PENERJEMAHAN Alquran telah dilakukan sejak masa lampau. Di Inggris, Alquran pertama kali diterjemahkan pada 1934 oleh seorang muslim keturunan Pakistan bernama Sir Abdullah Yusuf Ali.
Selain dia, penerjemahan Alquran di negeri Ratu Elizabeth itu juga dilakukan oleh seorang mualaf berkebangsaan Inggris, yakni Muhammad Marmaduke Pickthall.
Siapa dia?
Pickthall adalah seorang intelektual Muslim Barat yang terkenal dengan karya terjemahan Alqurannya yang puitis dan akurat dalam bahasa Inggris. Ia merupakan pemeluk Kristen Anglikan yang kemudian berpindah agama memeluk Islam. Sosoknya juga dikenal sebagai seorang novelis, jurnalis, kepala sekolah serta pemimpin politik dan agama.
BACA JUGA:Â Dilahirkan di Keluarga Pembenci Islam, Pria Ini Justru Jadi Mualaf Usai Baca Alquran
Muhammad Marmaduke Pickthall terlahir dengan nama William Pickthall pada tanggal 7 April tahun 1875. Dia berasal dari keluarga kelas menengah di Suffolk, Inggris.
Ayahnya Charles Grayson Pickthall adalah seorang Pendeta Anglikan. Oleh karena itu, William tumbuh dan dibesarkan di tengah keluarga penganut Kristen Anglikan yang taat.
Ketika usianya menginjak lima tahun, sang ayah meninggal. Tak lama berselang keluarganya pun memutuskan untuk menjual tempat tinggal mereka di Suffolk dan pindah ke kota London.
Kepindahan tersebut sempat membuat William depresi dan sakit-sakitan. Sifat pemalu yang ada pada dirinya, membuat dia sulit untuk bisa beradaptasi dengan lingkungan barunya. Terlebih lagi ketika ibunya Mary O’Brien memasukannya ke Harrow, sebuah sekolah swasta elite khusus bagi murid laki-laki. Satu-satunya yang menjadi teman penghiburnya saat menimba ilmu di Harrow adalah Winston Churchill.
Saat di Harrow, William mulai menunjukkan ketertarikannya terhadap ilmu bahasa. Selepas tamat dari Harrow, ia mulai mempelajari sejumlah bahasa, di antaranya Gaelik (bahasa orang Skotlandia) dan Welsh (bahasa orang Wales).
Oleh karena kemahirannya dalam penguasaan kedua bahasa ini, maka salah seorang gurunya di Harrow mendaftarkan William untuk mengikuti ujian seleksi penerimaan pegawai di Departemen Luar Negeri. Namun ia gagal dalam ujian.
Kegagalan tersebut tidak membuat William patah arang. Ia kemudian menghabiskan waktunya untuk mempelajari bahasa Arab dengan harapan suatu saat ia bisa memperoleh pekerjaan sebagai seorang konsuler di Palestina.
Di usianya yang belum genap 18 tahun, ia memutuskan untuk berlayar ke Port Said, sebuah kota pelabuhan yang berada di kawasan timur laut Mesir. Perjalanan itu menjadi awal mula petualangannya ke negara-negara muslim di kawasan Timur Tengah dan Turki.
Keahliannya dalam berbahasa Arab telah memikat penguasa Ottoman (Turki Usmaniyah). Atas undangan dari pihak Kesultanan Ottoman, William yang kala itu belum menjadi seorang Muslim, mendapat tawaran untuk belajar mengenai kebudayaan Timur.
Selama masa Perang Dunia I tahun 1914-1918, William banyak menulis surat dukungan terhadap Turki Usmaniyah. Saat propaganda perang dikumandangkan tahun 1915 yang mengakibatkan pembantaian di Armenia, dia secara terang-terangan menentangnya dan menyatakan bahwa kesalahan tidak bisa ditimpakan kepada pemerintah Turki atas kejadian tersebut.
