“HAI manusia, sesungguhnya Kami menciptakan kamu dari seorang laki-laki dan seorang perempuan dan menjadikan kamu berbangsa-bangsa dan bersuku-suku supaya kamu saling kenal-mengenal. Sesungguhnya orang yang paling mulia diantara kamu disisi Allah ialah orang yang paling takwa diantara kamu. Sesungguhnya Allah Maha Mengetahui lagi Maha Mengenal.” (QS Al Hujurat: 13)
Suatu hari, Rasululah Shalallahu ‘alaihi wasallam bertanya kepada Bilal, “Sewaktu Aku bermi’raj ke Shidratul Muntaha, dalam perjalanan aku mendengar suara terompahmu di surga. Wahai Bilal, amalan apa yang engkau kerjakan sehingga engkau mendapat kemuliaan seperti itu?”
BACA JUGA: Wah, Ini Harga yang Dikeluarkan Abu Bakar untuk Membebaskan Bilal!
Sebelummasuk Islam, Bilalhanyalahseorangbudakhitam yang tidakadaharganya. Padazamandulu, jual-belibudaksudahmenjaditradisi. Untukukuransaatitu, diriBilal tak lebihhanyasehargasebuahkursikayu yang sangatmurah.
Tidak ada seorang pun yang tertarik kepadanya, kecuali Umayyah, yang menjadi tuannya.
Ketika mendengar kabar tentang datangnya seorang Nabi yang membawa risalah Allah yang tidak membedakan golongan, suku bangsa, wama kulit, dan serta lainnya, Bilal tergerak untuk memeluk agama baru itu. Diam-diam Bilal menemui Rasulullah dan menyatakan keislamannya.
Mendengar berita ini, Umayyah marah lalu menyiksa Bilal di tengah padang pasir yang sangat panas. Cambukkan, pukulan, dan batu besar yang menindih tubuhnya tak membuat imannya luntur.
“Ahad, ahad,” hanya itu yang diucapkan lisannya.
Kemudian datang pertolongan Allah melalui Abu Bakar, ditebuslah Bilal walaupun dengan harga yang sangat tinggi. Bebaslah Bilal.
Dia mencurahkan hari-harinya untuk Allah bersama Rasulullah dan kaum Muslimin. Sejak dia memeluk Islam, tidak ada lagi perbedaan antara dirinya dengan sahabat-sahabat yang lain.
Dengan penuh tawadhu, Bilal menjawab, “Hamba bukanlah apa-apa, ya, Rasulullah.”
Bilal tak ingin menjadikan ibadahnya ria, namun akhirnya dia menjawab, “Saya hanya menjaga diri saya selalu dalam keadaan berwudhu. Jika saya batal, maka saya kembali berwudhu dan me-ngerjakan shalat sunah dua rakaat setelahnya.”
BACA JUGA: Kisah Seorang Pemabuk dan Mimpinya Bertemu Rasul
Bahkan, sahabat Umar bin Khatab sangat menghormatinya. Dalam suatu majlis Rasulullah, Umar tidak berani menegakkan badannya ketika duduk di samping Bilal.
“Bagaimana aku mau meninggikan diri di hadapannya, sementara Allah akannya dengan menjamin baginya Surga.”
ItulahBilal bin Rabah. SeorangbudakHabsy yang menjadimuliabersama Islam. []
Sumber: Pahala itu mudah /Karya: Siti Nurhayati dkk/Penerbit: Republika/2005