Oleh: Nur Aini
Guru Pare Kediri Jawa Timur
nurulshofwah@gmail.com
ALHAMDULILLAH bulan Ramadan kembali kita temui. Bulan mulia yang penuh berkah. Pintu-pintu surga dibuka selebarnya, pintu neraka ditutup rapat-rapat dan setan pun dibelenggu.
Hampir tak ada sedikitpun terbuka kesempatan untuk bermaksiat. Suasana keimanan pun menghiasi. Namun masih ada satu celah yang bisa menjerumuskan manusia menuju amal yang sia-sia. Hanya berakhir pada lapar dan dahaga semata.
Ya, manusia berpuasa seharian sebatas menggugurkan kewajiban, namun tidak mendapat apa-apa. Itulah yang terjadi pada manusia yang berpuasa. Mereka tidak menjaga diri dari amalan yang merusak pahala puasa. Puasa bukanlah hanya menahan makan dan minum saja.
BACA JUGA: Beda Safar untuk Maksiat dan Maksiat untuk Safar
Akan tetapi, puasa adalah dengan menahan diri dari perkataan lagwu dan rofats. Apabila ada seseorang yang mencelamu atau berbuat usil padamu, katakanlah padanya, “Aku sedang puasa, aku sedang puasa”.” (HR. Ibnu Majah dan Hakim).
Salah satu perkara yang merusak amalan puasa adalah sibuk dengan perkara laghwun, perkara mubah. Bukan perkara maksiat namun perkara yang jika dilakukan tidak mempunyai nilainya, sebatas perbuatan dan perkataan tanpa manfaat bahkan hanya sia-sia belaka.
Dan saat ini, terkadang banyak di antara kita yang menjalani perkara tanpa manfaat dan bahkan bisa menjerumuskan pada dosa, yaitu sifat riya’. Salah satu wujudnya adalah keinginan untuk memamerkan amal baik kepada orang lain, terutama melalui media sosial. Dengan ringannya memposting semua aktivitas yang dilakukan.
Bisa jadi tak terpikir untuk pamer amal namun tanpa sadar baru merasa puas setelah menyampaikan aktivitasnya kepada orang lain lain, senang dengan pujian, mengucapkan terimakasih kepada teman yang menyukai.
Mungkin tidak sampai riya’ namun sangat tipis bersentuhan dengan sifat tasmi’, memang sudah ikhlas ketika beramal namun menginginkan orang lain tahu dengan apa yang telah dilakukan.
BACA JUGA: Penyebab Maksiat Terlihat Indah dan Menyenangkan
Padahal, meski tidak diberitahukan kepada manusia, malaikat pasti sudah mencatat. Dan yang lebih penting lagi adalah bukan menyampaikan terimakasih kepada manusia yang menyukai amal kita, karena manusia tidak bisa membalas amalan kita, hanya Allah saja Dzat Yang Maha Pemberi Balasan.
Marilah kembali merenung, mengingatkan diri sendiri, demi apa kita beramal, mengapa puas setelah berbagi di media sosial. Untuk apa kita memposting di media sosial, pastikan ada niat yang lurus. Jika tidak, sungguh sia-sialah amalan kita.
Yakinlah, malaikat sudah mencatat dan Allah pasti memberi balasan, tak perlu semua orang di dunia tahu. Apalagi di saat bulan Ramadan. Sungguh sayang jika kita hanya mendapat lapar dan dahaga saja. Naudzubillah mindzalik. []