JABIR ibn Abdillah meriwayatkan bahwa Nabi biasanya menyarankan para sahabat untuk mendirikan Sholat Istikharah terkait berbagai urusan, sama seperti ia mengajari mereka bab-bab Alquran. Nabi bersabda:
“Jika Anda akan membuat keputusan, berdoalah dua rakaat, di luar shalat wajib, maka katakan, ‘Ya Allah! Saya mencari bimbingan berdasarkan pengetahuan-Mu, saya mencari kemampuan berdasarkan kekuatan-Mu, dan saya meminta karunia besar-Mu. Karena Engkau memiliki kekuatan, dan aku tidak. Engkau mengetahui, dan aku tidak. Engkau adalah yang mengetahui semua yang tersembunyi.
BACA JUGA: Umar bin Abdul Azis pun Mematikan Lampu Istana
Ya Allah, jika Engkau tahu bahwa keputusan ini baik untukku dalam keimanan, kehidupan duniawi, dan akhirat, maka buatlah itu mudah bagiku, wujudkan, dan berkati aku melaluinya. Dan jika Anda tahu bahwa keputusan ini buruk bagiku dalam iman, kehidupan duniawi, dan akhiratku, maka jauhkan itu dariku dan jauhkan aku darinya, maka tahbiskan bagiku kebaikan di mana pun berada, dan buatlah saya tercukupi. ” (HR Al-Bukhari)
Doa dalam pengambilan keputusan
Istikharah adalah alat yang sangat diperlukan yang harus dimiliki setiap Muslim untuk menavigasi kehidupan mereka. Hidup terdiri dari keputusan. Bagi banyak orang, keputusan benar-benar terlihat ketika mereka memiliki konsekuensi jangka panjang yang besar. Tetapi keputusan dari semua jenis ada di sana, mengisi setiap momen dan memengaruhi hidup kita.
Dalam mengambil keputusan, besar atau kecil, kita hanya bisa memperkirakan kemungkinan hasilnya. Berdasarkan pengetahuan yang terbatas, kita tidak dapat memprediksi masa depan atau memastikan apa efek dari pilihan kita nantinya.
Kita mungkin tahu apa yang kita inginkan sekarang, tetapi bagaimana kita akan tahu apakah orang itu, pekerjaan itu, mobil itu, atau proyek itu akan baik bagi kita di masa depan? Bagaimana kita dapat membuat keputusan penting kita menjadi korban dari harapan kita yang keliru dan keacakan kehidupan?
Bayangkan jika kita dapat menemukan keputusan yang tepat — bukan keputusan yang akan membuat kita sementara bahagia atau mencapai tujuan jangka pendek, tetapi pilihan yang akan menjadi kepentingan terbaik bagi iman dan mata pencaharian kita, dan juga mengarahkan kita ke tingkat kepuasan terbesar. Bukankah kita akan memeriksa keputusan kita di setiap belokan jalan? Itulah sebabnya kita melakukan istikharah.
Shalat istikharah itu sederhana. Lakukan wudhu, salat dua rakaat, dan ucapkan kata-kata permohonan. Dengan ritual ini, kita menyerahkan sepenuhnya kepada Tuhan, menempatkan jiwa kita dan harapan kita di tangan-Nya, dan kemudian menyerah dengan damai pada apa pun hasilnya nanti. Semua tekanan dan kegelisahan dalam mencoba meramalkan masa depan dan mempertimbangkan setiap kemungkinan lenyap karena kita menaruh kepercayaan kita pada Yang Maha Berpengetahuan, Yang Maha Lembut.
BACA JUGA: Perlu Istikharah kah untuk Putuskan Hal Sepele?
Itulah salah satu kontribusi kita dalam keputusan kita. Dia yang mengetahui yang tidak terlihat, mengetahui masa depan, dan mengetahui diri kita sendiri, harapan, dan ketakutan. Istikharah harus mengakui bahwa kita tidak memenuhi syarat untuk membuat pilihan terbaik, oleh karena itu kita meminta kepada Allah untuk mengambil alih urusan kita.
Istikharah itu bukan sekedar tentang mimpi atau pertanda yang kita tunggu, melainkan kita menempatkan jiwa kita dalam tanggung jawab Tuhan dan percaya bahwa Dia akan membimbing kita untuk apa yang benar di jalan-Nya. Setelah kita membuat permohonan atau doa, kita bisa berhenti mengkhawatirkan dan mulai merasa nyaman. Kita menggunakan kebijaksanaan, wawasan, saran dari orang lain, dan keterampilan memecahkan masalah untuk membuat keputusan terbaik yang kita bisa. Apa pun yang kita pilih sejak saat itu akan menjadi bagian dari kebijaksanaan dan belas kasihan-Nya bagi kita, dan akan menjadi yang terbaik untuk kehidupan kita di dunia ini dan di akhirat. Kelegaan dan kedamaian batin yang dibawa Istikharah ke jiwa kita itu sangat berharga. []
SUMBER: ABOUT ISLAM