QAIS bin Sa’ad bin Ubadah, merupakan anak seorang tokoh Anshar ternama, yaitu Sa’ad bin Ubadah RA. Di kalangan Anshar. Sa’ad bin Ubadah RA sama kedudukannya dengan Abu Bakar As-Siddiq RA di kalangan Muhajirin.
Terhadap Qais bin Sa’ad, Rasulullah Shalallahu ‘alaihi wasallam mengamanahinya sebagai kepala pengawal pribadi beliau. Akan tetapi, bukan karena hal itu Qais bin Sa’ad menjadi terkenal. la lebih terkenal di kalangan sahabat karena kedermawanannya.
Sifat utamanya tersebut telah tertanam lama dan lebih dominan. Karena kedermawanan Qais bin Sa’ad bin Ubadah, orang-orang di sekitarnya menduga tidak ada lagi orang yang selonggar dia dalam bersedekah.
Padahal, Qais sendiri merasa belum maksimal dalam bersedekah sehingga ia terus memacu dirinya untuk menaikkan nominal sedekahnya.
BACA JUGA: Pertemuan Dua Sahabat Nabi dari Zaman yang Berbeda
Suatu saat ada orang bertanya, “Pernahkah anda bertemu dengan orang yang sangat dermawan, yang kedermawanannya melebihi Anda?”
“Pernah! Demi Allah, dialah dermawan yang sejati. Suatu ketika dalam sebuah perjalanan. kami singgah di tenda orang Baduwi. Kami hanya mendapati istrinya di sana. Namun, tidak lama kemudian datanglah suaminya. la pun segera menceritakan kedatangan kami kepada suaminya.
‘Engkau kedatangan dua orang tamu!’ kata istrinya.
Mendengar laporan istrinya tersebut. ia bersegera menangkap seekor untanya. lantas disembelih dan dimasak sendiri bersama istrinya. Setelah semua kesibukannya selesai, maka dihidangkanlah kepada kami.
Kami pun menikmati masakan daging unta yang empuk dan enak. Betapa lezatnya hidangan yang kami santap. Tidak terasa malam menjelang. kami pun bermalam di tenda orang Baduwi tersebut. Keesokan harinya. ditangkap lagi seekor unta lalu disembelih dan dimasaknya. Sesaat kemudian. hidangan sudah di hadapan kami. Kami sungguh kaget. kami beranikan diri untuk bertanya.
“Kita hanya berdua. daging kemarin hanya sedikit yang kami makan, selebihnya masih banyak.”
Jawaban tuan rumah yang orang Baduwi tersebut tidak kalah membuat kami kaget.
“Saya tidak mau memberikan makanan yang telah bermalam kepada tamuku!” jawabannya singkat.
Namun, sungguh tidak mungkin akan singkat kami ingat. Kami bermalam di sana dua sampai tiga hari. setiap pagi pula ia menyembelihkan kami unta yang baru. Ketika kami akan melanjutkan perjalanan kami hanya memberikan 100 dinar kepada istrinya.
Kami minta kepada Istrinya agar disampaikan permohonan maaf kami kepada suaminya. Dan kami pun berangkat melanjutkan perjalanan. Setelah berjalan beberapa saat dan matahari mulai meninggi, kami mendengar suara tuan rumah memanggil-manggil kami, menyuruh berhenti.
‘Wahai pengendara yang kasar budi, kalian mau membayar hidangan yang aku hidangkan kepada kalian sebagai tamu?’ Setelah dekat dengan kami.
BACA JUGA: Rasulullah SAW Adalah Manusia Paling Dermawan
ia menyerahkan pundi-pundi berisi uang 100 dinar yang tadi kami titipkan kepada istrinya sambil berkata, ‘Ambil kembali uang kalian ini! Pilihlah, kalian mengaku bersalah telah menghinaku. atau kalian akan kutikam dengan tombakku ini!’
Dengan sangat malu kami ambil kembali uang itu sembari memohon maaf yang sedalam-dalamnya. Lantas, ia pun kembali ke tenda dengan tidak menoleh sedikit pun kepada kami.
“Demikianlah apa yang pernah aku alami. Sungguh, jangan bandingkan apa yang aku tunaikan dengan hartaku dengan kedermawanan orang kampung yang belum kami kenal sebelumnya,” ucap Qais. []
Sumber: Sedekah Bikin Kaya dan Berkah/Karya: Ubaidurrahim El Hamdy/Penerbit: Wahyu Qolbu/2015