BANYAK di antara kita yang terlalu sibuk dengan urusan dunianya. Entah itu urusan bisnis, sekolah, ataupun pekerjaannya hingga melupakan Allah. Kadang kita lupa, Allah-lah yang memberikan rezeki pada kita selama ini. Tapi kita justru menduakan Sang Pemberi rezeki.
Beda halnya dengan para generasi sahabat dan salafus shalih. Mereka lebih mendahulukan Allah dari apapun.
Ibnu Abbas RA menceritakan keadaan para sahabat yang disibukkan dengan pekerjaan dan perdagangannya. Tatkala adzan berkumandang, mereka langsung meninggalkan pekerjaan dan perdagangannya, kemudian berduyun-duyun menuju masjid untuk shalat berjamaah.
Begitu pula yang disaksikan oleh Abdullah bin Umar RA ketika datang ke sebuah pasar. Ketika tiba waktu shalat berjamaah, para pedagang serentak menutup toko-toko mereka dan bersama-sama berjalan menuju masjid.
Abdullah bin Umar RA berkata, “Mereka inilah yang diberitakan oleh Allah SWT dalam firman-Nya, ‘Orang yang tidak dilalaikan oteh perdagangan dan jual beli dari mengingat Allah, melaksanakan shalat, dan menunaikan zakat. Mereka takut pada hari ketika hati dan penglihatan menjadi guncang (hari Kiamat),’ ” (QS. An-Nur [24]: 37).
Rasulullah SAW memberitakan mereka dalam sabdanya, yang dikutip dari kitab Durul Mantsur karangan Allamah Jalaluddin Suyuti dari Fadhail ‘Amal, Maulana Muhammad Zakariyya Al-Kandhalawi RA, “Pada hari kiamat ketika Allah SWT mengumpulkan manusia pada suatu tempat, Allah SWT akan mengajukan tiga pertanyaan.
Pertanyaan pertama, “Siapakah yang memuji Allah pada waktu senang dan susah?” Maka sekumpulan manusia akan bangun, lalu masuk ke dalam surga tanpa hisab.
Pertanyaan kedua, “Siapakah yang meninggalkan tempat tidurnya dan menghabiskan malamnya untuk mengingat Altah SWT dengan perasaan takut dan penuh harap?” Lalu, sekumpulan manusia akan berdiri dan masuk ke dalam surga tanpa hisab.
Pertanyaan ketiga, “Siapakah yang perdagangannya tidak menghalanginya dari mengingat Allah?” Kemudian sekumpulan manusia pun akan bangun, lalu masuk surga tanpa hisab. Setelah ketiga kumpulan manusia itu masuk surga, barulah dimulai penghisaban atas manusia yang lainnya.” []