HATIM adalah seorang ulama besar Khurasan yang mendapat julukan Al-Asham (yang tuli). Kenyataannya, dia tidak tuli, akan tetapi pernah berpura-pura tuli karena ingin menjaga kehormatan orang lain.
Nama lengkapnya adalah Abu Abdul Rahman Hatim bin Alwan. Dia pernah mengunjungi Baghdad (Irak) dan menetap di kota itu hingga akhir hayatnya (237 H).
Ada kisah menarik tentang Hatim al-Asham dan ilmu yang ia peroleh dari gurunya, Shaqiq al-Balkhi. Diriwayatkan bahwa Shaqiq bertanya kepada Hatim sudah berapa lama dia bersamanya.
Hatim menjawab bahwa sudah tiga puluh tiga tahun.
Shaqiq kemudian bertanya, “Dan apa yang telah Anda pelajari selama periode ini?”
Hatim berkata, “Delapan hal.”
Shaqiq berseru, “Kami milik Allah dan kepada-Nya kami kembali! Aku telah menghabiskan hidupku untuk mengajarimu dan kamu hanya belajar delapan hal?”
Hatim menyatakan, “Saya tidak belajar apa-apa lagi dan saya tidak suka berbohong tentang itu.”
Shaqiq berkata, “Jadi, katakanlah delapan hal tersebut!”
Inilah 8 hal yang disebutkan Hatim. Kedelapan hal ini merupakan pelajaran hidup ini mampu membawa seseorang pada kedamaian dan ketenangan batin.
1 Cinta Ilahi
Hatim menjawab, “Saya melihat sekeliling dan melihat bahwa setiap orang memiliki sesuatu atau seseorang yang dia cintai dan dengan siapa dia tetap sampai saat dia meninggal. Lalu mereka berpisah. Oleh karena itu aku menjadikan perbuatan baik sebagai objek cintaku sehingga ketika saat kematianku tiba, apa yang aku cintai akan menemaniku ke liang kubur.”
Shaqiq berkata, “Kamu melakukannya dengan baik, Hatim. Jadi, apa hal kedua yang telah Anda pelajari? ”
2 Melawan Hawa Nafsu
Hatim berkata, “Saya merenungkan kata-kata Allah:
‘Adapun orang yang takut pada kedudukan Tuhannya dan menahan dirinya dari nafsu, Taman itu akan menjadi tempat tinggalnya.’ (QS An Nazi’at [79]: 40-41)
Saya tahu bahwa apa yang Allah katakan adalah kebenaran. Oleh karena itu saya berjuang dengan diri saya sendiri dan berusaha untuk mengusir nafsu (hawa) sampai saya menetap dalam ketaatan kepada Allah.”
3 Jagalah dirimu di sisi Allah
Hatim berkata, “Mengenai poin ketiga, saya melihat orang-orang dan menemukan bahwa setiap orang menghargai dan meninggikan barang berharga apa pun yang dia miliki. Kemudian saya memeriksa kata-kata Allah:
‘Apa yang Anda miliki akan lenyap dan apa yang di sisi Allah akan terus berjalan.’ (QS An Nahl [16]: 96)
Saya kemudian mulai memberikan kepada Allah segala sesuatu yang berharga yang menjadi milik saya sehingga itu akan tetap dalam pelestarian-Nya.”
4 Jadilah sesuatu di pandangan Allah
Hatim berkata, “Mengenai poin keempat, saya melihat sekeliling orang-orang dan melihat bahwa setiap orang menaruh kepercayaannya pada kekayaan, keturunan, kehormatan dan garis keturunan. Ketika saya memeriksa hal-hal ini, saya menemukan mereka tidak memiliki substansi. Kemudian saya mempertimbangkan kata-kata Allah:
‘Sesungguhnya yang paling mulia di antara kamu di sisi Allah adalah orang yang memiliki kesadaran paling menakutkan (taqwa).’ (QS Al Hujurat [49]: 13)
Oleh karena itu saya mengabdikan diri pada kesadaran takut akan Allah sehingga saya bisa mendapat kehormatan di sisi Allah.”
5 Bagianmu untukmu
Hatim berkata, “Kelima, saya melihat orang-orang dan melihat mereka saling memfitnah dan mengutuk satu sama lain karena iri hati. Kemudian saya memeriksa kata-kata Allah:
‘Kamilah yang mendistribusikan mata pencaharian yang mereka miliki dalam kehidupan dunia ini.’ (QS Az Zukhruf [43]: 31)
Jadi saya meninggalkan rasa iri dan saya berteman dengan orang-orang, mengetahui bahwa bagian seseorang berasal dari Allah. Oleh karena itu saya tidak lagi memendam permusuhan terhadap orang lain.”
6 Setan adalah musuh terburukmu
Hatim berkata, “Keenam, saya melihat orang-orang berkelahi dan menindas satu sama lain, jadi saya berpaling pada apa yang Allah katakan:
‘Setan adalah musuh bagimu, jadi ambillah dia sebagai musuh.’ (QS Fatir [35]: 6)
Jadi saya menjadikan Setan sebagai musuh saya dan berusaha keras untuk menjaga saya terhadapnya karena Allah telah bersaksi bahwa dia adalah musuh saya. Karena itu, saya berhenti membenci orang lain. Hanya setan yang jadi musuh saya.
7 Allah adalah Penyedia
Hatim berkata, “Hal yang ketujuh adalah bahwa saya melihat semua orang mengejar roti harian mereka dan merendahkan diri mereka sendiri dan melakukan segala macam hal yang haram untuk mendapatkannya. Kemudian saya memeriksa kata-kata Allah:
‘Tidak ada makhluk di muka bumi ini, tetapi penyediaannya adalah tanggung jawab Allah.’ (QS Hud [11]: 8)
Saya tahu bahwa saya adalah salah satu makhluk yang penyediaannya merupakan tanggung jawab Allah, jadi saya menyibukkan diri dengan apa yang saya berutang kepada Allah dan meninggalkan harta saya kepada-Nya.
8 Allah cukup bagimu
Hatim berkata, “Hal kedelapan adalah saya memandang orang-orang dan melihat bahwa mereka semua menaruh kepercayaan mereka pada sesuatu yang diciptakan – satu di tanah miliknya, satu lagi pada kekayaannya, satu lagi pada pekerjaannya dan satu lagi pada kesehatan fisiknya. Mereka semua menaruh kepercayaan pada hal-hal yang diciptakan sama seperti saat mereka diciptakan. Saya mengacu kembali pada kata-kata Allah:
‘Siapa pun yang menaruh kepercayaannya kepada Allah, Dia akan cukup untuknya.’ (QS At Talaq [65]: 3)
Jadi saya menaruh kepercayaan saya kepada Allah dan Dia cukup untuk saya.”
Kemudian Shaqiq berseru, “Hatim, semoga Allah membuatmu makmur! Saya telah mempelajari ilmu Taurat, Injil, Mazmur, dan Alquran yang sangat besar dan saya telah menemukan bahwa setiap variasi kebaikan dan agama berkisar pada delapan hal ini. Siapa pun yang mempraktikkannya, berarti telah mempraktikkan keempat kitab suci itu.” []
Referensi: Al-Ghazali’s Ihya’- Book of knowledge/Al Ghazali/Penerbit: Dar al Wahi/Tahun: 2013