TAMAN Sari merupakan salah satu tempat wisata di Yogyakarta yang ramai dikunjungi wisatawan karena keindahannya. Taman Sari memiliki luas lebih dari 10 hektare dengan sekitar 57 bangunan baik berupa gedung, kolam pemandian, jembatan gantung, kanal air, maupun danau buatan beserta pulau buatan dan lorong bawah air. Kebun yang digunakan secara efektif antara 1765-1812 ini pada mulanya membentang dari barat daya kompleks Kedhaton sampai tenggara kompleks Magangan. Namun saat ini, sisa-sisa bagian Taman Sari yang dapat dilihat hanyalah yang berada di barat daya kompleks Kedhaton saja.
Kompleks Taman Sari setidaknya dapat dibagi menjadi 4 bagian. Bagian pertama adalah danau buatan yang terletak di sebelah barat. Bagian selanjutnya adalah bangunan yang berada di sebelah selatan danau buatan antara lain Pemandian Umbul Binangun. Bagian ketiga adalah Pasarean Ledok Sari dan Kolam Garjitawati yang terletak di selatan bagian kedua. Bagian terakhir adalah bagian sebelah timur bagian pertama dan kedua dan meluas ke arah timur sampai tenggara kompleks Magangan.
BACA JUGA: Ini Rekomendasi Penginapan Murah buat Para Travelers di yogyakarta
Nah, di bagian pertama kompleks Taman Sari ini rupanya terdapat sebuah masjid tersembunyi. Namanya Sumur Gumuling. Tempat ini berupa bangunan berbentuk lingkaran seperti cincin berlantai dua. Bangunan tersebut hanya dapat dimasuki melalui terowongan bawah air saja.
Sumur Gumuling pada masanya juga difungsikan sebagai Masjid. Di kedua lantainya ditemukan ceruk di dinding yang konon digunakan sebagai mihrab, tempat imam memimpin salat. Di bagian tengah bangunan yang terbuka, terdapat empat buah jenjang naik dan bertemu di bagian tengah. Dari pertemuan keempat jenjang tersebut terdapat satu jenjang lagi yang menuju lantai dua. Di bawah pertemuan empat jenjang tersebut terdapat kolam kecil yang konon digunakan untuk berwudhu.
Letak Sumur Gumuling ini tersembunyi agak ke dalam dan melewati lorong yang panjang untuk mengelabui tentara Belanda pada masa penjajahan dulu. Dulu, kegiatan keagamaan dilarang oleh pemerintah Belanda. Namun, suara imam dari Sumur Gumuling bisa terdengar hingga ke penjuru lorong, layaknya pengeras suara. Lorong-lorong ini bernama Tajuh. Bentuknya mirip labirin.
Desain lorong terdiri dari dua lantai dan konon kedap suara. Area lorong itu digunakan oleh raja dan anggota keluarga Sultan untuk shalat atau untuk duduk saat ada acara keagamaan.
Di ujung lorong, terdapat area melingkar kecil di tengah yang dihubungkan dengan lima tangga dari berbagai sisi. Dulu, area tersebut digunakan sebagai mimbar untuk berdakwah oleh para pemuka agama dan tempat imam memimpin shalat.
Adapun area shalat terbagi menjadi dua lantai. Lantai bawah untuk perempuan, dan lantai atas untuk laki-laki. Meski berada di lantai bawah, udara dan cahaya matahari bisa tetap masuk karena bagian atapnya terbuka.
BACA JUGA: 5 Rekomendasi Hotel Syariah di Yogyakarta
Arsitektur Sumur Gumuling merupakan perpaduan antara Jawa dengan Portugis. Ketebalan dinding Sumur Gumuling mencapai 1,25 meter. Ketebalan tembok diyakini karena dulu lokasi ini dikelilingi oleh tempat penampungan air. Hal itu juga yang menyebabkan udara di dalam Sumur Gumuling amat sejuk.
Hanya ada satu pintu masuk menuju Sumur Gumuling. Konon, maksud dari pintu ini melambangkan bahwa manusia tercipta dari tanah dan akan kembali ke tanah. Namun, menurut masyarakat sekitar sebenarnya ada satu lorong yang menjadi pintu keluar untuk langsung tembus ke daerah pantai selatan Pulau Jawa, tepatnya Pantai Parangtritis. Sayangnya, jalan tembus itu sudah ditutup, meski tak ada yang bisa memastikan apakah lorong tersebut sebenarnya benar-benar ada atau tidak.
Nah, jika ingin menelusuri Sumur Gumuling, wisatawan bisa masuk lewat Pasar Ngasem dari arah selatan. Sumur Gumuling ini lokasinya berada di utara pemandian Taman Sari. Wisatawan yang berkunjung ke Taman Sari, bisa mendengar suara dari Sumur Gumuling karena gemanya sampai pada jarak yang cukup jauh. []
SUMBER: KOMPAS | WIKIPEDIA