Dalam pandangan Islam, ada yang dinamakan berkah. Demikian juga terkait rezeki. Keberkahan rezeki itu tidak bisa dijamin dari banyak sedikitnya harta. Lalu, seperti apa sebenarnya rezeki yang berkah dalam pandangan Islam itu?
Rezeki yang berkah biasanya dapat diketahui dari kecukupannya. Walaupun jumlahnya sedikit, tapi tetap bisa memenuhi semua kebutuhan hidup. Jadi, walaupun sedikit dari segi jumlah, tapi tidak menjadikan pemiliknya kekurangan.
Dikutip dari Catatan Moeslimah, inilah beberapa ciri yang dapat kita kenali dari rezeki berupa harta yang mengandung keberkahan di dalamnya:
1. Harta yang berkah mampu menghantarkan pemiliknya menjadi semakin bertaqwa kepada Allah.
2. Harta yang berkah bisa memberikan rasa nyaman dan tentram kepada pemiliknya.
“Tidak sama yang buruk (rezeki yang haram) dengan yang baik (rezeki yang halal) meskipun banyaknya yang buruk itu menarik hatimu, maka bertakwalah kepada Allah hai orang-orang yang berakal agar kamu mendapat keberuntungan.” (Q.S. Al Maidah: 100).
3. Harta yang berkah dapat mendatangkan amal kebaikan atau menjadi jalan bagi pemiliknya untuk berbuat kebaikan.
“Hai para rasul, makanlah yang baik-baik (halal), dan kerjakanlah amal yang saleh,” (QS, 23:51).
4. Harta yang berkah akan membuat pemiliknya semakin bersyukur kepada Allah.
5. Harta yang berkah dapat menghadirkan keharmonisan dan kebahagiaan dalam rumah tangga.
Seorang yang terbiasa mengonsumsi harta haram jiwanya akan meronta-ronta. Merasa tidak tenang, tanpa diketahui sebabnya. Kegelisahan demi kegelisahan akan terus menyeretnya ke lembah yang semakin jauh dari Allah. Lama kelamaan ia tidak merasa lagi berdosa dengan kemaksiatan. Berkata bohong menjadi akhlaknya. Ia merasa tidak enak kalau tidak berbuat keji. Karenanya tidak mungkin harta haram -sedikit apalagi banyak- mengandung keberkahan.
Allah sangat membenci harta haram dan pelakunya. Seorang yang terbiasa menikmati harta haram doanya tidak akan Allah terima. Rasulullah SAW pernah menceritakan bahwa ada seorang musafir, rambutnya kusut, pakaiannya kumal, menadahkan tangannya ke langit, memohon: “Yaa rabbi yaa rabbi, sementara pakaian dan makanannya haram, mana mungkin doanya diterima,” (HR. Muslim).
Hakikatnya rezeki itu bukan semata hasil usaha manusia, tetapi salah satu bentuk kasih sayang Allah juga. Maka, rezeki yang diberkahi oleh-Nya, tentu akan berdampak positif pula kepada hamba yang mendapatkannya sebagaimana ciri-ciri yang telah disebutkan diatas. Wallahu a’lam. []