ADA banyak literatur tentang perjalanan haji saat ini. Itulah yang dikatakan Dr Nuha Al-Sha’ar, seorang Profesor di American University of Sharjah.
“Banyak yang mendokumentasikan perjalanan haji mereka. Oleh karena itu kami memiliki genre literatur perjalanan yang disebut‘ Al-Rihla Al-Hijaziyya ’- perjalanan ke Hijjaz untuk melakukan ziarah. Kami juga memiliki banyak akun perjalanan haji. Perjalanan Ibnu Battuta yang terkenal adalah yang pertama kali mendokumentasikan perjalanan ibadah haji di zaman modern,” kata Dr Nuha.
BACA JUGA: Catatan Sejarah: Muslim Temukan Benua Amerika Lebih Dulu daripada Columbus
Berdasarkan literatur sejarah, Ibnu Battuta, seorang penjelajah muslim paling populer, memulai perjalanan spiritual ibadah haji pada 1326. Dia berangkat dari Maroko, melintasi Afrika Utara ke Kairo. Kemudian ia melanjutkan ke Yerusalem dan Damaskus, kemudian melanjutkan perjalanan ke Madinah dan Makkah untuk melaksanakan ibadah haji.
“Kami berangkat lagi pada malam hari dari lembah yang diberkati (disebut Marr) dengan hati penuh sukacita, untuk mencapai tujuan. Kami pergi dalam keadaan gembira, kemudian tiba di pagi hari di Kota Surety, Makkah (Allah Maha Besar memuliakannya),” tulis Ibnu Battuta.
Sebelum mencapai Makkah, dia menghabiskan waktu selama empat hari di Madinah. Saat itu Ibnu Battuta sudah mengenakan pakaian ihram, yaitu kain putih yang menutupi badannya untuk memenuhi salah satu syarat pakaian ketika akan menunaikan ibadah haji.
Saat tiba di Makkah, dia mengelilingi Kabah sebanyak tujuh kali putaran. Kemudian mencium salah satu batu yang disucikan, Hajar Aswad, sambil berdoa.
“Kami datang ke Makkah kemudian memutari Kabah dan mencium Hajar Aswad. Kami berdoa dan beribadah di Maqam Ibrahim, mendekatkan diri pada tirai Kabah di Multazam yakni di antara pintu dan Batu Hitam (Hajar Aswad), di mana doa dikabulkan Sang Maha Kuasa. Kemudian kami meminum air Zamzam setelah berlari antara Safa dan Marwa, lalu kami mencari penginapan di sana. Di sebuah rumah di dekat Gerbang Ibrahim,” kata Ibnu Battuta.
Ibnu Battuta mampu menggambarkan keindahan ibadah haji 700 tahun lalu. Perjalanan ibadah haji Ibnu Battuta ini menjadi tema yang sering diambil untuk pembuatan karya seni, puisi, dan prosa yang menceritakan tentang perjalanan yang berkaitan dengan haji.
Pada abad ke-14, seorang teolog dan penulis spiritual Ibnu Qayyim Al-Jawziyya meluncurkan sebuah tulisan berupa puisi yang berjudul The Journey of Love. Tulisan ini membahas perjalanan spiritual haji dan tantangan fisik yang dihadapi jamaah haji.
Puisi itu menggambarkan perjalanan Ibnu Qayyim Al-Jawziyya, Kabah, Arafah, Muzdalifah, Mina, Tawaf, juga teman-teman jamaah hajinya. “Anda melihat mereka, rambutnya berdebu dan acak-acakan,” tulisnya.
BACAJUGA: Haji 2019: Pertama Kalinya dalam Sejarah, Tenda Dua Tingkat Didirikan di Mina
“Namun mereka tidak pernah lebih puas daripada hari itu. Mereka tidak pernah merasa lebih bahagia, rela meninggalkan tanah air dan keluarga karena kerinduan suci. Mereka tidak tergerak untuk kembali. Melalui dataran dan lembah, dari dekat dan jauh. Berjalan dan berkuda hanya untuk untuk kepada Allah,” tulis Ibnu Qayyim Al-Jawziyya.
Perjalanan ibadah haji yang mengagumkan juga diceritakan oleh beberapa cendikiawan muslim lainnya, mulai dari Ibnu Jubayr, seorang ahli geografi Andalusia hingga penjelajah Spanyol Ali Bey El-Abbassi.
Teks-teks mengenai ibadah haji disusun dengan indah, begitu fasih dan deskriptif. Tak hanya menceritakan tentang sejarah ibadah haji. Namun juga tentang perubahan waktu ke waktu tiap tahunnya selama ibadah haji tersebut. []
SUMBER: ABOUT ISLAM