SIFAT ujub berbeda dengan sombong. Sombong mempunyai tiga unsur: Orang sombong, yang disombongkan dan orang yang menjadi target kesombongan. Sedangkan ujub hanya ada dua unsur, yakni Orang yang bangga diri dan sesuatu yang dibanggakan. Akan tetapi, ujub adalah tingkatan pertama dari tangga menuju sombong. Kita berlindung kepada Allah dari kedua sifat
tercela ini.
Ujub adalah mengagungkan dan menerima nikmat dengan melupakan keterkaitannya kepada sang pemberi nikmat.
BACA JUGA:Â Ini 12 Bahaya Sifat Ujub (Merasa Bangga Diri)
Macam-macam ujub
Ada manusia ujub dengan kekuatan, kesehatan, kesempurnaan anggota tubuh dan keindahan bentuk rupanya. Maka hendaknya orang tersebut tahu bahwa itu akan menjadi santapan cacing tanah. Semua yang ada di permukaan ini akan sirna.
Di antara manusia, ada yang ujub karena akal, kecerdasan dalam menyelesaikan permasalahan agama dan dunia. Buah dari ujub ini adalah kediktatoran dengan pendapatnya. Atau mau menang sendiri, dan tidak mau tahu orang lain serta tidak mau mendengar pendapatnya. Hendaknya orang yang berakal berfikir, seandainya Allah SWT mengujinya dengan sakit pada
otaknya. Tentu akalnya akan kacau, instingnya akan berantakan dan pikirannya akan sirna. Hendaknya ia memuji Allah atas kesehatan dan mensyukuri-Nya atas kenikmatan tersebut.
Ada pula manusia yang ujub karena silsilah keturunannya. Ia mengira bahwa ia pasti selamat. Bukankah ia anak dari si Fulan, anak dari Hasan atau Husein? Hendaknya orang lalai ini tahu, bahwa orang yang terlambat beramal, nasabnya tidak akan bisa menolongnya. Dan sesungguhnya Rasulullah SAW menyeru orang yang paling dekat kepada beliau,
“Wahai Fatimah, beramal-lah, sesungguhnya aku tidak dapat menolongmu sedikit pun di sisi Allah.” (HR Bukhari)
Diantara manusia ada yang ujub karena anak yang banyak, keluarga dan sanak familinya. Orang seperti ini, cukup merenungkan kembali firman Allah SWT,
“Pada hari ketika manusia lari dari saudaranya, dari ibu dan bapaknya dari isteri dan anak-anaknya. Setiap orang dari mereka pada hari itu mempunyal urusan yang cukup menyibukkannya. ” (QS Abasa: 34-37).
Ujub macam apa yang bisa Anda banggakan ketika orang meninggalkan Anda, di saat menghadapi masa paling genting dan dalam kondisi paling sulit?
DI antara manusia ada juga yang ujub karena harta dan kekayaannya. Hendaknya orang ini merenungkan firman Allah SWT,
“Hai manusia, kamulah yang berkehendak kepada Allah; dan Allah Dia-lah Yang Maha Kaya (tidak memerlukan sesuatu) lagi Maha Terpuji.” (QS Fathir: 15).
BACA JUGA:Â Terkadang Dosa Lebih Bermanfaat Selama Disertai Taubat, daripada Ketaatan yang Disertai Ujub dan Riya
Serta sabda Rasulullah SAW,
“Sesungguhnya ada seorang lelaki dari kaum sebelum kalian yang memakai pakaian, lalu ia bangga karenanya, maka Allah menenggelamkan ia ke dalam tanah. Dan ia akan terus tenggelam di dalamnya sampai hari kiamat.” (HR Bukhari)
Di antara manusia ada yang ujub karena ibadahnya. Orang ini ditipu kebodohannya, karena tidak tahu apakah ibadahnya diterima atau tidak? Masruq berkata, “Cukuplah seseorang dikatakan berilmu, kalau ia takut kepada Allah SWT Cukuplah seseorang dikatakan bodoh, kalau merasa bangga dengan amalnya.” (HR Darimi)
Dari Umar bin Khattab ia berkata, “Kebenaran taubatmu dapat terbukti, kalau kamu mengetahui dosamu. Kebenaran amalmu dapat terbukti dengan tidak membanggakan diri, dan kebenaran syukurmu dapat terbukti dengan mengetahui kelalaianmu.”Â
Mathraf bin Abdullah berkata, “Saya bermalam dalam keadaan (tidak Qiyamul Lail) dan pagi harinya saya menyesal, lebih baik bagi saya daripada bermalam dengan Qiyamul Lail, tetapi pagi harinya saya membanggakan diri (dengan Qiyamul Lail).”
Dari Aisyah bahwa seseorang bertanya kepadanya, “Kapan saya mengetahui kalau saya seorang yang baik?” Aisyah menjawab, “Jika kamu beranggapan bahwa kamu seorang yang jahat.” Â Orang ini bertanya lagi, “Kapan saya mengetahui kalau saya seorang yang jahat?” Aisyah menjawab, “Jika kamu beranggapan bahwa kamu seorang yang baik.”
Bukhari berkata, Ibnu Abi Malikah berkata, “Saya telah berjumpa dengan tiga puluh orang sahabat Rasulullah SAW Mereka semua sangat takut dan khawatir kalau sifat munafik ada dalam diri mereka.” (HR Bukhari)
Abul Laits As-Samarqandi berkata, “Barangsiapa yang ingin mengikis sifat ujub, ia harus merenungkan empat perkara berikut ini:
- Menyadari bahwa taufik datangnya dari Allah SWT. Jika ia sudah menyadari ini, ia akan sibuk memikirkan bagaimana bersyukur kepada-Nya dan tidak akan membanggakan diri.
- Merenungkan berbagai anugerah dan nikmat yang telah dikaruniakan Allah SWT. Jika ia merenungkan anugerah dan nikmat-Nya, ia akan sibuk bersyukur kepada-Nya. la menganggap bahwa amalnya masih sedikit dan tidak akan bangga diri.
- Merasa takut kalau-kalau amalannya tidak diterima. Jika ia sibuk dengan ketakutan seperti ini, ia tidak akan bangga diri.
- Memikirkan kembali dosa-dosa yang telah ia kerjakan sebelumnya. Jika ia takut kalau keburukannya akan mengikis kejahatannya, ia tidak akan membanggakan diri.Â
BACA JUGA:Â Bangga dengan Amal Baik Sendiri, Hati-hati UjubÂ
Bagaimana seseorang akan membanggakan dirinya, padahal ia belum tahu dari arah mana catatan amalnya datang di hari kiamat kelak? Dan apakah kegembiraan dan kebanggaannya akan terlampiaskan setelah ia membaca catatan amalnya. []
Referensi: Ruqyah Jin, Sihir & Terapinya/Syaikh Wahid Abdussalam Bali/Ummul Qura/2014