BACA JUGA:Â Ingin Pelajari Islam, Pasangan Tunanetra di AS Ini Produksi Sendiri Alquran Braille Terjemah Bahasa Inggris
Pada saat banyak imigran Muslim asal India di London dibujuk oleh Kementerian Luar Negeri untuk menyediakan bahan-bahan propaganda dukungan terhadap Inggris dalam perang melawan Turki, ia tidak bergeming. Ia tetap tegas dengan pendiriannya guna membela saudaranya sesama Muslim.
Begitu juga saat komunitas Muslim di Inggris diberikan pilihan apakah setia terhadap sekutu (Inggris dan Prancis) atau justru mendukung Jerman dan Turki, jawaban yang diberikan William cukup mengejutkan. Dia tetap pada pendiriannya tidak akan mendukung negaranya itu.
Perjalanan ke negara-negara Islam dan Turki ini, telah membuat William banyak bersentuhan langsung dengan ajaran Islam. Dari situ kemudian mulai muncul rasa ketertarikan terhadap Islam.
Pada tahun 1917, dia akhirnya mantap masuk Islam dan mengganti namanya menjadi Muhammad Marmaduke Pickthall. Bahkan sebelumnya William sempat menjadi pembicara pada diskusi yang diadakan Muslim Literary Society bertajuk ‘Islam and Progress’ tanggal 29 Nopember 1917 di Notting Hill, London Barat.
Setelah menjadi mualaf, Pickthall banyak berkecimpung dalam berbagai kegiatan yang terkait dengan syiar Islam. Tahun 1919, ia aktif di Biro Informasi Islam yang berkedudukan di London serta beberapa usaha penerbitan media Islam lainnya seperti Muslim Outlook.
Usai merampungkan novelnya berjudul Early Hours tahun 1920, dia mendapat penugasan di India sebagai editor di surat kabar Bombay Chronicle. Kemudian, di tahun 1927 William pindah ke penerbitan jurnal tiga bulanan Islamic Culture selaku editor yang berkantor di Hyderabad.
BACA JUGA:Â Ini Kata Mualaf Inggris Legendaris tentang Alquran Terjemahan
Ada satu lagi sumbangsihnya selama tinggal di Hyderabad terkait dengan upaya menegakkan syiar Islam. Tahun 1925, Pickthall diundang oleh Komite Umat Muslim di Madras untuk memberikan kuliah umum tentang segala aspek mengenai Islam.
Koleksi dari bahan-bahan kuliahnya ini sudah dipublikasikan tahun 1927 dengan harapan agar kalangan non-Muslim lainnya dapat mengerti apa itu agama Islam.
Pickthall mempunyai obsesi menerjemahkan kitab suci Alquran ke dalam bahasa Inggris. Dia merasa adalah tanggungjawab semua umat Muslim untuk memahami Alquran dengan sebenar-benarnya. Namun obsesinya ini baru terealisasi pada tahun 1928, setelah ia berhasil menyelesaikan proyeknya dalam menerjemahkan Alquran.
Hasil kerja kerasnya ini kemudian ia terbitkan pada tahun 1930 dan diberi judul ‘The Meaning of the Glorious Koran‘. Karya ini diselesaikan di kota Nizamate, Hyderabad, sebuah kawasan yang di Selatan India yang didominasi umat Islam. Karya Muhammad Marmaduke Pickthall tersebut dianggap oleh banyak kalangan sebagai karya monumental.
Seperti ilmuwan Muslim lainnya, Pickthall tidak menerjemahkan kata Allah SWT dalam Alquran. Ia menulis dalam kata pengantarnya, ”Quran tidak bisa diterjemahkan.” Jadi, terjemahannya tetap berdampingan dengan teks asli Alquran dalam bahasa Arab.
Awal 1935 Pickthall kembali ke Inggris. Tahun 1936 ia berpindah ke St Ives dan meninggal di kota kecil itu pada tanggal 19 Mei 1936.
Pickthall dimakamkan di pemakaman Muslim di Brookwood, Surrey (dekat Woking, Inggris) empat hari kemudian. Oleh kaum Muslim Inggris, Pickthall dijuluki sebagai “pejuang agama” dan “pelayan Islam sejati”. []
Referensi: Tujuh Mualaf yang Mengharumkan Islam/Karya: Tofik Pram/Noura Books/Tahun: 2015