INFORMASI tentang kedatangan dajjal dalam hadits-hadits nabi begitu melimpah. Sebegitu banyaknya hingga mencapai derajat mutawatir (al-Mubayyadh, 2006: 657).
Bahkan, Hisyam bin ‘Amir al-Anshari pernah mendengar langsung dari nabi shallallahu ‘alaihi wasallam, “Sejak penciptaan Adam hingga hari kiamat, tidak ada fitnah paling besar, melebihi fitnah dajjal.” (HR. Muslim).
BACA JUGA: Hal yang Begitu Ditakuti Dajjal
Dilihat dari sisi etimologi –sebagaimana yang tertera dalam “Lisaan al-‘Arab” (1414: 11/236)- kata ‘dajjal’ sendiri berarti: dusta, menutupi, menyamarkan, mengkamuflase, melapisi. Bila ditilik dari hadits-hadits nabi, memang dajjal memiliki kemampuan tersebut. Apa yang oleh kebanyakan orang dianggap benar, bisa ditutupi sedemikian rupa olehnya sehingga menjadi salah; demikian pula sebaliknya.
Lalu apakah yang sebenarnya diserukan oleh Dajjal kepada manusia kelak?
Ketika Dajjal keluar, ia menyeru kepada Islam dan mengatakan bahwa ia seorang muslim dan akan membela Islam. Selanjutnya, ia mengaku sifat kenabian dan bahwa ia adalah seorang nabi.
BACA JUGA: Apakah Dajjal Keturunan Nabi Adam?
Kemudian setelah itu, Dajjal mengaku sebagai ilah (Rabb yang harus diibadahi). Ini adalah seruan pungkasannya, yang pernah juga diawali oleh Fir’aun yang mengaku sebagai Rabb.
Sumber: Soal-Jawab Masalah Iman dan Tauhid, Syekh Muhammad bin Shalih al-Utsaimin, Pustaka at-Tibyan, 2002