari dakwah itu sendiri.
Berasal dari keluarga yang baik
Latar belakang keluarga punya pengaruh terhadap karakter seseorang. Asal usul keluarga dan seperti apa kondisinya. Apakah mendukung dakwah, apakah menjadi bagian dari dakwah, itu bisa jadi perhitungan. Maka, memilihkan pasangan dengan melihat latar belakang keluarganya, perlu menjadi perhatian, walau bukan satu-satunya ukuran ketika memilih pasangan.
Mandiri secara ekonomi
Melanjutkan kehidupan butuh finansial. Bagaimana pun juga seseorang yang akan menikahi anak kita dia adalah seseorang yang sudah bekerja. Walau bukan pekerjaan tetap yang jelas tetap bekerja.
Mengapa demikian? Karena masalah ekonomi kadang bisa jadi sumber masalah dalam hidup berkeluarga.
Selain itu, dalam hidup butuh makan dan ketika sudah memiliki anak akan butuh banyak biaya. Yakni kesehatan, pendidikan, dan banyak lagi kebutuhan yang ada. Maka, aspek ekonomi perlu dicermati juga.
Bertanggung jawab dan berjiwa pemimpin
Seperti yang disyariatkan dalam Islam bahwa seorang insan harus bisa menjadi seorang pemimpin minimal untuk dirinya sendiri.
Kemudian setelah berkeluarga akan menjadi kepala keluarga. Hal itu harus ada jiwa kepemimpinan untuk membuat keluarga tersebut punya arah dan tujuan yang jelas.
BACA JUGA: 7 Cara Menjemput Jodoh dalam Islam
Ibarat kapal saja butuh nahkoda, maka rumah tangga pun butuh ada yang memimpinnya. Masalah, jiwa kepemimpinan terikat erat dengan bentuk tanggung jawab terhadap keluarganya.
Ada jiwa kepemimpinan dalam diri akan sangat membantu dalam membuat aturan dalam keluarga.
Jiwa kepemimpinan dan punya rasa tanggung jawab ini sangat dibutuhkan, karena nantinya seorang suami akan memimpin istri dan anak-anaknya untuk bisa mencapai ridho Allah Subhanahu wa taala juga mewujudkan apa yang dicita-citakan.
“Hai orang-orang yang beriman, jagalah dirimu dan keluargamu dari siksa api neraka yang bahan bakarnya adalah manusia dan batu; penjaganya malaikat-malaikat kasar, yang keras, yang tidak mendurhakai Allah atas perintah Allah kepada mereka dan selalu taat pada apa yang diperintahkan.” (Q.S. At-Tahriim: 6).
Tentu sebagai orang tua harus pahami tugas dan tanggung jawabnya dengan baik dan benar, karena nanti di hadapan Allah kita akan dimintai pertanggungjawaban atas apa yang kita lakukan. Wallahu a’lam bishawab. []